Siswi Sukabumi Meninggal Akibat Bullying, PKS Serukan Perbaikan Sistem Pendidikan

Sukabumiupdate.com
Kamis 30 Okt 2025, 08:00 WIB
Siswi Sukabumi Meninggal Akibat Bullying, PKS Serukan Perbaikan Sistem Pendidikan

Ilustrsi stop bullying. | Foto: Freepik

SUKABUMIUPDATE.com - Duka mendalam menyelimuti Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Siswi berusia 14 tahun dari MTs Negeri 3 Sukabumi meninggal tergantung di rumahnya, Selasa malam, 28 Oktober 2025. Kepergiannya memunculkan dugaan adanya tindakan bullying di lingkungan sekolah.

Korban diketahui kerap mengungkapkan keinginannya untuk pindah sekolah. Setiap kali pulang, ia mengadu kepada keluarga bahwa tidak tahan dengan perlakuan yang diterimanya. Namun harapan itu belum sempat terwujud karena keterbatasan ekonomi.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Sukabumi Herwan Gunawan angkat suara. Dalam keterangannya pada Kamis, 30 Oktober 2025, ia menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyerukan kepedulian kolektif agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi. “Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk membiarkan anak merasa sendirian menghadapi tekanan. Ini tanggung jawab moral kita semua,” ujarnya dengan tegas.

Herwan menilai tragedi ini bukan sekadar kasus pribadi, melainkan cermin dari masih lemahnya sistem perlindungan terhadap anak di sekolah dan rumah. Ia mengingatkan bahwa setiap anak berhak merasa aman, diterima, dan dicintai. “Ketika seorang anak kehilangan rasa aman di tempat belajarnya, kita sedang kehilangan makna pendidikan itu sendiri,” kata dia.

Baca Juga: Fakta Baru Kematian Siswi MTs di Sukabumi: Ibu Korban Sempat Sampaikan Dugaan Bullying ke Sekolah

Peristiwa ini semakin memilukan setelah beredar surat tulisan tangan yang diduga ditinggalkan korban. Isinya mencerminkan tekanan batin yang dirasakannya. Surat itu memantik empati luas di media sosial dan mendorong masyarakat untuk kembali menaruh perhatian serius pada isu bullying yang kerap tersembunyi di balik senyum para pelajar.

Informasi lain terungkap bahwa ibu korban pernah mengeluhkan kondisi anaknya kepada wali kelas. Ia menyampaikan korban sering merasa tertekan dan kehilangan semangat belajar. Wali kelas, menurut pengakuan sang ibu, sempat menjanjikan akan menindaklanjuti keluhan tersebut. 

Dalam pandangan Herwan, kejadian ini seharusnya menjadi momentum bagi seluruh lapisan masyarakat untuk membangun sistem perlindungan anak yang lebih kuat dan terintegrasi. “Kita tidak boleh hanya sibuk mencari siapa yang salah. Kita harus berani memperbaiki apa yang salah,” ujarnya yang menekankan pendidikan tidak boleh berhenti pada transfer ilmu, tetapi juga harus menjadi ruang pembentukan karakter dan kesehatan mental.

PKS, kata Herwan, memiliki bidang yang fokus pada ketahanan keluarga serta perlindungan perempuan dan anak. Melalui struktur ini, partainya berkomitmen mendorong langkah konkret seperti edukasi anti-bullying, pendampingan psikologis bagi pelajar, dan pelatihan empati bagi guru serta orang tua. “Kita ingin setiap sekolah benar-benar menjadi rumah kedua yang aman bagi anak-anak,” katanya.

Dengan tujuh kursi PKS di DPRD Kabupaten Sukabumi, Herwan memastikan pihaknya siap menggunakan fungsi legislasi dan pengawasan untuk memperkuat regulasi perlindungan anak di lingkungan pendidikan. Ia juga menyerukan sinergi pemerintah daerah, lembaga sosial, dan masyarakat sipil, untuk menciptakan ekosistem belajar yang lebih baik.

“Ini bukan hanya tugas pemerintah atau sekolah, tetapi juga setiap keluarga,” ucap dia.

Herwan mengingatkan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak harus menjadi budaya, bukan sekadar formalitas. Hal itu juga merupakan perwujudan peradaban yang maju, di mana perbaikan sistem dimulai dari keluarga dan rumah. “Anak yang berani bicara adalah mereka yang merasa didengar. Dan itu harus kita rawat,” ujarnya.

Ia menambahkan, kasus ini juga menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya deteksi dini terhadap tanda-tanda tekanan mental pada anak. Banyak pelajar tampak baik-baik saja di luar, padahal sedang berjuang sendirian di dalam. “Kita perlu peka, lebih banyak mendengar daripada menilai. Karena dari situlah penyelamatan sering kali bermula,” kata Herwan.

Di akhir pernyataannya, Herwan mengajak semua pihak untuk menjadikan kejadian ini sebagai titik balik memperkuat kepedulian sosial. “Kita tidak bisa mengubah yang telah terjadi, tetapi dapat memastikan tidak ada lagi anak yang merasa hidupnya tidak berharga. Mari kita ubah duka menjadi gerakan agar tidak ada lagi tangis yang lahir dari kelengahan kita," katanya.

Catatan redaksi: Berita ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada publik. Tidak ada maksud mengglorifikasi atau mendorong tindakan mengakhiri hidup dalam bentuk apa pun. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan mengakhiri hidup atau masalah kesehatan mental, segera cari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan yang disediakan pemerintah.

Berita Terkait
Berita Terkini