SUKABUMIUPDATE.com - Terhitung satu pekan pasca bencana banjir bandang yang terjadi di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada Senin (27/10/2025), warga terdampak di kampung Tugu, Desa Cikahuripan masih berjuang membersihkan material lumpur hingga sampah meski status tanggap darurat resmi dicabut oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Kepala Desa Cikahuripan, Heri Suryana mengatakan bahwa keputusan pencabutan status tanggap darurat bencana oleh Pemda Kabupaten Sukabumi terlalu cepat, sementara situasi di lokasi terdampak masih membutuhkan perhatian serius.
"Menurut saya, kondisi belum membaik. Saya sebenarnya berharap masa tanggap darurat itu diperpanjang. Kalau sudah masuk masa transisi pemulihan, jangan langsung ditinggalkan begitu saja. Mohon tetap dikawal," ujar Heri kepada sukabumiupdate.com pada Senin (2/11/2025).
Menurut Heri, usai pencabutan Status Tanggap Darurat itu akan berdampak kepada penurunan perhatian dari sejumlah instansi yang mulai jarang terlihat di lapangan. Upaya pembersihan dan pelayanan dasar kini lebih banyak ditangani oleh relawan dan masyarakat sendiri.
Baca Juga: Monyet Ekor Panjang Turun ke Jalan, Jadi Daya Tarik di Geopark Ciletuh Sukabumi
“Sekarang yang turun itu relawan. Dari FPI, BPBD, PKS, dan lainnya alhamdulillah masih membantu. Tapi kami dari pemerintah desa masih membutuhkan alat berat kecil untuk membersihkan sisa material. Itu belum ada sampai sekarang,” kata dia.
Di sisi lain, terkait pencabutan status tanggap darurat, Heri mengaku tidak diberikan ruang untuk menyampaikan pendapat dalam musyawarah sebelum keputusan pencabutan status tanggap darurat tersebut.
“Ada musyawarah di kecamatan, tapi kami kepala desa tidak diberi kesempatan menyampaikan aspirasi. Semua hanya diwakili oleh para camat,” ungkapnya.
Padahal, kata dia, kepala desa adalah pihak yang paling dekat dengan warga dan paling memahami kondisi riil di lapangan. "Saya sudah komunikasi dengan BPBD belum ada jawaban. Dari DLH juga belum turun sampai sekarang, padahal sampah dan lumpur menumpuk, ini sangat urgen karena harus diangkut ini material dari lumpur akibat bencana," tegasnya.
Lebih lanjut, Heri menceritakan kondisi warganya saat ini yang masih berjuang membersihkan material pasca bencana. Keterbatasan air bersih juga dikeluhkan warga.
“Warga kami masih berjuang membersihkan material lumpur, selain itu kebutuhan air bersih juga masih sulit, warga di sini masih menggunakan air sungai untuk mencuci, kendalanya kalau hujan turun aktivitas warga jadi terhambat,” jelas dia.
Baca Juga: Bapenda Sukabumi Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Cisolok dan Cikakak
“Masih mengungsi, malam saja waktu hujan hampir semua itu mengungsi ke sodara sodaranya semua dikosongkan, pagi turun lagi kesini (bersih-bersih), ada juga yang bertahan karena mereka tidak punya saudara dekat di lokasi, mereka memaksakan tidur di rumahnya dengan apa adanya,” tambah dia.
Meski begitu, Jaro Midun bersyukur karena bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan. Donasi dari organisasi masyarakat, pengusaha, hingga komunitas terus mengalir untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.
"Alhamdulillah bantuan tidak putus. Air bersih, sembako, alat rumah tangga, perlengkapan tidur, semua masih ada yang datang dari para relawan dan donatur," tuturnya.




