SUKABUMIUPDATE.com - Sungai Cigadung yang membelah Dusun Bantargadung Girang dan Dusun Kubang di Desa Bantargadung Sukabumi, sangatlah berbeda dari sebelumnya.
Banyak orang melintas antar desa dengan cara menyusuri sungai, meskipun melalui jalan setapak yang terjal dan bebatuan licin.
Anak-anak sekolah, petani, pedagang, juga mereka yang hendak menuju desa dan kota yang berada di seberang.
Mereka terpaksa menyusuri sungai karena jembatan andalan yang ada disana, roboh, diterjang luapan air sungai, pasca hujan deras yang mengguyur wilayah Sukabumi pada pekan sebelumnya.
Warga Seberangi Sungai | Foto: Dok. Dompet Dhuafa
Jembatan itu merupakan satu-satunya akses pintas yang biasa digunakan untuk kebutuhan masyarakat.
Seperti berangkat sekolah, mencari nafkah, pergi mengaji, pergi ke rumah sakit, hingga urus administrasi kependudukan.
“Mau gimana lagi? Terpaksa harus lewat bawah (sungai). Ada jalan lain, tapi kalau lewat jalan sana jauh banget, bisa 5 (lima) Kilometer jalan kaki, jalanannya rusak, dan naik-turun. Kalau pakai ojek motor harus ongkos 25 ribu sekali jalan, pulang-pergi 50 ribu. Itu belum ongkos yang lain,” aku Pak Mumuh (50 tahun), salah satu warga Dusun Kubang, setelah melintasi Sungai Cigadung.
Memiliki mata pencaharian sebagai Pedagang Ikan Cue, Pak Mumuh harus menjajakan dagangannya ke daerah pasar Sukabumi setiap 2 (dua) hari sekali. Berangkat jam 4 (empat) pagi dan kembali pulang jam 9 (sembilan) malam.
Ya, berangkat gelap, pulang gelap, ia lakoni melewati jembatan tersebut. Namun, sejak jembatan andalan itu rusak, ia harus tetap menyusuri sungai kala gelap.
“Sebelum (jembatan) rusak, waktu hujan itu airnya terus meluap. Sekolah anak-anak terpaksa diliburkan, yang mau berangkat jualan juga gak bisa nyebrang karena arusnya deras. Hingga akhirnya banjir menerjang jembatan,” jelas Pak Mumuh.