Dari Era MTV Pejantan Tangguh Sheila On 7 Ajarkan Attitude Lewat Karya Bukan Balasan di Media

Sukabumiupdate.com
Senin 03 Nov 2025, 06:21 WIB
Dari Era MTV Pejantan Tangguh Sheila On 7 Ajarkan Attitude Lewat Karya Bukan Balasan di Media

Takhta Pop-Rock 'Pejantan Tangguh' Adalah Respon Berkelas Sheila On 7 Atas Drama Kaos 'F*K' Edi Brokoli di MTV. (Ilustrasi:CanvaAI)

SUKABUMIUPDATE.com - Jelang akhir tahun 2025. Di tengah dominasi TikTok, live streaming, dan playlist Spotify yang fana, kisah tentang Sheila on 7 tidak hanya terletak pada keabadian liriknya yang puitis. Bagi generasi yang kini terbiasa mengonsumsi konten video dalam format vertikal di ponsel, sulit membayangkan bahwa babak legendaris band ini bermula dari medium yang kini hanya tinggal 'batu nisan' budaya pop, yakni MTV. Media yang dulu pernah mengakomodir gestur sindiran pada SO7 ini baru saja mengumumkan penutupan permanen lima saluran musik ikoniknya per 31 Desember 2025, semakin mengukuhkan bahwa era TV musik telah usai.

Jauh sebelum Sheilagank meramaikan jagat maya dengan war tiket konser yang fenomenal, pertarungan kelas SO7 justru terjadi di platform yang akan segera mati tersebut. Mereka pernah dihantam provokasi vulgar melalui kaos high-profile di televisi, namun respon yang diberikan adalah sebuah demonstrasi keanggunan yang abadi: menenggelamkan kebisingan masa lalu itu dengan karya berkelas yang diwujudkan dalam album "Pejantan Tangguh", membuktikan bahwa kualitas sejati tidak butuh validasi dari media mainstream yang fana.

Ujian Keanggunan di Tengah Provokasi Murahan

Ketegangan implisit mengenai genre musik pop yang dianggap "terlalu manis" oleh sebagian komunitas rock akhirnya menemukan panggungnya yang eksplosif di mata publik. Momen ikonik yang tak terlupakan dan kini menjadi potongan sejarah budaya populer itu terjadi ketika Dedy Mahendra, yang dikenal sebagai Edi Brokoli, tampil di depan kamera sebagai VJ MTV. Ia mengenakan kaos hitam polos yang disablon dengan tulisan putih yang sangat provokatif: "FK SHEILA ON 7".

Baca Juga: Obrolan Warung Kopi Kenapa Bayar Royalti Musik itu Wajib, Tapi Bikin UMKM Jantungan? LMK Nggak Boleh Pungut!

Lagu 'Dan' dari Sheila On 7 menjadi salah satu hits yang membawa nama band asal Yogyakarta tersebut melambung di industri musik Indonesia | Foto: Instagram/@sheilaon7Sheila On 7 justru menunjukkan kecerdasan emosional dan kelas yang jauh berbeda. Mereka dengan sengaja menolak terperosok ke dalam lumpur drama publik yang akan memuaskan para pemburu sensasi. | Foto: Instagram/@sheilaon7

Tindakan ini melampaui batas kritik musikal yang wajar itu adalah deklarasi perang terbuka yang secara sinis menantang hegemoni dan dominasi Sheila on 7 sebagai raja baru musik Indonesia. Parahnya, Edi Brokoli saat itu berada di puncak popularitas sebagai Video Jockey yang berpengaruh, menjadikannya figur sentral yang setiap gerak-geriknya, termasuk pernyataan visualnya, memiliki daya ledak media yang luar biasa.

Insiden tersebut segera memicu kegemparan masif dan spekulasi tak berujung di media hiburan, memaksa semua mata tertuju pada Sheila on 7, menanti respons emosional atau balasan yang setara vulgarnya.

Periode awal 2000-an, tepat ketika insiden kaos kontroversial ini terjadi, adalah era keemasan bagi televisi swasta di Indonesia, dan khususnya, bagi program infotainment. Sebelum media sosial seperti Instagram dan TikTok lahir, saluran televisi adalah satu-satunya medan perang dan altar pemujaan bagi selebritas. Program-program infotainment mengisi jam tayang utama, menjadi sumber gosip dan headline yang menentukan siapa yang tetap relevan dan siapa yang tenggelam.

Baca Juga: Tamat! Seluruh Saluran Musik MTV Ditutup Per 31 Desember 2025: Ini Alasan Era Emas TV Musik Klasik Benar-benar Berakhir!

Dalam konteks budaya media yang hype-sentris inilah Edi Brokoli, yang kontraknya dengan MTV akan segera berakhir, melihat adanya kebutuhan mendesak untuk menciptakan ulangan sensasi yang dapat menjamin namanya tetap menjadi sorotan. Tindakan manuver murahan melalui kaos tersebut adalah strategi cerdik untuk memastikan ia tetap memiliki 'nilai berita' dan diperbincangkan, sekaligus menegaskan betapa kuatnya cengkeraman media infotainment dalam mendikte popularitas di masa itu.

Balasan Senyap Menolak Drama, Memilih Estetika

Di titik ini, banyak superstar lain yang mungkin akan tergelincir, membalas dengan amarah publik atau diss track yang reaktif. Namun, di bawah kendali Eross Candra, Duta dan personel lainnya, band ini justru menunjukkan kecerdasan emosional dan kelas yang jauh berbeda. Mereka dengan sengaja menolak terperosok ke dalam lumpur drama publik yang akan memuaskan para pemburu sensasi.

Alih-alih melakukan konferensi pers yang panas atau mengeluarkan pernyataan tajam yang akan merusak citra mereka, respons yang diberikan justru mengalir dari akar seni mereka sebuah jawaban yang sublim, matang, dan elegan, disalurkan melalui satu-satunya medium yang mereka kuasai sepenuhnya: seni musik. Mereka memilih untuk meng-ghosting provokator mereka, menjadikan kebisingan itu tak berarti.

Baca Juga: Soundrenaline 2025 Dari Panggung ke Dompet, Musik Jadi Penggerak Rezeki Bareng-Bareng.

Pejantan Tangguh Ode Kematangan Musikal

Jawaban nyata, yang tak terucapkan namun terasa dampaknya, hadir pada tahun 2004 melalui perilisan album keempat mereka, "Pejantan Tangguh". Meskipun lagu-lagu utama dalam album ini tidak secara eksplisit ditujukan kepada pihak tertentu, peningkatan keberanian musikal yang mereka tunjukkan adalah sebuah manifesto tak terbantahkan. Dengan aransemen yang lebih berani, lebih ngebass, dan memiliki tekstur ngerock yang lebih kuat dari album-album sebelumnya, Sheila on 7 membuktikan bahwa popularitas mereka bukanlah sebuah kebetulan atau keterbatasan musikal.

Kualitas produksi dan eksplorasi genre di album ini seolah menjadi afirmasi berkelas atas kapabilitas mereka. Mereka menunjukkan bahwa kedewasaan sebuah band dinilai dari pilihan estetika yang berani dan kemampuan untuk berevolusi, bukan dari seberapa lantang mereka membalas cibiran sebuah respons yang jauh lebih powerful daripada ribuan kata-kata.

Pengakuan "Gimmick" Drama Lama Menjadi Konten Digital

Bertahun-tahun kemudian, tabir misteri ini dibuka oleh Edi Brokoli sendiri, yang akhirnya mengakui bahwa insiden kaos itu hanyalah gimmick yang terencana dan disengaja demi menjaga eksistensinya. Ia menyebutnya sebagai 'Masa Persiapan Pensiun' (MPP) agar namanya tidak tenggelam dari sorotan televisi di tahun 2002, era di mana infotainment adalah raja dan belum ada media sosial yang bisa dijadikan platform untuk panjat sosial (pansos).

Baca Juga: 14 Acara MTV yang Menjadi Saksi Bisu & Batu Nisan Kematian Musik Television

Ia sengaja memilih Sheila on 7 karena level popularitas mereka yang tinggi, memastikan bahwa "dagangan gua berhasil" dan namanya tetap menjadi perbincangan. Ironisnya, di zaman sekarang, klip-klip klarifikasi Edi Brokoli tentang "gimmick" ini banyak kembali beredar viral di TikTok dan YouTube, menjadikannya throwback yang rutin dibahas oleh generasi baru, membuktikan bahwa drama lama selalu memiliki daya tarik sebagai konten. Namun, alih-alih merusak, strategi gimmick tersebut justru semakin memperkaya narasi ketenangan dan produktivitas Sheila on 7.

Dari titik krusial itu, kisah sukses Sheila on 7 terus bergulir tanpa henti. Mereka menempuh berbagai tahapan, mulai dari perubahan personel hingga melalui periode yang lebih tenang. Namun, relevansi mereka tidak pernah memudar. Mereka telah bertransformasi dari sebuah band menjadi semacam kapsul waktu kolektif bagi sebuah generasi, dan setiap pengumuman penampilan mereka selalu menjadi momen reuni yang paling dinantikan.

Hal ini terbukti dengan status tak resmi mereka sebagai "Band Sejuta Umat" dan jadwal konser padat sepanjang tahun 2025 di berbagai kota besar sebuah pencapaian fenomenal yang membuktikan kekuatan karya. Dari sebuah kaos provokatif di layar MTV, hingga jadwal konser yang terisi penuh di tahun 2025, perjalanan mereka adalah bukti tak terbantahkan: Reputasi sejati dibangun bukan dengan membalas serangan, tetapi dengan konsistensi tak kenal lelah dalam menciptakan karya yang melekat di hati dan playlist penggemar. 

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini