Kemenkes Ungkap Penyebab Kasus Campak yang Naik 32 Kali Lipat di 2022

Sabtu 21 Januari 2023, 18:28 WIB
Ilustrasi campak. Kemenkes menyebut kasus campak meroket puluhan kali lipat.
|Foto: Freepik

Ilustrasi campak. Kemenkes menyebut kasus campak meroket puluhan kali lipat. |Foto: Freepik

SUKABUMIUPDATE.com - Kasus campak pada tahun 2022 mengalami peningkatan. Di tahun tersebut, kasus Campak meroket hingga 32 kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Lalu apa kata Kemenkes mengenai penyebab di balik naiknya kasus Campak?

Menurut data yang dihimpun Kemenkes, di tahun 2022 terdapat 3.341 kasus campak yang terkonfirmasi. kasus tersebut tersebar 223 kabupaten/kota di 31 provinsi.

"Di Indonesia 2 sampai 3 tahun sampai saat ini, sejak kita terdampak dari pandemi covid-19, sehingga dari itu berdampak langsung terhadap membuat implikasi yang tidak baik,"ungkap Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine saat Konferensi Pers, Jumat, 20 Januari 2023, dilansir dari tempo.co.

Baca Juga: Aturan Bagi-Bagi Angpao Imlek 2023, Syarat hingga Isi Uang Amplop

Prima mengatakan, pandemi juga menghambat cakupan imunisasi di Indonesia, sehingga kata Prima jika menilik cakupan Imunisasi di Indonesia kelihatan memang turun secara signifikan.

"Penyebabnya memang waktu pertama kali pandemi, kan slogan kita adalah di rumah saja kalau tidak perlu. Maka ortu tidak ada anak dibawa di pelayanan imunisasi," ujarnya.

Lalu kata Prima, di tahun kedua pandemi Covid-19 2021, pelonjakan kasus Covid -19 varian delta kembali terjadi dan itu mengakibatkan orangtua berat dan hati-hati membawa anak keluar.

Baca Juga: Berkisah Soal Percintaan, Ini Lirik dan Terjemahan Lagu You & I - Diego Gonzalez

"Anak-anak yang tidak membawa mendapatkan imunisasi ini, tentu akan mengakibatkan resiko yang makin besar terhadap tertularnya penyakit-penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi termasuk campak," paparnya.

Dan dampak dari pertambahan kasus Campak ini kata Prima, lebih mengkhawatirkan yakni komplikasi penyakitnya. Apalagi kata Prima, bila menyasar anak-anak dengan kondisi gizi yang buruk.

"Anak ini, biasanya akan langsung disampai dengan komplikasi seperti diare berat bahkan sampai penyakit kuning, radang paru-paru, radang otak infeksi selaput," jelasnya.

Baca Juga: Keripik Pohon Pisang, Cara Pemuda Sukabumi olah Limbah Kebun jadi Cuan

Diingatkan Prima kalau Campak memiliki daya menularnya yang cepat, dan hanya bisa dikendalikan jika anak mengikuti diimunisasi.

"Sehingga yang kita tekankan di sini adalah imunisasi sesuai dengan jadwalnya, supaya anak itu bisa terhindar dari campak,"

Juru bicara (Jubir) Kemenkes RI, Mohammad Syahril mengatakan jika pihaknya sedang berupaya mengejar capaian vaksinasi Campak. Dari yang disebutkan Syahril, hingga kini capaian vaksinasi Campak telah mencapai 72,70 persen dari target capaian 95 persen.

Baca Juga: Aktor Na Chul Pemeran Drama Korea Vincenzo dan Happiness Meninggal Dunia

"Tapi sekarang alhamdulillah vaksinasi dampak 72,70 persen dari 95 persen, mudah-mudahan kita kejar dan dari 12 provinsi yang terjadi ini dapat kita turunkan bersama-sama," ujarnya saat dihubungi, Sabtu, 21 Januari 2023.

Dan ia mengatakan gerakan gencar vaksinasi Campak di daerah berstatus KLB Campak atau tidak sedang dilakukan, sehingga kasus-kasus Campak yang masih melanda Indonesia dapat berkurang dan tidak ada lagi kasus KLB Campak baru ke provinsi yang lain.

Perlunya vaksinasi

Syahril menyatakan bahwa tindakan yang dapat mencegah kejadian Campak adalah dengan mengikuti vaksinasi Campak. Ia menyebut kalau mengikuti vaksinasi Campak merupakan bagian kebutuhan yang penting agar terhindari dari Campak. Sehingga penyebaran penularannya dapat dihentikan.

Baca Juga: Tumbuh Rumput dan Pohon, Ini Penyebab Gurun di Arab Saudi Mendadak Menghijau

"Betul-betul vaksinasi ini, menjadi kebutuhan penting agar tidak menyebar dan kita bisa menyetop KLB yang ada," terangnya.

Juga Syahril menyampaikan, masyarakat untuk selalu waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat. "Virus ini kan menular dari satu kontak langsung ya. Jadi, kalau orang sudah campak dia berpelukan, dia bersalaman dia digendong itu bisa menyebar," jelasnya

Lalu, hati-hati penularan Campak melalui droplet, seperti pilek dan batuk kata Syahril. Jika menemukan gejala klinis dari Campak seperti flu, matanya merah kemudian ada ruam-ruam di seluruh tubuh baru, segera lakukan pemeriksaan.

"Segera melakukan pemeriksaan, jangan sampai terlambat karena apa ini akan cepat menyebar. Kemudian vaksinasi jangan lupa ya, tidak lagi kita imunisasi ke belakang tapi mulai lagi vaksinasi tambahan dari yang pertama ya," imbaunya.

Sumber: Tempo.co

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkait
Berita Terkini
Motor25 April 2024, 11:00 WIB

8 Dampak yang Terjadi Apabila Motor Jarang Dipanaskan, Yuk Kenali!

Jarang memanaskan motor dapat menimbulkan beberapa dampak negatif.
Jarang memanaskan motor  dapat menimbulkan beberapa dampak negatif. | (Sumber : Freepik.com/@ pressfoto)
Sehat25 April 2024, 09:00 WIB

Mengenal 6 Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan, Bisa untuk Menyembuhkan Luka!

Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan yang jarang orang ketahui.
Ilustrasi - Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan yang jarang orang ketahui.(Sumber : Freepik.com/@Racool_studio)
Keuangan25 April 2024, 08:21 WIB

Daftar Lengkap 537 Pinjol Ilegal Terbaru yang Diblokir Satgas Pasti

Satgas Pasti mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati.
(Foto Ilustrasi) Satgas Pasti memblokir 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi. | Foto: Istimewa
Sehat25 April 2024, 08:00 WIB

10 Rekomendasi Asupan Sehat untuk Mengatasi Serangan Asam Urat

Berikut Rekomendasi Asupan Sehat untuk Mengatasi Serangan Asam Urat. Yuk Coba Konsumsi!
Ilustrasi. Minyak Zaitun. Rekomendasi Asupan Sehat untuk Mengatasi Serangan Asam Urat (Sumber : pixabay.com/@SteveBuissinne)
Life25 April 2024, 07:00 WIB

Komunikasi Terbuka, 10 Cara Mendidik Anak Laki-laki yang Susah Diatur

Penting untuk terus beradaptasi dengan kebutuhan dan kepribadian anak laki-laki yang sulit diatur sambil tetap memegang nilai-nilai dan prinsip yang diyakini.
Ilustrasi pola asuh orang tua. | Komunikasi Terbuka: Cara Mendidik Anak Laki-laki yang Susah DiaturFoto: Freepik/@foto tekan
Food & Travel25 April 2024, 06:00 WIB

Cara Membuat Rebusan Daun Mahkota Dewa untuk Mengatur Gula Darah, Ini 7 Langkahnya!

Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi rebusan atau ramuan herbal apa pun, termasuk rebusan daun mahkota dewa.
Cara Membuat Rebusan Daun Mahkota Dewa. Foto: Instagram/@kebuhbuahkita
Science25 April 2024, 05:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 25 April 2024, Pagi Cerah Berawan dan Siang Potensi Hujan

Cuaca Sukabumi dan sekitarnya pada 25 April 2024, berpotensi pagi cerah dan hujan siang hari di semua wilayah Jawa Barat.
Ilustrasi - Cuaca Sukabumi dan sekitarnya pada 25 April 2024, berpotensi pagi cerah dan hujan siang hari di semua wilayah Jawa Barat. (Sumber : Freepik)
Sukabumi Memilih25 April 2024, 00:04 WIB

Ditutup 25 April, DPC Demokrat Jaring 7 Bacalon Bupati/Wakil Bupati Sukabumi

Tercatat sebanayk tujuh orang yang menyatakan akan maju menjadi calon bupati / wakil bupati Sukabumi yang akan maju melalui partai demokrat
Bambang Topan Firmasyah bakal calon wakil Bupati di Pilkada 2024 saat mendaftar di Kantor DPC Partai Demokrat Kabupaten Sukabumi | Foto : Ilyas Supendi
Sukabumi24 April 2024, 23:27 WIB

Dinas PU Perbaiki Titik Kerusakan di Jalan Ahmad Yani Palabuhanratu Sukabumi

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sukabumi melakukan perbaikan jalan rusak yang sempat menjadi keluhan warga di ruas Jalan Jendral Ahmad Yani, Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu.
Petugas Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sukabumi perbaiki jalan Jendral Ahmad Yani di Palabuhanratu | Foto : Ilyas Supendi
Sukabumi24 April 2024, 22:55 WIB

Pelaksanaan PSAJ Tingkat SMP di Kabupaten Sukabumi Diikuti 25.576 Siswa

Pelaksanaan ujian sekolah kini berganti nama menjadi Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ).
Siswa SMPN 1 Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi saat mengikuti Penilauan Sumatif Akhir Jenjang atau PSAJ | Foto : Ibnu Sanubari