TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
bankbjb

KLB Campak Jawa Barat Ditemukan Paling Banyak di Tiga Daerah Ini

Dalam kurun dua bulan terakhir, KLB campak di Jawa Barat mengalami peningkatan dengan sebaran pada 13 kota dan kabupaten.

Kamis 16 Mar 2023, 09:51 WIB

(Foto Ilustrasi) KLB campak di Jawa Barat paling banyak ditemukan di daerah sekitar Jakarta. | Foto: Freepik

SUKABUMIUPDATE.com - Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Jawa Barat paling banyak ditemukan di daerah sekitar Jakarta. Menurut Ketua Tim Kerja Surveilens dan Imunisasi Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dewi Ambarwati, kasus temuan positif campak paling tinggi di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, lalu Kota Bekasi. “Sejauh ini kasus paling banyak pada kalangan anak,” ujarnya, Rabu, 15 Maret 2023.

Mengutip tempo.co, berdasarkan data per Februari 2023, temuan kasus positif campak di Kabupaten Bogor yaitu 215 orang, Kota Bogor 138 orang, dan Kota Bekasi 100 kasus. Berada di daerah aglomerasi dengan Jakarta, menurut Dewi, penyakit campak yang menular itu berhubungan dengan perpindahan orang. Penularan virusnya melalui percikan droplet di udara saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Dalam kurun dua bulan terakhir, KLB campak di Jawa Barat mengalami peningkatan dengan sebaran pada 13 kota dan kabupaten. Pada Januari 2023, jumlah suspek campak 985 orang, sebanyak 289 orang di antaranya terkonfirmasi positif. Semantara pada Februari, temuan kasus suspek campak menjadi 2.307 dengan konfirmasi positif 800 orang.

Baca Juga: Dinkes Catat 13 Kasus Positif Campak di Kota Sukabumi pada Januari 2023

Penyakit campak bisa ditangkal dengan vaksin. Saat pandemi Covid-19, menurut Dewi, secara global terjadi penurunan cakupan vaksinasi. Secara nasional sejak Agustus hingga Oktober, dan November di Jawa Barat, dilakukan vaksinasi lewat Bulan Imunisasi Anak Nasional. Pencapaiannya di Jawa Barat diklaim hingga lebih dari 95 persen.

Wali kota atau bupati, kata Dewi, boleh senang karena cakupan vaksinasi campak dan rubela bagus. “Tapi tolong minta di-breakdown cakupan imunisasinya per Puskesmas dan per desa masing-masing, coba diintervensi untuk cakupan desa yang belum mencapai target,” ujarnya. Vaksinasi dilakukan pada bayi berusia 9 bulan, selanjutnya antara umur 18-24 bulan, dan yang ketiga saat usia anak Sekolah Dasar.

Masyarakat diminta waspada campak

Status KLB ditetapkan pemerintah kota atau kabupaten saat ada temuan lima suspek campak yang punya hubungan epidemiologis. Gejala umumnya seperti demam dan muncul ruam pada kulit tubuh. Secara klinis menurut Dewi, dokter bisa menyatakan seseorang terkena campak walau tanpa pemeriksaan sampel ke laboratorium.

Indikasi KLB lainnya yaitu jika ditemukan dua kasus positif campak berdasarkan hasil uji laboratorium dan pasiennya memiliki hubungan epidemiologis. ”Artinya pernah ketemu atau ada kontak fisik,” ujarnya. Karena penularannya dari virus cukup mudah antar manusia lewat udara, jumlah temuan yang sedikit itu pun dinyatakan sebagai KLB.

Baca Juga: Kasus Campak Terkendali, Dinkes Kota Sukabumi Imbau Warga Soal Imunisasi Anak


Halaman :
Berita Terkait
BERITA TERPOPULER
Berita Terkini
x