Tinggal di Rumah Tak Layak, Keluarga Kapen di Nyalindung Sukabumi Butuh Uluran Tangan

Sukabumiupdate.com
Senin 29 Sep 2025, 22:53 WIB
Tinggal di Rumah Tak Layak, Keluarga Kapen di Nyalindung Sukabumi Butuh Uluran Tangan

Rumah tidak layak yang ditinggal adik kakak tuna rungu di Nyalindung Kabupaten Sukabumi | Foto : Ragil G

SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah kehidupan serba terbatas, Kapen (61 tahun), seorang penyandang disabilitas tunarungu dengan gangguan penglihatan, tinggal bersama adiknya Imas (51 tahun) yang juga tunarungu, serta anak laki-lakinya Suhenri (15 tahun), di rumah panggung yang nyaris roboh di Kampung Langkob RT 03 RW 02, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.

Ketiganya hidup menumpang di rumah milik Abas (82 tahun), kakak tertua Kapen, yang sudah lanjut usia. Rumah yang mereka tempati jauh dari kata layak huni — dinding dan lantainya terbuat dari bilik bambu rapuh, tanpa fasilitas sanitasi memadai.

Kondisi memprihatinkan ini mendorong Tim Kecamatan Nyalindung bersama Pemerintah Desa Kertaangsana untuk melakukan asesmen dan penanganan sosial langsung ke lokasi pada Senin, 29 September 2025.

“Kami datang untuk melihat langsung dan memberikan bantuan. Selain sembako dan pemeriksaan kesehatan, kami bantu urus administrasi kependudukan, pengaktifan BPNT, dan memastikan mereka masuk dalam penerima BLT Dana Desa,” ujar Camat Nyalindung, Antono, kepada sukabumiupdate.com, Senin (29/9/2025)

Baca Juga: Pengelolaan Wisata Pemandian Air Panas Cikundul Kota Sukabumi Bakal Dilelang

Program Rutilahu dan Pendidikan Jadi Prioritas

Melihat kondisi rumah yang tidak layak, tim juga mengusulkan agar keluarga ini mendapat bantuan dari program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu), termasuk pembangunan fasilitas MCK.

Pemerintah desa juga memastikan Suhenri, anak Kapen, bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan masuk ke Yayasan Al Maoediyah yang berlokasi di desa yang sama.

“Kami ingin hadir secara nyata. Bukan hanya memberi bantuan sesaat, tapi juga memastikan ada keberlanjutan, termasuk pendidikan bagi anaknya,” tambah Antono.

Hidup dalam Keterbatasan dan Ketegaran

Diketahui, orang tua Kapen dan Imas telah lama meninggal dunia. Sejak itu, mereka hidup bergantung pada saudara dan bantuan warga sekitar. Kapen sendiri memiliki keterbatasan komunikasi dan penglihatan, yang membuatnya sulit menjalani aktivitas harian secara mandiri.

“Abas itu kakaknya. Karena sudah tua juga, ya mereka tinggal bersama untuk saling membantu satu sama lain,” jelas salah satu perangkat desa.

Berita Terkait
Berita Terkini