Hubungan Gagal Terus? Coba Lihat Gaya Attachment-mu!

Sukabumiupdate.com
Jumat 20 Jun 2025, 11:00 WIB
Hubungan Gagal Terus? Coba Lihat Gaya Attachment-mu!

Ilustrasi. Hubungan Gagal Terus? Coba Lihat Gaya Attachment-mu! (Sumber : Freepik/@yanalya)

SUKABUMIUPDATE.com - Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, “Kenapa ya hubunganku selalu gagal?” Padahal kamu sudah berusaha, sudah mencintai dengan tulus, bahkan sudah mengubah banyak hal demi pasangan. Tapi entah kenapa, ujung-ujungnya selalu sama: kecewa, terluka, dan patah hati.

Kalau kamu pernah atau sedang berada di situasi ini, mungkin masalahnya bukan cuma di pasangan atau keadaan, tapi bisa jadi di gaya attachment-mu sendiri.

Apa Itu Attachment Style?

Attachment style atau gaya keterikatan adalah pola cara seseorang membentuk hubungan emosional dengan orang lain terutama dalam hubungan dekat seperti asmara. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh psikolog John Bowlby dan Mary Ainsworth, dan kini banyak digunakan untuk memahami dinamika hubungan romantis, keluarga, bahkan pertemanan.

Attachment style terbentuk sejak kita kecil, terutama dari cara kita diperlakukan oleh orang tua atau pengasuh. Pola ini terbawa hingga dewasa dan mempengaruhi cara kita mencintai, merespon konflik, menunjukkan emosi, dan mengelola rasa takut akan penolakan atau kehilangan.

Baca Juga: Apresiasi, Kunci Kecil yang Sering Terlupakan dalam Hubungan

Empat Gaya Attachment yang Perlu Kamu Kenali

1. Secure Attachment (Gaya Aman)

Orang dengan gaya ini umumnya nyaman memberi dan menerima cinta. Mereka bisa percaya pada pasangan, mampu membangun kedekatan emosional tanpa rasa takut, dan tahu cara mengatur batasan sehat.

Ciri-ciri:

  • Mudah mempercayai pasangan
  • Tidak takut terlalu dekat atau terlalu jauh
  • Mampu berkomunikasi dengan terbuka

Kalau kamu punya gaya ini, kemungkinan besar hubunganmu lebih stabil dan sehat.

2. Anxious Attachment (Gaya Cemas)

Orang dengan gaya ini sangat takut ditinggalkan, cenderung clingy, dan sering membutuhkan kepastian berulang dari pasangan.

Ciri-ciri:

  • Sering merasa tidak cukup dicintai
  • Takut pasangan berubah pikiran
  • Cemas berlebihan saat tidak dibalas atau diabaikan

Gaya ini sering menyebabkan konflik karena pasangan merasa “ditekan” atau “dibebani”.

3. Avoidant Attachment (Gaya Penghindar)

Tipe ini cenderung menjaga jarak emosional. Mereka takut terlalu dekat karena takut kehilangan kemandirian atau merasa tidak nyaman dengan ketergantungan.

Ciri-ciri:

  • Cenderung menutup diri saat ada masalah
  • Sulit mengekspresikan emosi
  • Lebih memilih menyendiri saat konflik

Dalam hubungan, mereka sering terlihat “dingin” atau “nggak peduli”, padahal sebenarnya takut terluka.

Baca Juga: Waspadai Hubungan Tidak Sehat: Ini 6 Ciri Toxic Relationship yang Harus Kamu Kenali

4. Disorganized Attachment (Gaya Tidak Terorganisir)

Gabungan antara anxious dan avoidant. Biasanya terbentuk dari pengalaman masa kecil yang traumatis, seperti kekerasan, pengabaian, atau pola asuh yang membingungkan.

Ciri-ciri:

  • Ingin dekat tapi juga takut dekat
  • Mudah panik, kemudian tiba-tiba menarik diri
  • Pola hubungan penuh drama dan ketidakkonsistenan

Gaya ini bisa sangat membingungkan, baik bagi diri sendiri maupun pasangan.

Kenapa Penting Mengetahui Attachment Style?

Karena tanpa sadar, gaya keterikatan kita menentukan pola jatuh cinta dan konflik yang selalu kita ulang. Kalau kamu sering mengalami:

  • Hubungan yang intens tapi cepat rusak
  • Rasa takut ditinggalkan yang berlebihan
  • Pasangan yang terus “kabur” saat kamu butuh
  • Atau kamu sendiri sering menarik diri saat hubungan mulai serius

besar kemungkinan kamu sedang mengulang pola attachment yang belum sembuh.

Baca Juga: Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Accounting, Yuk Cek Kualifikasinya Disini!

Bagaimana Cara Mengubah Gaya Attachment?

Berita baiknya, gaya attachment bukan vonis seumur hidup. Ia bisa berubah dan berkembang. Berikut beberapa langkah awal:

  1. Sadari pola-pola hubungan yang kamu alami , catat kesamaan konflik dari hubungan ke hubungan.
  2. Refleksikan hubungan masa kecil, bagaimana hubunganmu dengan orang tua dulu? Apakah kamu merasa aman, atau justru tidak?
  3. Terapi atau konseling, profesional bisa membantu mengurai luka lama dan membangun pola yang lebih sehat.
  4. Komunikasi terbuka dengan pasangan, belajar untuk mengenali kebutuhan emosional satu sama lain.
  5. Latihan regulasi emosi, seperti journaling, meditasi, atau latihan pernapasan saat muncul kecemasan atau dorongan untuk kabur.

Kalau hubunganmu selalu gagal, bukan berarti kamu tidak layak dicintai. Bisa jadi kamu hanya belum benar-benar mengenali pola relasimu sendiri.
Dengan memahami attachment style, kamu bisa mulai membangun relasi yang lebih sehat, saling mendukung, dan penuh kedewasaan emosional.

Jadi, daripada menyalahkan diri atau pasangan, yuk mulai kenali gaya attachment-mu sendiri. Karena cinta yang bertahan bukan tentang kesempurnaan tapi tentang kesadaran dan usaha untuk saling tumbuh.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jawa Barat 20 Juni 2025, Waspada Hujan dari Siang hingga Malam

Sumber: Psychology Today

Berita Terkait
Berita Terkini