Tanda Bahaya dari Ruang Kelas: Mengapa Bullying Picu Remaja Akhiri Hidupnya?

Sukabumiupdate.com
Rabu 29 Okt 2025, 18:54 WIB
Tanda Bahaya dari Ruang Kelas: Mengapa Bullying Picu Remaja Akhiri Hidupnya?

Ilustrasi - Siswi MTS di Sukabumi, didugan jadi korban perundungan (Bullying). (Sumber : AI/ChatGPT).

SUKABUMIUPDATE.com - Kasus dugaan perundungan (bullying) yang terjadi di Sukabumi Jawa Barat, kembali menyisakan luka mendalam bagi dunia pendidikan. Korbannya adalah seorang siswi (MTS) berinisial AK (14 tahun) yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya, Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, pada Selasa malam (28/10/2025).

Lalu Mengapa Perundungan Mendorong Korban untuk Akhiri Hidupnya?

Perundungan di lingkungan sekolah merupakan bentuk kekerasan yang terjadi dalam konteks pendidikan, baik di dalam maupun di luar sekolah. Bentuknya bisa berupa kekerasan fisik, verbal, maupun sosial yang dilakukan secara berulang dalam jangka waktu tertentu. 

Perundungan fisik mencakup tindakan memukul, menendang, mendorong, hingga merusak barang milik orang lain. Sementara itu, perundungan verbal bisa berupa ejekan, hinaan, ancaman, atau intimidasi, sedangkan perundungan sosial melibatkan pengucilan, penyebaran rumor, dan serangan melalui media digital.

Baca Juga: Di Balik Klarifikasi Pihak Sekolah, Ada Luka yang Tertulis dan Jeritan Tak Terdengar

Dikutip dari laman National Library of Medicine, penelitian menunjukkan bahwa pelaku perundungan umumnya memiliki kecenderungan agresif dan cenderung menggunakan kekerasan untuk berinteraksi. Mereka sering kali berperilaku impulsif dan merasa perlu menunjukkan kekuatan untuk melindungi diri. 

Lebih parahnya perundungan dapat berakibat pada mengakhiri hidup untuk korbannya. Berdasarkan studi Universitas Yale, New Haven Amerika, korban bullying memiliki risiko 2 hingga 9 kali lebih besar untuk memikirkan bunuh diri dibandingkan mereka yang menjadi pelaku.

Menurut (Reynolds, 1991), Ide bunuh diri (suicide ideation) merupakan pemikiran yang mengarah pada kematian, individu merencanakan untuk mati dengan spesifik menghilangkan kehidupan. 

Dimana perempuan cenderung memiliki dorongan bunuh diri aktif lebih tinggi dibanding laki-laki, dimana dalam hal ini membutuhkan perhatian dan dukungan lebih besar dari keluarga maupun teman.

Penelitian oleh Dina Dwiyanti, Silvia Rohmatila Putri, dan Eny Winaryati dari Universitas Muhammadiyah Semarang berjudul “Bullying: Masalah yang Berdampak Terhadap “Suicide Ideation””, Dampak dari bullying diantaranya yaitu menyebabkan seseorang merasa tidak berharga, merasa menyesal dilahirkan, dan depresi. Depresi inilah salah satu pemicu suicidal ideation. 

Hasil serupa ditemukan oleh Putri Indah Permata Sari yang menyatakan bahwa bullying menyumbang pengaruh sebesar 15% terhadap timbulnya ide bunuh diri pada remaja, sementara sisanya dipicu faktor lain seperti keluarga dan kondisi lingkungan.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu dari tujuh anak usia 10–19 tahun mengalami gangguan mental, dengan depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku menjadi penyebab utama. 

Bunuh diri bahkan menempati posisi ketiga sebagai penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia 15–29 tahun. Jika tidak ditangani sejak dini, gangguan mental pada masa remaja dapat berdampak panjang hingga usia dewasa.

Faktor risiko bunuh diri meliputi penyalahgunaan zat terlarang, kekerasan masa kecil, kesehatan mental (bullying), stress, stigma terhadap bantuan psikologis, hingga keterbatasan akses layanan kesehatan. Media digital juga dapat berperan ganda, baik memperparah tekanan sosial maupun menjadi sarana pencegahan dan dukungan emosional.

Pada intinya, jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri hidup, penting untuk tidak mengabaikannya. Dekati, dengarkan, dan berikan empati tanpa menghakimi. 

Terkadang, kehadiran dan kepedulian sederhana dapat menjadi penyelamat. Jangan biarkan mereka merasa sendirian, dan bila perlu, dorong untuk mencari bantuan profesional agar mendapatkan pertolongan yang tepat.

Catatan redaksi: Berita ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada publik. Redaksi tidak bermaksud mengglorifikasi atau mendorong tindakan mengakhiri hidup dalam bentuk apa pun. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan mengakhiri hidup atau masalah kesehatan mental segera cari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan yang disediakan pemerintah.

Berita Terkait
Berita Terkini