SUKABUMIUPDATE.com - Emalia (55 tahun), ibu dari RR, gadis asal Sukabumi yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di China, kini hanya bisa berharap anaknya segera dipulangkan. Dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, ia tetap berusaha bertahan hidup sembari menunggu kabar baik dari putri bungsunya itu.
Sehari-hari, Emalia bekerja sebagai buruh pembungkus kue ali di daerah Cikiray, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Setiap pagi ia berjalan kaki hampir satu jam menuju pabrik tempatnya bekerja. “Kalau saya bagian bungkus, mulai kerja jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Seminggu empat kali, paling juga dapat 50 ribu, kurang lebih,” kata Emalia saat ditemui sukabumiupdate.com di kontrakannya, Kamis (18/9/2025).
Hasil kerjanya yang pas-pasan hanya cukup untuk makan, membeli sabun, dan kebutuhan harian. Selebihnya, ia kerap bergantung pada kiriman dari RR. “Untuk makan sama beli sabun sehari-hari kontrakan mah kan nunggu dari Reni,” ucapnya
Emalia mengaku, awalnya ia mengira RR bekerja di PT GSI di Cikembar. Namun, kejanggalan muncul saat putrinya tidak pulang selama tiga bulan. “Tadinya bilang mau kerja di GSI, dikira saya kerjanya di sana aja di Cikembar. Pas saya telepon, saya bilang cepat pulang, tapi jawabnya, ‘doain aja Bu biar saya bisa pulang’. Dari situ saya curiga,” ungkapnya.\
Baca Juga: Sosok KH Endang Juhrodi, Ketua DMI Cicurug yang Wafat Usai Kecelakaan di Tikungan Cikidang
Ia lalu berbicara dengan kerabatnya, yang menduga RR kemungkinan dibawa ke luar negeri. Kecurigaan itu semakin kuat karena sebelumnya RR pernah ingin bekerja di Jepang, tetapi dilarang oleh keluarga. “Jadinya nggak minta izin dulu, tahu-tahu udah ada di sana. Saya juga kaget, semalaman nggak bisa tidur,” tutur Emalia.
Meski kerap mengirim uang untuk membayar kontrakan dan membantu biaya pengobatan kakaknya yang sakit, keberadaan RR di luar negeri membuat ibunya hanya bisa berdoa. “Mudah-mudahan cepat pulang aja,” harapnya.
Di sela pekerjaannya, Emalia sering kali mengenang anaknya hingga tak terasa menempuh perjalanan satu jam berjalan kaki menuju tempat kerja. “Iyalah, walaupun sekarang juga lagi bicara-bicara juga keingat terus ke anak,” katanya sambil menahan haru.
Sugit, adik dari ibu RR, yang sebelumnya diberitakan sebagai SG (saksi) menceritakan bahwa kontrakan yang dihuni ibunya RR kini menunggak pembayaran hingga tiga bulan. Sejak kepergian RR ke luar negeri, tidak ada lagi yang bisa diandalkan sebagai penopang kebutuhan rumah tangga. “Kontrakan ini sudah tiga bulan nunggak, tapi alhamdulillah pemiliknya masih berbaik hati. Karena merasa prihatin, beliau tidak menagih ataupun mempermasalahkan,” ungkap SG.
Baca Juga: Dewan Sukabumi Teddy Setiadi Beri Bantuan Alat Kasidah dan Sarana Posyandu di Bojongkokosan
Kontrakan yang ditempati ibu RR itu berukuran sekitar 6 x 6 meter, sederhana namun menjadi satu-satunya tempat bernaung keluarga. SG menambahkan, kondisi ekonomi semakin berat karena ibunya kini harus sendirian menanggung kehidupan sehari-hari, sementara RR yang sebelumnya menjadi tulang punggung keluarga masih terkatung-katung di negeri orang.
Kini, sambil menunggu kepastian dari pemerintah terkait pemulangan RR, Emalia hanya bisa berdoa agar anaknya diberikan keselamatan dan bisa segera kembali ke rumah.