Sabilulungan Semangat Gotong Royong Sunda yang Diabadikan Maestro Mang Koko

Sukabumiupdate.com
Jumat 26 Sep 2025, 08:37 WIB
Sabilulungan Semangat Gotong Royong Sunda yang Diabadikan Maestro Mang Koko

Mang Koko adalah nama populer dari Koko Koswara (1917–1985), seorang seniman, budayawan, dan maestro karawitan Sunda yang sangat berpengaruh dari Jawa Barat (Sumber foto: Wikipedia)

SUKABUMIUPDATE.com - Sabilulungan satu kata yang mewakili filosofi luhur masyarakat Sunda: gotong royong, kebersamaan, dan persatuan tekad. Nilai agung ini diangkat dari tradisi lisan menjadi karya seni yang abadi oleh tangan dingin seorang maestro karawitan, H. Koko Koswara (1917–1985), yang lebih dikenal sebagai Mang Koko. Dikenal sebagai seniman multidimensi: komponis, pendidik, dan jurnalis. Ia menyadari bahwa seni karawitan Sunda perlu diperbarui agar tetap relevan di tengah modernisasi.

Melalui konsep Kreasi Wanda Anyar (Ragam Gaya Baru), Mang Koko merevolusi karawitan Sunda dengan menjadikannya: Lebih Dinamis: Irama yang lebih cepat, variatif, dan energik dibanding gaya klasik yang cenderung lambat. Lebih Populer: Format lagu (kawih) yang lebih ringkas dan memiliki struktur jelas (bait dan reff), sehingga mudah diingat. Bermuatan Edukasi: Lirik yang kritis, membangun, dan menyuarakan nilai-nilai moral atau perjuangan, bukan sekadar meratapi alam.

Puncak dari karya pembaharuannya adalah lagu "Sabilulungan," yang menjadi mahakarya, simbol identitas Sunda, dan manifestasi dari ajaran luhur Sunda Wiwitan.

Baca Juga: Membangun Masa Depan Melalui Kreativitas: Peran Womenpreneur dalam Pemberdayaan Ekonomi

Lirik dan Tafsir Mahakarya "Sabilulungan"

Lagu ini merupakan ajakan kolektif untuk membangun negeri berdasarkan semangat kebersamaan. Berikut adalah liriknya dan tafsir bebasnya:

Lagu "Sabilulungan" adalah sebuah seruan kebangsaan yang sarat makna dari Mang Koko, menanamkan filosofi hidup Sunda tentang kolektivitas dan persatuan. Intinya adalah ajakan untuk gotong royong.

Sabilulungan urang gotong royong,Kebersamaan adalah fondasi kita. Mari kita bergerak bersama, bahu-membahu, sebab tidak ada masalah yang terlalu besar jika dikerjakan bersama.

Sabilulungan persatuan tékad,Satukan niat dan tujuan. Dalam perbedaan, kita harus memiliki satu tekad yang bulat untuk mencapai cita-cita luhur.

Sabilulungan hirup sauyunan,Hiduplah rukun dalam harmoni. Hindari perpecahan. Kita harus saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan.

Sabilulungan silih pélénjengan.Saling mengisi dan mengayomi. Kita harus saling mengingatkan dan melindungi, karena kelemahan satu adalah kelemahan bersama. Sabilulungan masiat sabilulungan,Tujuan utama kita adalah kebersamaan. Segala upaya dan energi harus difokuskan pada semangat kolektif ini.

Tékad sabilulungan ngawangun lembur,Satukan tekad untuk membangun tanah kelahiran. Persatuan adalah modal utama untuk mewujudkan kemajuan daerah.Hirup sabilulungan tulung tinulungan.Esensi hidup rukun adalah tolong menolong. Selalu siap membantu sesama tanpa melihat latar belakang. Sabilulungan genteng ulah potong.Meski sulit, jangan sampai putus. Ikatan kebersamaan ini harus dipertahankan sekuat mungkin, layaknya tali yang tidak boleh terputus.   

Baca Juga: Mengenal Kelelahan Adrenal: Gangguan Kesehatan di Era Modern

Berkat Mang Koko, nilai Sabilulungan tidak hanya tersimpan dalam warisan budaya, tetapi juga meresap ke dalam sendi kehidupan.

Lagu ini telah menjadi pengiring wajib dalam acara-acara resmi di Jawa Barat dan bahkan menjadi filosofi resmi pembangunan di beberapa kabupaten (seperti di Kabupaten Bandung), yang membuktikan bahwa seni karawitan dapat menjadi pedoman etos kerja dan tata kelola modern.

Mang Koko Koswara berhasil membuktikan bahwa kearifan lokal yang dikemas dengan inovasi seni (Wanda Anyar) dapat melahirkan sebuah karya yang abadi, tidak hanya sebagai lagu yang enak didengar, tetapi juga sebagai spirit kebangsaan yang senantiasa relevan.

Karawitan Sunda adalah istilah untuk seni musik tradisional yang berasal dan berkembang di wilayah Sunda (Jawa Barat). Secara umum, karawitan merujuk pada seni suara tradisional, baik yang berupa vokal maupun instrumen.

Kata "karawitan" sendiri berasal dari kata dasar "rawit" (dalam bahasa Jawa), yang berarti halus, rumit, atau indah. Jadi, karawitan Sunda dapat diartikan sebagai seni musik yang memiliki keindahan dan kerumitan dalam susunan nada, irama, dan teknik penyajiannya.

Tiga Bentuk Utama Karawitan Sunda

Karawitan Sunda umumnya dibagi menjadi tiga bentuk penyajian, yaitu:

  1. Karawitan Sekar (Vokal): Seni suara yang substansi dasarnya menggunakan suara manusia (nyanyian), seperti yang dibawakan oleh sinden atau dalam bentuk tembang dan kawih.
  2. Karawitan Gending (Instrumental): Penyajian musik yang diungkapkan murni dengan menggunakan alat-alat musik (waditra), seperti permainan gamelan, kecapi, dan suling.
  3. Karawitan Sekar Gending (Campuran): Bentuk penyajian yang paling umum, yaitu gabungan antara vokal dan instrumental, di mana nyanyian diiringi oleh instrumen musik.

Orang Barat kini banyak yang tertarik dengan musik tradisional Indonesia, diantaranya Degung, Gamelan, Kecapi suling dan lagu-lagu SundaOrang Barat pun, kini banyak yang tertarik dengan musik tradisional Indonesia, diantaranya Degung, Gamelan, Kecapi suling dan lagu-lagu Sunda (Gambar: ChatGPT)

Ciri Khas Karawitan Sunda

Karawitan Sunda memiliki ciri khas yang sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya:

  1. Sistem Tangga Nada (Laras)

Karawitan Sunda menggunakan sistem tangga nada pentatonis (lima nada). Laras yang paling umum dan dikenal adalah:

  • Laras Saléndro: Memiliki karakter ceria, heroik, dan dinamis.
  • Laras Pélog: Memiliki karakter sedih, tenang, dan agung.
  • Selain itu juga dikenal laras Degung, Madenda, dan Mandalungan.
  1. Instrumen Kunci

Alat musik yang paling identik dan dominan dalam karawitan Sunda adalah:

  • Gamelan Degung/Saléndro: Satu set instrumen pukul (idiophone) bernada.
  • Kecapi dan Suling: Sering menjadi inti dalam pertunjukan Tembang Sunda Cianjuran atau Kliningan. Kecapi adalah alat musik petik, sementara suling adalah alat musik tiup.
  1. Dua Aliran yang Kontras

Baca Juga: Sejarah Terulang! 29 Tahun Berselang, Adrie Subono Kembali Hadirkan Foo Fighters untuk Indonesia

Dalam perkembangannya, karawitan Sunda memiliki dua aliran utama:

  • Aliran Menak (Bangsawan): Cenderung memiliki pakem (aturan) tradisi yang kuat, kaku, dan formal. Contohnya adalah Tembang Sunda Cianjuran dan Degung Klasik.
  • Aliran Rakyat: Lebih dinamis, kreatif, spontan, dan komunikatif. Aturan estetisnya tidak terlalu kaku dan mudah dimodifikasi sesuai proses kreatif seniman. Contohnya adalah Ketuk Tilu dan Bajidoran.

Mang Koko, dengan konsep Kreasi Wanda Anyar-nya, berada di garis depan dalam mengembangkan karawitan agar lebih dinamis dan mudah diterima oleh masyarakat luas, menjembatani antara tradisi bangsawan dan spontanitas rakyat.

(Sumber: Berbagai sumber)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini