36 Babasan Sunda yang Menggunakan Hewan sebagai Perumpamaan

Sukabumiupdate.com
Jumat 31 Okt 2025, 15:00 WIB
36 Babasan Sunda yang Menggunakan Hewan sebagai Perumpamaan

Ilustrasi Cakcak Bodas, Babasan Sunda yang Menggunakan Hewan sebagai Perumpamaan (Sumber : Freepik/@wirestock)

SUKABUMIUPDATE.com - Bahasa Sunda tidak hanya kaya dalam hal tutur kata dan sopan santun, tetapi juga sarat dengan ungkapan tradisional yang mencerminkan cara berpikir, nilai moral, dan pandangan hidup masyarakatnya. Dalam tradisi lisan Sunda, terdapat dua bentuk ungkapan yang sering digunakan, yaitu babasan dan paribasa.

Keduanya memang sering dianggap sama, padahal memiliki perbedaan mendasar. Babasan biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat atau perilaku seseorang secara kiasan, sedangkan paribasa lebih menekankan pada nasihat atau petuah hidup yang bersifat mendalam.

Menariknya, banyak babasan Sunda yang menggunakan nama hewan sebagai perumpamaan. Hewan-hewan tersebut menjadi simbol dari karakter manusia, baik yang positif maupun negatif. Dari perilaku harimau, sapi, hingga cicak putih (cakcak bodas), masyarakat Sunda mengekspresikan pengamatan tajam terhadap kehidupan sehari-hari dengan cara yang kreatif dan bermakna. Berikut 30 paribasa Sunda bertema hewan beserta maknanya:

Baca Juga: 8 Jenis Kesenian Musik Sunda: Dari Pupuh Klasik hingga Kawih

  1. Hadé gogog hadé tagog: Orang yang punya karakter ramah dan sopan.
  2. Harigu Manukeun: Dada yang membusung seperti dada burung.
  3. Indung lembu, bapa banteng: Keturunan orang hebat dan berada.
  4. Kawas domba nyengso: Orang yang sudah kalah atau menyerah.
  5. Kawas hayam kapurungan: Orang yang kehilangan arah karena panik.
  6. Kawas oray dibalang: Orang yang kelihatannya diam, tapi berbahaya.
  7. Kawas munding diadu: Orang yang keras kepala dan susah diatur.
  8. Kawas oray nyumput dina rungkun: Orang jahat yang menunggu kesempatan.
  9. Adéan ku kuda bereum: Menyombongkan barang milik orang lain.
  10. Anjing ngagogogan kalong: Menginginkan sesuatu yang sulit diraih.
  11. Aya jurig numpak kuda: Mendapat keberuntungan yang tak diduga-duga.
  12. Cakcak bodas: Cepu atau mata-mata yang suka membocorkan rahasia.
  13. Careham hayameun: Gampang lapar.
  14. Cicing dina sihung maung: Bekerja sama dengan orang yang bisa mencelakakan.
  15. Elmu sapi: Sekelompok orang yang melakukan kebodohan.
  16. Jadi maung malang: Jadi penghalang bagi orang lain.
  17. Katempuhan buntut maung: Seseorang yang menanggung akibat dari kesalahan orang lain.
  18. Kawas anjing tutung buntut: Suasana hiruk-pikuk karena masalah kecil.
  19. Kawas domba dicindek ku munding: Orang yang lemah tidak berdaya di hadapan orang kuat.
  20. Kawas bagong kalap: Orang yang marah besar.
  21. Kawas hayam bulu tunggal: Orang yang sendirian menghadapi banyak lawan.
  22. Kawas beurit nyatu taneuh: Orang yang bersembunyi karena malu atau takut.
  23. Kawas munding kaserang orok: Orang kuat yang tiba-tiba kalah karena hal sepele.
  24. Kawas bagong kapegat cau: Orang yang kehilangan sesuatu yang dicintainya.
  25. Kawas hayam keur dipacok: Orang yang mengalami kesulitan berat.
  26. Kawas munding diajak lumpat: Orang yang disuruh kerja cepat padahal lamban.
  27. Ngalintuhan maung kuru: Melakukan pekerjaan yang membahayakan.
  28. Ngarep kalangkang heulang: Mengharapkan sesuatu yang sulit dicapai.
  29. Sireum ogé katincak-tincak teuing mah tangtu ngégél: Orang kecil yang sering dihina pasti melawan.
  30. Sagalak-galakna macan, moal ngahakan anakna: Sesangar-sangarnya orang tua, tidak akan mencelakakan anaknya sendiri.
  31. Sakuru-kuruna lembu, saregéng-regéngna banténg: Semiskin-miskinnya pejabat, tidak akan semiskin rakyat jelata.
  32. Ngigu kuda kuru, ari geus lintuh nyépak: Menolong orang miskin, tapi dilupakan setelah orang itu sukses.
  33. Nya picung nya hulu maung: Pertanyaan dan jawaban tidak sesuai karena ketidakpahaman.
  34. Nulungan anjing tiselap: Kebaikan dibalas keburukan.
  35. Oray nyampeurkeun paneunggeul: Orang yang suka mendekati bahaya.
  36. Pageuhan kancing loba anjing: Kunci pintu, banyak bahaya.

Baca Juga: Coba Jawab! 45 Wawangsalan Sunda: Teka-Teki Absurd tentang Hewan dan Benda

Setiap ungkapan di atas tidak sekadar permainan kata, melainkan cerminan nilai-nilai kehidupan masyarakat Sunda yang sarat makna. Hewan dijadikan perumpamaan untuk menggambarkan perilaku manusia, baik yang terpuji maupun tercela. Melalui paribasa ini, masyarakat diajak untuk introspeksi dan belajar agar memiliki sikap yang bijak, rendah hati, dan berhati-hati dalam bersikap.

Sumber: Berbagai Sumber

Berita Terkait
Berita Terkini