Asyiknya Ngopi, Tanam Kopi, hingga Panen Madu di Kosim Farm Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Minggu 11 Mei 2025, 09:56 WIB
Kedai Barkomun di objek wisata alam Kosim yang berada di area Pondok Halimun, Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Asep Awaludin

Kedai Barkomun di objek wisata alam Kosim yang berada di area Pondok Halimun, Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Asep Awaludin

SUKABUMIUPDATE.com - Objek wisata alam Kosim (Kebun Organik Suung dan Imah Madu) menyuguhkan nuansa berwisata dengan pemandangan alam menyejukkan di bawah kaki Gunung Gede Pangrango, tepatnya berada di kawasan Pondok Halimun (PH), Desa Perbawati, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.

Di dalamnya, bukan hanya wisata alam yang akan didapat para pengunjung, Kosim juga memiliki komitmen untuk mengedukasi para pengunjung tentang pentingnya merawat ekosistem alam dalam setiap paket program yang disediakan.

Kepada sukabumiupdate.com, Erik selaku owner sekaligus penggagas Kosim beserta tim lainnya menceritakan bahwa Kosim lahir sekitar tahun 2020 lalu dari sebuah kekhawatiran akan ekosistem wisata saat ini.

“Kosim itu ide awalnya kita berpikir kita ingin punya lahan yang akan kita pakai untuk edukasi. Kita lama berkegiatan di sini (Pondok Halimun) dan banyak kawasan wisata alam yang hanya terfokus pada wisatanya saja,” ujar Erik pada Minggu (11/5/2025).

Baca Juga: Menepi Sejenak untuk Healing, Menikmati Sejuknya 5 Wisata Sukabumi Ini

Awalnya, Kosim tercipta dengan konsep budi daya jamur atau suung dalam bahasa Sunda serta budi daya madu trigona atau madu teuweul. Namun seiring berjalannya waktu, budi daya jamur dianggap terlalu banyak menghasilkan limbah hingga akhirnya diganti menjadi budi daya tanaman kopi.

“Akhirnya kita berkenalan dengan teman-teman yang melakukan budi daya kopi di sini, dari situ kita mulai merambah ke budi daya kopi,” kata dia.

Oleh sebab itu, Kosim hari ini dianggap lebih berkesinambungan dengan konsep yang dibangun untuk menjaga lingkungan. Selain itu, bunga dari tanaman kopi yang ditanam akan menjadi sumber makanan bagi lebah madu yang ada di sana.

“Kebetulan kan kita juga budi daya lebah, nah ketika kopi berbunga maka akan terjadi saling ketergantungan atau simbiosis mutualisme di situ antara kopi dan lebah,” sebut Erik.

“Seiring berjalannya waktu kita melakukan pengembangan Kosim ini dengan membuat kedai kopi Barkomun dengan harapan suatu saat kalau kopi kita sudah menghasilkan minimalnya kita bisa menjual produk kita sendiri di kedai tersebut,” tambahnya.

Sambil ngopi, para pengunjung akan diberikan paket program edukasi tentang ekosistem alam, menanam kopi, hingga budi daya lebah madu trigona.

“Jadi kalau ada yang datang ke sini untuk berkemah atau hanya berkunjung saja kita selalu tawarkan untuk ikut program edukasi lebah dan kopi, berikut semua proses produksi kopi maupun lebah itu sendiri,” jelas dia.

“Di sana juga kita menjelaskan terkait ekosistemnya, ekologinya, jenis-jenisnya, dengan pendekatan yang lebih rekreatif, enggak terlalu serius dan program ini sudah berjalan,” kata Erik.

Selain itu, para pengunjung juga dapat berkemah dengan konsep yang lebih ramah lingkungan tepat di bawah kaki Gunung Gede Pangrango.

“Kita mengangkat konsep kemah organik dan memperkenalkan kepada semua orang untuk mengacu pada ramah lingkungan. Kita menyebutnya kemah organik atau kemah hijau,” ucapnya.

Adapun biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap pengunjung tentu sangat ramah dan terjangkau. Setiap pengunjung akan dikenakan tarif sebesar Rp 130 ribu per orang untuk setiap paket yang disuguhkan.

“Sebenarnya kalau harga basic-nya sendiri kalau orang mau camp di sini hanya Rp 80 ribu, tapi di sini kita satukan dengan program edukasi lebah dan kopi, kita kenakan tarif R p50 ribu per orang. Jadi total Rp 130 ribu,” lanjut Erik.

Berita Terkait
Berita Terkini