SUKABUMIUPDATE.com - Teknologi digital bisa diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Ia dapat memberikan dampak positif, namun juga bisa membawa dampak negatif. Semuanya tergantung pada bagaimana seseorang menggunakannya.
Salah satu bentuk kemajuan teknologi yang paling pesat saat ini adalah smartphone/gadget. Perangkat ini menawarkan berbagai fitur yang memudahkan penggunanya untuk mengakses apa saja dengan cepat dan mudah.
Tidak mengherankan jika saat ini hampir semua orang menggunakan gadget, baik dari kalangan muda hingga orang tua, bahkan anak-anak pun sudah banyak yang menggunakannya.
Namun, penggunaan gadget oleh anak-anak dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah kecanduan. Anak bisa menjadi sangat tergantung pada fitur-fitur yang dianggap menyenangkan di dalam gadget.
Sebuah penelitian dari UNICEF Innocenti dalam laporan berjudul “Investigating Risks and Opportunities for Children in a Digital World: A Rapid Review of the Evidence on Children’s Internet Use and Outcomes” (2021), mengulas dampak positif dan negatif dari penggunaan gadget pada anak.
Di sisi positif, gadget dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kreativitas anak. Namun di sisi negatif, anak bisa terpapar konten berbahaya, mengalami cyberbullying, gangguan privasi, hingga masalah kesehatan mental dan kejiwaan. Dampak negatif ini tidak bisa lagi dianggap remeh, karena dapat mengganggu tumbuh kembang anak secara signifikan.
Baca Juga: 9 Manfaat Anak Memiliki Sedikit Mainan: Kualitas Over Kuantitas!
Menurut survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia, lebih dari 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan memainkannya dalam porsi yang cukup lama dalam sehari serta sebanyak 79% responden anak boleh memainkan gadget selain untuk belajar.
Survei ini membuktikan bahwa kini anak anak terlalu banyak menghabiskan waktu berada di depan layar gadget selama berjam-jam tanpa henti. Hal itu memicu gangguan tidur, penurunan prestasi akademik, hingga masalah sosial dan emosional anak.
Anak anak yang mengalami kecanduan gadget cenderung menghadapi kesulitan dalam hal fokus atau konsentrasi, perkembangan bahasa, dan kemampuan motorik. Semakin tinggi frekuensi pemakaian gadget dihubungkan pula dengan penurunan kemampuan verbal dan peningkatan volume otak yang lebih kecil setelah beberapa tahun nantinya akan berdampak pada pemrosesan bahasa, perhatian, memori fungsi eksekutif, fungsi emosional dan penghargaan.
Mengapa Anak Bisa Kecanduan Gadget?
Kecanduan gadget pada anak disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan factor eksternal. Yang pertama adalah faktor internal, yaitu dari dalam diri anak itu sendiri. Berdasarkan perspektif fisiologis, penggunaan gadget dapat merangsang pelepasan dopamin di otak, yaitu hormon yang dikenal sebagai "hormon kebahagiaan."
Gadget menawarkan hiburan yang instan dan menarik, seperti permainan, media sosial, dan video online, yang memberikan stimulasi visual dan interaksi terus-menerus. Hal inilah yang membuat anak merasa terhibur dan akhirnya menjadi terikat dengan hiburan di dalam gadget.
Yang kedua adalah faktor eksternal, yaitu pengaruh dari luar anak, seperti kurangnya pengawasan dan batasan dari orang tua atau pengasuh (caregiver). Banyak orang tua memberikan gadget kepada anak sebagai alat untuk menenangkan, mengalihkan perhatian, atau sebagai bentuk hadiah ketika anak mencapai sesuatu.
Namun, tanpa pengawasan yang jelas, anak bisa dengan mudah terjebak dalam penggunaan gadget secara berlebihan. Untuk itu, orang tua perlu menyediakan alternatif kegiatan yang menarik di luar gadget, seperti aktivitas fisik, bermain bersama, atau kegiatan kreatif yang bermanfaat.
Baca Juga: 6 Karakteristik Unik Anak-anak Generasi Beta: Tantangan dan Peluang di Era Modern
Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak
Untuk menghadapi kecanduan gadget pada anak, dibutuhkan langkah-langkah kolaboratif antara orang tua dan lingkungan sekitar. Orang tua, sebagai pihak yang paling dekat dengan anak, memiliki tanggung jawab besar untuk memantau dan mengatur penggunaan gadget.
Ini termasuk menetapkan aturan yang jelas mengenai durasi penggunaan gadget misalnya, berapa lama dalam sehari, dan kapan saja gadget tidak boleh digunakan, seperti saat makan atau menjelang tidur.
Menurut survei dari KPAI, sebanyak 79% orang tua belum menerapkan aturan penggunaan gadget kepada anak. Karena itu, penting bagi orang tua untuk secara konsisten menerapkan batasan waktu, serta memberi contoh nyata dengan mengurangi penggunaan gadget di depan anak. Dengan begitu, anak akan belajar memahami kapan waktu yang tepat untuk menggunakan gadget dan kapan harus berhenti.
Selain itu, orang tua dan pengasuh juga perlu menciptakan lingkungan suportif yang mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan fisik maupun sosial. Aktivitas seperti bermain di luar rumah, mengikuti klub hobi, atau berinteraksi dengan teman sebaya bisa membantu anak menikmati dunia nyata dan mengembangkan keterampilan serta minat baru yang berguna bagi masa depannya.
Orang tua juga perlu berdialog secara terbuka dengan anak mengenai dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan. Tujuannya agar anak menyadari konsekuensi yang bisa timbul jika ia tidak mengatur waktu penggunaan gadget dengan bijak.
Terakhir, orang tua bisa memberikan penghargaan atau insentif ketika anak berhasil mengurangi waktu bermain gadget dan memilih kegiatan yang lebih bermanfaat. Dukungan positif seperti ini bisa menjadi motivasi bagi anak untuk terus berkembang ke arah yang lebih sehat.
Mengatasi kecanduan gadget pada anak bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kesabaran, konsistensi, dan komitmen dari orang tua serta lingkungan terdekat. Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar menggunakan teknologi secara bijak tanpa kehilangan kesempatan untuk menikmati pengalaman dan interaksi sosial di dunia nyata yang sangat berharga.
Sumber: Berbagai Sumber
Penulis: Gina melani, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi.