SUKABUMIUPDATE.com - Di era modern yang serba cepat dan kompetitif ini, tekanan hidup datang dari berbagai arah pekerjaan, keluarga, media sosial, hingga ekspektasi diri sendiri. Banyak orang, terutama generasi muda, mulai menyadari bahwa stres, kecemasan, dan rasa tidak cukup bukan lagi hal yang langka. Tak heran jika istilah-istilah psikososial seperti burnout, sandwich generation, atau imposter syndrome semakin sering terdengar dalam percakapan sehari-hari maupun media sosial.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kesadaran terhadap kesehatan mental kian meningkat, tetapi juga bahwa tantangan emosional di masyarakat modern semakin kompleks. Berikut ini adalah sepuluh istilah psikososial yang menggambarkan tekanan hidup masa kini:
1. Sandwich Generation
Merujuk pada generasi yang harus menanggung dua beban atau banyak beban sekaligus seperti contohnya membiayai orang tua yang menua dan anak yang masih bergantung secara finansial. Dikutip Pew Research Center, generasi ini rentan terhadap stres dan kelelahan emosional akibat tanggung jawab ganda.
Baca Juga: Tanda Bahaya dari Ruang Kelas: Mengapa Bullying Picu Remaja Akhiri Hidupnya?
2. Burnout
Istilah ini menggambarkan kelelahan ekstrim secara fisik, emosional, dan mental akibat tekanan kerja berlebihan. WHO mengakui burnout sebagai fenomena pekerjaan yang bisa menurunkan produktivitas dan kesehatan mental.
3. Imposter Syndrome
Kondisi psikologis dimana seseorang merasa tidak pantas atas kesuksesan yang dicapai. Penderita sering merasa menipu orang lain, padahal prestasinya nyata. Kondisi ini banyak dialami perempuan berprestasi.
4. Quarter-Life Crisis
Fase krisis identitas yang umumnya dialami pada usia 20–30 tahun, saat seseorang mulai mempertanyakan arah hidup, karier, atau tujuan pribadi. 75% individu muda mengalami bentuk krisis ini.
5. Toxic Positivity
Sikap yang terlalu menekankan sisi positif hingga menolak emosi negatif. Psikolog menyebutnya berbahaya karena dapat menekan perasaan alami dan menghambat penyembuhan emosional.
6. Digital Fatigue
Kelelahan akibat terlalu lama berinteraksi dengan layar digital. Paparan rapat daring dan media sosial berlebihan dapat memicu stres dan gangguan tidur.
Baca Juga: Waspadai Bullying! Kenali Bentuk, Dampak, dan Cara Mencegahnya
7. FOMO (Fear of Missing Out)
Kecemasan karena merasa tertinggal dari orang lain, terutama di media sosial. Fenomena ini dikaitkan dengan meningkatnya rasa tidak puas diri dan perbandingan sosial yang merugikan.
8. Doomscrolling
Kebiasaan terus-menerus membaca berita buruk di internet. Perilaku ini dapat memperparah stres dan depresi karena memperkuat persepsi dunia yang negatif.
9. Gaslighting
Bentuk manipulasi psikologis di mana pelaku membuat korban meragukan kenyataan dan persepsinya sendiri. Istilah ini diakui secara luas dalam psikologi klinis sebagai bentuk kekerasan emosional.
10. Hustle Culture
Budaya yang memuja kerja keras tanpa henti seolah-olah produktivitas menentukan nilai diri seseorang. Banyak psikolog memperingatkan bahwa budaya ini dapat memicu burnout, kelelahan kronis, dan hilangnya keseimbangan hidup.
Istilah-istilah di atas bukan sekadar tren bahasa media sosial, tetapi cerminan nyata dari tantangan hidup modern yang kompleks. Mengenali gejalanya dapat membantu kita lebih sadar terhadap batas diri, mencari bantuan profesional bila perlu, dan membangun kehidupan yang lebih seimbang secara mental maupun emosional.
Baca Juga: Bukan Hanya Fisik, Kata-Kata Pun Melukai! Berbenah dengan Sekolah Anti-Bullying
Sumber: Pew Research Center (PRC)





