Dari Kolong Rumah ke Liang Lahad: Tragedi Raya, Balita Sukabumi yang Meninggal karena Penyakit Cacing

Sukabumiupdate.com
Selasa 19 Agu 2025, 15:32 WIB
Dari Kolong Rumah ke Liang Lahad: Tragedi Raya, Balita Sukabumi yang Meninggal karena Penyakit Cacing

Raya (3 tahun) saat ditangani medis. Ia adalah balita asal Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, yang menderita penyakit cacing dan meninggal dunia. | Foto: Instagram/@rumah_teduh_sahabat_iin

SUKABUMIUPDATE.com - Beranda media sosial dibanjiri duka setelah muncul kabar meninggalnya balita asal Sukabumi berusia sekitar tiga tahun bernama Raya. Video yang diunggah akun lembaga sosial Rumah Teduh @rumah_teduh_sahabat_iin bukan sekadar kabar kehilangan, melainkan potret telanjang betapa kejamnya abai pada kehidupan seorang anak.

Berdasarkan keterangan narator dan video yang ditampilkan di Instagram pada pertengahan Agustus 2025, tubuh mungil Raya dipenuhi cacing gelang. Rekaman CT scan memperlihatkan serangan parasit yang menjalar di dalam dirinya sehingga tubuhnya lemas. Bukan sekadar penyakit, namun sinyal kuat tentang rapuhnya jaring pengaman sosial di negeri ini.

Kisah Raya tak berhenti pada urusan medis. Ia lahir dari keluarga dengan pengasuhan penuh catatan. Ibu dan ayahnya mengalami gangguan mental, membuat perhatian terhadap tumbuh kembangnya terabaikan sejak dini. Di kolong rumah panggung dengan tanah bercampur ayam dan kotoran, ia bermain tanpa perlindungan. Lingkungan itu perlahan menjadi pintu masuk bagi malapetaka yang pada akhirnya merenggut hidupnya.

Pada 13 Juli 2025, Raya dievakuasi Rumah Teduh ke rumah sakit. Namun harapan segera berhadapan dengan tembok birokrasi. Identitas tak jelas, jaminan kesehatan tak ada. Rumah sakit memberi waktu tiga kali dua puluh empat jam untuk pengurusan dokumen. Tetapi hingga batas akhir, dokumen tak kunjung selesai. Perawatan pun berubah menjadi beban keuangan: harus bayar mandiri. Seorang balita sakit parah akhirnya dipaksa menunggu keputusan administrasi yang tak kunjung datang.

Baca Juga: Alami Sakit, Kronologi Pendaki Asal Cibadak Sukabumi Meninggal Dunia di Gunung Slamet

Sementara tubuh Raya berperang dengan cacing, tagihan rumah sakit terus menanjak. Dari belasan hingga tembus puluhan juta hanya dalam sembilan hari. Keluarga miskin tanpa pegangan mustahil bisa menanggungnya dan berupaya diperjuangkan Rumah Teduh . Nyawa seorang bocah tergadai di antara angka dan lembaran administrasi.

Pada 22 Juli, Raya menyerah. Ia pergi dalam kondisi tubuh ringkih, menyisakan catatan bahwa di republik ini, birokrasi bisa lebih cepat memutus harapan daripada menyelamatkan.

Identitas Raya baru terkuak setelah kematiannya. Anak pasangan Rizaludin alias Udin (32 tahun) dan Endah (38 tahun) itu tinggal di Kampung Padangenyang RT 06/03 Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Kepala desa setempat, Wardi Sutandi, mengakui pola asuh di keluarga tersebut berjalan seadanya.

“Kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang. Tidak tahu pasti bagaimana kondisi anaknya sampai separah itu,” kata Wardi kepada wartawan pada Selasa (19/8/2025).

Wardi membenarkan bahwa sejak kecil Raya sering bermain di bawah kolong rumah bersama ayam, hingga hidup dalam lingkungan yang tidak sehat. Ia sempat mengalami demam, lalu diperiksa di klinik dan puskesmas setempat dengan diagnosis awal penyakit paru. Namun karena keluarga tidak memiliki dokumen kependudukan maupun BPJS Kesehatan, pengobatannya terkendala. “Lalu ada keluarga yang melapor ke Rumah Teduh dan akhirnya Raya dijemput pakai ambulans,” kata dia.

Raya sempat dirawat sekitar sembilan hari dengan bantuan Rumah Teduh. Namun kondisinya semakin memburuk dan pada 22 Juli 2025 ia menghembuskan napas terakhirnya. “Jenazahnya datang malam hari dan langsung dimakamkan,” jelas Wardi.

Ia menegaskan bahwa selama ini Raya dan kakaknya yang berusia enam tahun selalu mendapat perhatian saudara. Tetapi pola hidup yang tidak terkontrol dan minim pengawasan membuat kondisi kesehatannyya semakin rapuh. “Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita kasih, karena orang tuanya tidak bisa bekerja. Tapi yang namanya penyakit kita tidak tahu. Untuk Raya dan kakaknya, mereka sebenarnya normal, berbeda dengan orang tuanya,” kata dia.

Pelaksana tugas (Plt) Camat Kabandungan Budi Andriana mengurai simpul administrasi yang terlambat. Informasi pertama baru diterima pada 15 Juli, dua hari setelah Raya masuk rumah sakit. Kebingungan identitas ini membuat proses kependudukan kian berbelit. Baru pada 21 Juli dilakukan perekaman data, dan sehari kemudian kartu keluarga resmi terbit.

Berita Terkait
Berita Terkini