Simeut, Si Kecil dari Pajampangan Sukabumi: Tradisi, Ladang Cuan, dan Kuliner Masa Depan

Sukabumiupdate.com
Sabtu 12 Jul 2025, 09:39 WIB
Simeut, Si Kecil dari Pajampangan Sukabumi: Tradisi, Ladang Cuan, dan Kuliner Masa Depan

Simeut asal Pajampangan, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Setelah panen padi kedua, Pajampangan, Kabupaten Sukabumi, kembali disibukkan dengan tradisi lama yang tetap lestari hingga kini, berburu belalang alias simeut. Di wilayah tersebut, fenomena ini bukan sekadar musiman, namun juga menjadi sumber penghasilan tambahan sekaligus kuliner favorit masyarakat setempat.

Jaenal Abidin (32 tahun), warga Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran, mengatakan saat ini sedang musim simeut jenis kelapa, yang biasa muncul setelah panen padi pertama, kedua, hingga ketiga. Musim belalang umumnya terjadi pada Maret, Juli, Agustus, dan menjelang akhir tahun saat musim hujan mulai datang, yakni November dan Desember.

"Setelah panen padi, kami biasa berburu belalang. Sekarang jenis kelapa lagi banyak. Ini favorit warga," ungkap Jaenal kepada sukabumiupdate.com di kebunnya pada Sabtu (12/7/2025).

Belalang-belalang itu dijual "brangkasan" (belum dibersihkan), menggunakan botol bekas air mineral. Harga satu botol ukuran 600 mililiter (ml) dibanderol Rp 25 ribu, sedangkan botol ukuran 1.200 ml Rp 50 ribu. Jika sudah dibersihkan, harganya naik sekitar Rp 5 ribu.

Baca Juga: Surga Wisata Alam dan Kuliner, 10 Hal yang Harus Dipersiapkan Saat Liburan ke Sukabumi

Meski dijual mentah, peminatnya sangat banyak. Bahkan Jaenal menyebut, simeut ini sempat dikirim ke luar daerah seperti Bandung dan Jawa Tengah dalam bentuk siap santap atau sudah digoreng dan dikemas. Harga jual simeut goreng mencapai Rp 120 ribu per kilogram, sedangkan yang mentah dihargai Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu per kilogram.

"Permintaannya luar biasa. Dulu kami kirim ke Bandung dan Jawa Tengah, tapi yang sudah dimasak. Sekarang juga kadang ada yang pesan buat oleh-oleh," ujar dia.

Jenis belalang yang dikonsumsi masyarakat Pajampangan pun beragam, di antaranya:

* Belalang Kelapa – Ukuran kecil dan berwarna hijau. Habitatnya di sawah dan semak.

* Siloar dan Dage – Biasanya ditemukan di semak tinggi, perkebunan, dan kawasan hutan.

* Dogdog/Betok/Kopak – Hidup di area persawahan yang dipenuhi rumput liar setelah panen.

* Tali Tangkas – Dikenal dari suaranya yang nyaring di malam hari. Habitatnya di semak dan perkebunan.

Waktu berburu simeut biasanya dilakukan pada malam hari. Namun, dengan teknik tertentu, pemburuan juga bisa dilakukan siang. Kegiatan ini bukan hanya bagian dari budaya lokal, tetapi juga sudah dilirik sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan.

"Kalau di negara Cina, belalang bahkan sudah dibudidayakan. Jadi pangan alternatif masa depan. Di sini juga bisa jadi peluang kalau dikelola serius," kata Jaenal.

Dengan potensi yang besar serta tradisi yang kuat, simeut bukan sekadar serangga biasa bagi warga Pajampangan. Ia adalah bagian dari siklus alam dan ekonomi yang hidup berdampingan dengan budaya bertani masyarakat.

Berita Terkait
Berita Terkini