SUKABUMIUPDATE.com – Dalam konteks transformasi digital, keberhasilan para maestro dongeng Sunda tidak lepas dari peran krusial algoritma platform video, yang secara efektif menjadi kurator baru konten budaya. Secara teknologi, perpindahan dari transmisi gelombang radio analog ke streaming digital di YouTube memungkinkan Mang Dina Mara dan Mang Jaya mengatasi hambatan geografis dan waktu.
Dari perspektif sains komunikasi dan perilaku audiens, platform digital menyediakan metrik yang presisi untuk memahami pola konsumsi, durasi tonton, dan tingkat interaksi pemirsa (engagement). Data ini, yang diproses oleh algoritma, memastikan bahwa konten-konten carita Sunda yang otentik dan memiliki nilai historis, seperti yang mereka bawakan, direkomendasikan secara tepat kepada ceruk audiens yang loyal dan terus bertumbuh, mengubah upaya pelestarian budaya menjadi sebuah fenomena saintifik yang terukur dan berkelanjutan.
Dan di Jawa Barat, ada sebuah sapaan legendaris yang mengembalikan kita pada era keemasan radio tahun 70-an hingga 90-an. Saat itu, suara pendongeng menjadi penantian harian yang menyatukan seluruh keluarga dan masyarakat, menciptakan ikatan emosional melalui kisah-kisah penuh kearifan lokal yang disajikan tepat di "waktos sareng gelombang nu sami" (waktu dan gelombang yang sama) setiap sore.
Baca Juga: Alun-alun Jampangtengah Hampir Rampung, Hadirkan Perpustakaan Modern dan Fasilitas Publik Lengkap
Dongeng Sunda merupakan sahabat sejati yang tak terpisahkan dari era keemasan radio di Jawa Barat.
Dongeng Sunda Sahabat Era Keemasaan Radio di Jawa Barat
Bagi generasi muda era Orde Baru, radio merupakan media yang paling merakyat. Sebelum televisi dan internet menjamur, siaran dongeng radio menjadi hiburan utama yang paling ditunggu di sela istirahat sore dan malam. Program yang paling favorit dan mengikat semua kalangan adalah Dongeng Sunda.
Di Sukabumi, kita mengenal para maestro dongeng Sunda yang termasyhur, di antaranya adalah Mang Dina Mara, Mang Dedi (alm), dan Wa Kepoh (biasanya dalam bentuk spreading kaset dongeng beriklan yang dibagikan ke radio-radio). Selama masa kejayaan mereka di era radio, wajah para pendongeng yang dikenal dengan nama-nama tersebut seringkali menjadi bayangan misterius, memicu rasa penasaran yang tak berujung di kalangan pendengar. Tak jarang, rasa ingin tahu ini mendorong para penggemar untuk mendatangi langsung studio radio tempat gelombang suara berkarisma itu dipancarkan.
Siaran-siaran karisma suara seperti Mang Dina Mara, Mang Jaya, dan pendongeng lainnya, menjadi hiburan utama sekaligus sumber edukasi moral bagi masyarakat pendengar radio era Orba.
Dongeng Sunda merupakan sahabat sejati yang tak terpisahkan dari era keemasan radio di Jawa Barat, di mana siaran-siaran karisma suara seperti Mang Dina Mara, Mang Jaya, dan pendongeng lainnya, menjadi hiburan utama sekaligus sumber edukasi moral bagi masyarakat. Pada masa ketika televisi belum mendominasi, alunan suara mendongeng yang disampaikan melalui frekuensi radio menciptakan imajinasi kolektif yang kuat, merajut keakraban lintas generasi yang berkumpul di sekeliling pesawat radio. Kisah-kisah yang dibawakan, sarat akan nilai-nilai kearifan lokal, etika, dan sejarah Sunda, menjadikan program dongeng bukan sekadar acara rutin, tetapi sebuah institusi budaya lisan yang secara konsisten membentuk karakter dan melestarikan identitas kesundaan.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Harap TKD Tidak Ditunda Jika Kinerja Jabar Baik
Fenomena misteri sosok ini juga dialami oleh Mang Jaya, maestro dongeng Sunda dari Kuningan. Selama bertahun-tahun, figur fisiknya hanya bisa diimajinasikan oleh para pendengar melalui kualitas suaranya yang gagah, penuh karisma, dan menghanyutkan dalam menyampaikan cerita mirip dengan pengalaman mendengarkan Mang Dina. Kehadiran Mang Jaya di udara selalu dinantikan, terutama melalui sapaan khas dan kalimat pembuka yang ikonik, yang menjadi ciri khas dan pemantik cerita:
"Ngawitan ngawanohkeun carita, para wargi kaum dangu..." (Memulai memperkenalkan cerita, para oendengar)
Warisan budaya lisan Nusantara memiliki tokoh-tokoh sentral, dan di Tanah Pasundan, nama H. Kuswadijaya Jamsari atau yang akrab disapa Mang Jaya adalah legenda hidup. Beliau adalah maestro dongeng Sunda yang dedikasinya telah melintasi waktu, dari masa kejayaan radio hingga era digital YouTube.
Lahir di Cigugur, Kuningan pada 25 Agustus 1945, Mang Jaya memiliki darah Sunda yang kental. Setelah sempat mengenyam pendidikan hingga jenjang kuliah di Jurusan Ekonomi Unpad, semangatnya terhadap dunia penyiaran membawanya terjun sebagai penyiar radio amatir di Bandung pada tahun 1968.
Baca Juga: Soroti Pembongkaran Karang di Pantai Minajaya Sukabumi, KLH: Harus Ada Izin Ruang Laut
Titik balik kariernya terjadi sekitar tahun 1976 ketika ia kembali ke kampung halaman dan mendirikan radio sendiri, PT Radio Siaran Linggarjati Utama (Rasilima), di Kuningan. Rasilima inilah yang menjadi panggung awal bagi lahirnya program dongeng ikoniknya, sebuah profesi yang telah ia geluti selama hampir 55 tahun.
Mang Jaya mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement dari KPID Jawa Barat. (Credit Foto: Dokumentasi Kin Sanubary/Bandungbergerak)
Masa Keemasan "Dongeng Enteng Mang Jaya"
Dari Radio Rasilima, program ikonik "Dongeng Enteng Mang Jaya" lahir dan mencapai masa jayanya di era 1980-an hingga 1990-an. Program ini menjadi acara yang paling dinantikan di Jawa Barat, membuat tua-muda duduk bersama terbius oleh narasi kuat Mang Jaya, terutama di wilayah Kuningan, Majalengka dan daerah sekitarnya.
Cerita-cerita yang ia bawakan bukan sekadar hiburan. Setiap kisahnya selalu menyelipkan nilai-nilai moral, kearifan lokal, dan yang terpenting, Mang Jaya secara tidak langsung mengajarkan undak-usuk atau tata bicara Bahasa Sunda yang baik dan benar. Karisma suaranya mampu memikat dan membius imajinasi pendengar setianya, baik dalam kisah humor, horor, roman, maupun silat.
Dongeng Populer: Akibat Tina Kahayang, Babakti ka Lemah Cai, Balik ti Nusakambangan, Cipanon Indung, Dedemit Guha Sancang, Jaka Tarung, Palagan Sumedang Larang.
Eksistensi Digital
Kini, di usianya yang mendekati 80 tahun, popularitas Mang Jaya tidak surut. Sejak 24 Juni 2021, program legendaris ini bertransformasi ke ranah digital melalui kanal YouTube @MangJayaOfficial.
Dengan lebih dari 124K subscribers dan 2.7K videos dengan total tayangan mencapai puluhan juta (hitungan saat artikel ini ditulis 26/10/25), Mang Jaya membuktikan bahwa budaya lisan tetap relevan. Penonton/pendengar setianya tidak hanya dari Kuningan, tetapi juga menyebar dari seantero Jawa Barat, Indonesia, hingga mancanegara, menunjukkan betapa kuatnya daya tarik kearifan lokal yang dikemas dengan apik.
Baca Juga: KAI Terapkan Aturan Baru, Penumpang Dilarang Ngecas Powerbank di Dalam Kereta
Begitu pula dengan kanal Youtube Mang Dina Mara (@MangDinaMara), sebuah wadah digital untuk melestarikan tradisi dongeng Sunda. Kanal ini telah mendapatkan pengikut yang signifikan, yaitu lebih dari 37.7K subscribers, dan telah mengunggah 465 video yang seluruhnya berisikan carita Sunda (cerita Sunda). Mang Dina Mara dikenal sebagai Pendongeng Sunda legendaris asal Sukabumi, Jawa Barat, dan melalui kanal ini, ia terus menghidupkan dan menyebarluaskan warisan budaya lisan Sunda kepada audiens yang lebih luas dan generasi baru. Konten-kontennya memperkaya khazanah digital dengan kisah-kisah tradisional, menjadikannya sumber penting bagi penggemar dan peneliti budaya Sunda.
Mang Dina Mara, pria kelahiran Waluran, Kabupaten Sukabumi, pada 25 November 1953, merupakan sosok legendaris yang telah mendedikasikan hidupnya untuk dunia penyiaran dan pelestarian budaya lisan Sunda. Kesetiaannya menemani para pendengar radio telah terjalin sejak tahun 1976. Selama puluhan tahun, suara khasnya telah menjadi ikonik, membacakan berbagai carita Sunda (cerita Sunda) dari para pengarang terkemuka seperti Ki Leuksa dan K. Soekarna.
Serial-serial dongeng yang Ia bawakan, seperti kisah tentang Si Buncir, Si Kulup, dan masih banyak lagi, tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan kekayaan tradisi lisan dan nilai-nilai budaya Sunda. Perannya yang konsisten ini menjadikannya salah satu pilar penting dalam sejarah penyiaran dan dongeng Sunda di Jawa Barat.
Baca Juga: Disperkim Sukabumi Dukung Touring Ngabumi: Tunjukkan Hasil Nyata Pembangunan
Pengakuan dan Penghargaan Maestro
Dedikasi Mang Jaya selama 50 tahun dalam melestarikan budaya lisan telah diakui oleh publik dan pemerintah. Beliau telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya:
- Anugerah Lifetime Achievement dari KPID Jawa Barat (2017).
- Anugerah Budaya dari Dewan Kebudayaan Kuningan sebagai Pelestari Sastra dan Budaya Lisan (2021).
- Kuningan Award sebagai Penggiat Literasi Lisan (2022).
Eksistensi "Dongeng Enteng Mang Jaya" juga telah dilindungi oleh hukum, dibuktikan dengan terdaftarnya hak paten program tersebut di Kementerian Hukum dan HAM RI. Kiprah Mang Jaya ini menunjukkan bahwa melestarikan kekayaan budaya adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh ketekunan dan dedikasi.
Dalam konteks transformasi digital, keberhasilan para maestro dongeng Sunda tidak lepas dari peran krusial algoritma platform video, yang secara efektif menjadi kurator baru konten budaya
Era radio yang penuh misteri telah bertransformasi sepenuhnya menjadi era digital yang transparan, di mana para maestro dongeng Sunda seperti Mang Dina Mara dan Mang Jaya sukses menaklukkan algoritma YouTube. Perpindahan dari frekuensi radio yang hanya menyajikan suara (audio only) ke platform video (audio-visual) ini tidak hanya menjawab rasa penasaran penggemar yang telah lama membayangkan sosok mereka, tetapi juga menjadi strategi budaya yang cerdas untuk melestarikan tradisi lisan. Dengan munculnya wajah dan visualisasi kisah, dongeng Sunda kini menjangkau audiens global dan generasi muda yang lebih akrab dengan streaming, membuktikan bahwa warisan carita Sunda dapat tetap relevan dan menggemas bahkan di tengah gempuran konten modern.
Transformasi digital yang dijalani oleh para maestro seperti Mang Dina Mara dan Mang Jaya merupakan langkah monumental dalam upaya lestari budaya dongeng Sunda. Dengan memindahkan kekayaan carita Sunda dari gelombang radio yang terbatas ke kanal YouTube yang dapat diakses global, para pendongeng ini berhasil memperluas basis peminat mereka secara signifikan. Platform digital tidak hanya menawarkan kesinambungan bagi generasi pendengar setia, tetapi juga memperkenalkan warisan lisan ini kepada audiens yang lebih muda dan lintas wilayah, memastikan bahwa karisma suara dan kekayaan narasi Sunda terus hidup, berkembang, dan mendapatkan apresiasi yang luas di era modern.



