SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah kasus Raya (3 tahun) yang meninggal karena penyakit cacing dan menyita perhatian publik, muncul masalah serupa di Kampung Sikluk RT 14/06 Desa Tegallega, Kecamatan Cidolog, Kabupaten Sukabumi. Balita bernama Salwa Aulia Khoerunnisa (2 tahun) menderita kelainan pada sistem pencernaannya
Salwa adalah anak pasangan suami istri Usep Supriatna (36 tahun) dan Enah Mulyani (28 tahun). Kelainan ini dialami sejak lahir dan kini fisiknya hanya bisa terbaring lemah. Selama tiga tahun terakhir ia telah empat kali operasi besar. Meski seluruh biaya medis ditanggung BPJS Kesehatan, keluarga kewalahan memenuhi biaya transportasi bolak-balik ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan kebutuhan sehari-hari selama proses pengobatan.
“Bukan berarti kami tidak berusaha, semua sudah kami lakukan semaksimal mungkin. Tapi setiap bulan harus kontrol ke Bandung, sedangkan kondisi ekonomi terbatas. Kadang bisa berangkat, tapi bingung untuk pulangnya karena kehabisan uang,” ungkap sang ayah, Usep, kepada sukabumiupdate.com di rumahnya pada Rabu (20/8/2025).
Baca Juga: DPRD Soroti Miliaran Dana Panas Bumi, Balita Sukabumi Mati Cacingan di Lumbung Energi
Setelah operasi keempat, Salwa kini menunggu enam bulan ke depan untuk operasi kelima. Selama masa tunggu, kontrol rutin ke RSHS tetap wajib. Kondisi ini semakin memberatkan karena kebutuhan kakaknya di rumah juga harus tetap terpenuhi. Usep bekerja serabutan dan masih menumpang di rumah panggung ukuran 4x10 meter milik mertua.
"Kami hanya ingin Salwa bisa sehat seperti anak-anak lain,” kata Usep.
Kepala Puskesmas Cidolog Cepi Hermansyah membenarkan kondisi kesehatan Salwa. Ia menjelaskan, berdasarkan pemeriksaan medis, balita tersebut didiagnosis acquired rectovestibular fistula yakni kelainan bawaan pada sistem usus dan rektum (bagian akhir usus besar) yang tersambung secara abnormal ke jalur vagina
“Pasien sudah tiga tahun menjalani pengobatan, baik di RSUD Syamsudin SH maupun RSHS Bandung. Dari sisi pelayanan kesehatan, puskesmas maupun pemerintah desa (Pemdes) Tegallega sudah membantu, termasuk pembuatan kartu BPJS dan pendampingan rujukan,” jelasnya.
Cepi menegaskan persoalan utama yang dialami keluarga bukan pada akses layanan kesehatan, melainkan keterbatasan ekonomi. “Pasien butuh kantong kolostomi untuk menampung kotoran usus pascaoperasi. Karena harga cukup mahal, keluarga terpaksa membuat sendiri dari plastik kiloan. Ini berisiko bagi kebersihan dan kenyamanan pasien,” tambahnya.
Hasil pemeriksaan terakhir menyatakan kondisi Salwa cukup stabil. Luka kolostomi tidak menunjukkan tanda infeksi dan proses pengobatan masih terus berlanjut sesuai arahan dokter spesialis bedah anak di RSHS. Keluarga berharap ada uluran tangan dari berbagai pihak untuk meringankan beban biaya transportasi, akomodasi, dan kebutuhan medis di luar tanggungan BPJS. “Kami pada Selasa (19/8/2025), bersama Kepala Desa Tegallega, sudah mengunjungi rumah pasien," kata Cepi.
Diketahui, di Kampung Padangenyang RT 06/03 Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, balita bernama Raya (3 tahun) meninggal pada 22 Juli 2025 dengan tubuh dipenuhi cacing gelang. Kisah tragisnya baru mengemuka setelah komunitas sosial Rumah Teduh mengunggah kondisi Raya pada pertengahan Agustus lalu.
Raya dibawa ke rumah sakit pada 13 Juli 2025 malam dalam keadaan tak sadarkan diri. Ia pun diketahui tengah menjalani pengobatan tuberkulosis, ditambah demam, batuk, dan pilek yang membuat tubuhnya kian rapuh. Sembilan hari Raya bertahan di rumah sakit tanpa identitas dan jaminan kesehatan, sehingga tagihan biaya menembus puluhan juta.