Jangan Dianggap Sepele! Ini 13 Jenis Penyakit Akibat Stres yang Perlu Diwaspadai

Sukabumiupdate.com
Jumat 26 Sep 2025, 19:58 WIB
Jangan Dianggap Sepele! Ini 13 Jenis Penyakit Akibat Stres yang Perlu Diwaspadai

Ilustrasi jenis penyakit akibat stres (Sumber: Freepik/@prostooleh)

SUKABUMIUPDATE.com - Stres adalah hal yang wajar dialami setiap orang. Namun, bila berlangsung terus-menerus tanpa penanganan, dampaknya bisa jauh lebih serius dari sekadar suasana hati yang buruk. Stres dapat mempengaruhi fisik maupun mental, bahkan memicu berbagai penyakit yang ringan hingga berat.

Berikut ini beberapa penyakit akibat stres yang penting untuk diwaspadai.

1. Sakit kepala

Sakit kepala menjadi keluhan paling umum saat stres. Ketegangan otot dan saraf di kepala dapat memicu sakit kepala tegang, migrain, hingga rasa kesemutan di salah satu sisi kepala. Durasi sakit kepala bisa sebentar atau berlangsung lama, tergantung tingkat stres yang dialami.

2. Flu

Stres membuat daya tahan tubuh menurun. Hormon kortisol yang meningkat saat stres melemahkan respon imun, sehingga tubuh lebih rentan terserang flu. Jika stres tidak diatasi, gejala flu pun bisa lebih parah dan sering kambuh.

3. Sindrom kelelahan kronis

Chronic fatigue syndrome ditandai dengan rasa lemah dan kantuk yang tidak kunjung hilang meski sudah cukup tidur. Penyebab pastinya belum jelas, tetapi stres diduga menjadi salah satu faktor pemicu.

Baca Juga: 16 Cara Praktis Mengatasi Stres agar Hidup Lebih Tenang, Yuk Terapkan

4. Gangguan tidur

Beban pikiran akibat stres sering kali membuat seseorang sulit tidur nyenyak. Insomnia menjadi masalah umum, dan bila dibiarkan bisa mempengaruhi tekanan darah, menurunkan kualitas hidup, hingga memperpendek usia.

5. Masalah kesuburan

Stres dapat mengganggu hormon reproduksi. Pada pria, bisa memicu ejakulasi dini. Pada wanita, siklus menstruasi jadi tidak teratur. Jika berlangsung lama, stres juga bisa meningkatkan risiko kemandulan.

6. Sakit punggung

Selain karena postur tubuh yang salah, stres juga bisa menjadi penyebab sakit punggung. Ketegangan fisik akibat tekanan emosional sering menyerang leher, bahu, hingga punggung.

7. Obesitas

Hormon kortisol yang meningkat saat stres dapat menambah nafsu makan, terutama terhadap makanan manis dan berlemak. Jika dibiarkan, tubuh menyimpan lebih banyak lemak, terutama di area perut, sehingga risiko obesitas meningkat.

8. Gangguan pencernaan

Stres berdampak langsung pada lambung dan usus yang terhubung dengan saraf otak. Itulah sebabnya stres bisa memicu maag, GERD, atau sindrom iritasi usus (IBS).

Baca Juga: Waspada! Stres di Tempat Kerja Bisa Bikin Tubuh dan Pikiran Jadi Sakit

9. Diabetes

Stres kronis dapat mengacaukan pola makan sekaligus mengganggu kerja insulin. Akibatnya, kadar gula darah sulit dikendalikan dan risiko diabetes pun meningkat.

10. Penyakit jantung

Stres meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, hingga kadar kolesterol dan trigliserida. Kombinasi ini bisa memicu hipertensi, serangan jantung, atau stroke.

11. Penyakit Alzheimer

Stres berkepanjangan membuat kadar kortisol dalam darah tinggi dan dapat merusak hipokampus yaitu bagian otak yang berperan dalam memori. Hal ini meningkatkan risiko Alzheimer dan demensia.

12. Penyakit kulit

Stres membuat kulit lebih sensitif dan berminyak. Akibatnya, jerawat lebih mudah muncul. Selain itu, stres juga bisa memperparah kondisi kulit seperti eksim, psoriasis, atau rosacea.

13. Depresi

Jika stres kronis tidak segera ditangani, risiko terberatnya adalah depresi. Kondisi ini membuat penderitanya merasa putus asa, berperilaku agresif, bahkan melakukan tindakan berbahaya pada diri sendiri atau orang lain.

Baca Juga: Waspadai Penyakit Cacing Tambang: Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya

Stres yang dibiarkan berlarut-larut bukan hanya mempengaruhi emosi, tetapi juga memicu berbagai penyakit serius, mulai dari sakit kepala, flu, hingga penyakit jantung dan depresi. Untuk itu, penting menjaga kesehatan mental dengan cara beristirahat cukup, berolahraga, melakukan relaksasi, atau bercerita dengan orang terdekat. Bila stres terasa sulit dikendalikan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar mendapat penanganan yang tepat.

Sumber: mayoclinic

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini