SUKABUMIUPDATE.com - Tradisi pawai samenan di Sukabumi, yang telah menjadi bagian penting dari perayaan kenaikan kelas dan kelulusan siswa selama puluhan tahun, kini menghadapi tantangan serius usai kebijakan baru yang melarang perpisahan sekolah yang mewah dan memungut biaya dari orang tua siswa.
Kebijakan terkait Pawai Samenan Dihentikan ini diinisiasi oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Larangan perpisahan sekolah yang berdampai pada pawai samenan tidak hanya memengaruhi pelaku seni seperti musisi drumband yang kehilangan kesempatan tampil, tetapi juga mengancam keberlangsungan tradisi budaya lokal yang telah lama dijaga oleh masyarakat.
Sebagai bentuk protes, sejumlah warga di Desa Cikahuripan, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, membakar kerangka patung kreasi karnaval samenan pada Kamis malam 8 Mei 2025 lalu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan perpisahan mewah yang dilarang.
Secara historis, tradisi samenan memiliki akar sejarah yang kuat di Sukabumi. Istilah "samenan" diyakini berasal dari bahasa Belanda "slagen voor het examen," yang berarti lulus ujian. Selama bertahun-tahun, tradisi pawai samenan telah menjadi ajang bagi siswa, guru, dan orang tua untuk merayakan pencapaian akademik melalui pawai yang meriah, pertunjukan seni, dan berbagai kegiatan budaya lainnya.
Baca Juga: Aksi Maling Terekam CCTV Curi Motor di Cidahu Sukabumi
Berdasarkan hal tersebut, sukabumiupdate.com (SU) melakukan jajak pendapat (polling) kepada para pembaca SU melalui fitur polling di feeds Instagram @sukabumiupdatecom. Polling sukabumiupdate.com tersebut bertajuk "TRADISI PAWAI SAMENAN DI SUKABUMI DISETOP". Polling sukabumiupdate.com ini dimulai pada hari Senin, 12 Mei 2025 dan berakhir pada hari Kamis, 15 Mei 2025.
Hasil Polling Sukabumiupdate.com tentang Pawai Samenan di Sukabumi Disetop: Antara Macet & Budaya
Polling sukabumiupdate.com tentang Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan
Postingan polling sukabumiupdate.com tentang Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan ini mendapat atensi cukup banyak dari wargenet. Hingga Kamis, 15 Mei 2025, di media sosial instagram/@sukabumiupdatecom, sebanyak 2.200 akun telah menyukai postingan Polling Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan, dengan 723 komentar, 157 kali dibagikan dan 47 kali disimpan.
Kemudian, ada 5.549 akun yang telah berpartisipasi dalam Polling sukabumiupdate.com tersebut, diantaranya 54% pengguna atau sekitar 2.996 akun memilih "Setuju" dan 2.553 akun lainnya (46%) memilih "Tidak Setuju".
Hasil Polling sukabumiupdate.com tentang Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan
Berikut persentase dan hasil Polling sukabumiupdate.com tentang Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan:
- 54% Warganet Setuju Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan (2.996 pengguna)
- 46% Warganet Tidak Setuju Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan (2.553 pengguna)
Analisis Sentimen di Polling Sukabumiupdate.com
Analisa lanjutan juga dilakukan sukabumiupdate.com dengan menghimpun dan mengolah kata dan/atau kalimat tertentu dari komentar warganet hingga akhir periode polling. Persentase dalam analisis ini berdasarkan akumulasi komentar bersentimen positif, negatif dan sentimen netral.
Hasilnya, sentimen positif mencapai 41,5% yang mana selisih tipis dengan sentimen negatif dengan persentase sebesar 47,5%, dan sentimen netral di angka 11%. Adapun sentimen positif adalah komentar bernada mendukung, menyukai, setuju, senang, atau memberikan kesan baik. Sementara sentimen negatif memiliki definisi sebaliknya.
Berdasarkan hasil olah data terhadap komentar-komentar di postingan polling, diketahui mayoritas warganet menjadikan KEMACETAN sebagai alasan terhadap dukungan dihentikannya pawai samenan. Apalagi, pawai kerap dilakukan secara bergiliran oleh yayasan atau sekolah-sekolah di jalan utama.
Warganet yang pro Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan juga menyoroti relevansi keagamaan.
Disamping itu, sekitar 11 persen netizen berharap Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi tidak seutuhnya dihentikan. Pemerintah diharapkan memberi ruang solusi alternatif agar Pawai Samenan tetap terselenggara tanpa menggangu jalanan secara masif. Misalnya, hanya dilakukan di jalan desa.
Baca Juga: Gempa Doublet Guncang Bogor, BMKG: Akibat Aktivitas Sesar Aktif
Topik yang Paling Sering Muncul Terkait Polling Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi
Tak hanya soal tanggapan setuju dan tidak setuju, melalui kolom komentar, sederet warganet turut menyoroti beberapa hal terkait wacana penghapusan Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi, diantaranya:
1. Kemacetan Lalu Lintas (37.7%)
Isu kemacetan paling banyak disuarakan oleh warganet dan menyebut Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi menyebabkan macet.
2. Budaya/Tradisi (32.2%)
Alasan budaya atau tradisi menjadi salah satu alasan bagi warganet yang tak setuju penyetopan Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi.
3. Dampak Ekonomi (17.8%)
Pemerintah diminta untuk pikir-pikir melarang Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi. Banyak warganet menilai Tradisi Pawai Samenan memberikan dampak positif di bidang ekonomi.
4. Kritik Moral/Agama (14.4%)
Menyoal Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi, topik agama turut disuarakan warganet. Mereka menyebut, pawai samenan kerap disisipi acara yang tak sejalan dengan norma keagamaan.
5. Saran Alternatif & Lainnya (11.0%)
Terakhir, berdasarkan polling Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi komentar yang memberikan saran atau win-win solution justru menjadi yang paling sedikit muncul, yakni hanya sekitar 11%.
Komentar Warganet Soal Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan
Polling sukabumiupdate.com tentang Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi Dihentikan
Kemudian dari 723 komentar, beberapa warganet menyebut sederet alasan mengapa mereka setuju terhadap penyetopan Tradisi Pawai Samenan di Sukabumi, salah satunya soal relevansi keagamaan.
"Sangat Setuju dihilangkan, Di Sukabumi mah katanya Tradisi Sekolah Madrasah islamiyah kalau samenan Manggil drumband, padahal di Acaranya itu pada Joget joget Erotis gtu laki laki perempuan di sawer di lihatin sama anak anak madrasah.. bahkan banyak anak anak yang ikutan nyawer 😢 innalilahi, gak ada faedah nya sama sekali, apakah itu yang di ajar kan dalam ajaran islam" komentar akun/@rizkyXXX di polling sukabumiupdate.com.
"Setuju, jalanan tambah macet apalagi kalau udah masuk jalan nasional." tulis salah satu akun lainnya, @putrisuXXX di instagram/@sukabumiupdatecom, dikutip Senin, 19 Mei 2025.
Akun dengan username/@mufifuXXX juga berkomentar hal serupa yakni, "Setuju ih ya ampun lewat cibadak teaya nanaon ge macet komo aya samen.. berjam ga sampe" gara" jalan utama dipake pawei 😢😢""
Tak hanya komentar dengan sentimen positif setuju pawai samenan dihentikan, beberapa pengguna juga menyoroti soal pelaksanaan samenan di Sukabumi yang kerap menjadi kenangan masa sekolah.
"Apaan dahhh jangan d stopp, ga tiap hari kan, gua aja yg orang jkt, klau mau ke sukabumi kebtulan di bulan2 mei/juni liat festival samen sukabumi doyan liat, kompakk udah kek tradisi, pada kreatif, hargai lahh kan satu taun sekali, itung2 self reward buat masyarakat, bukan stady tour jg kan??" tulis komentar @vinnlXXX di polling sukabumiupdate.com.
"Yakin nu nyebut macet jeung satuju th da lain rata2 warga kabupaten rata2 warga kota geus kitu nu mungkin teu pernah nyakolakeun budak ka madrasah, padahal yeuh nya eta th geus nga budaya jadi daya tarik tersendiri pikeun warga kab sukabumi..." komentar akun lain, @yusuf_assXXX, yang menyoroti soal kemacetan akibat tradisi pawai samenan di Sukabumi.
Akun dengan username/@9_ppXXX juga berkomentar bahwa tradisi samenan di Sukabumi menjadi wujud bakat anak-anak. "anak² yg jadi dbnya juga kan berbakat min, masa bakatnya dilarang gitu aja? apalagi itu buat cari uang"