Panji Petualang Buka Suara, Pawang Ular Tewas Dipatuk King Kobra 4 Meter di Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Selasa 07 Okt 2025, 15:17 WIB
Panji Petualang Buka Suara, Pawang Ular Tewas Dipatuk King Kobra 4 Meter di Sukabumi

Panji Petualang Beri Tanggapan Terakit Pawang Ular di Cidadap Sukabumi Meninggal Usai Dipatuk King Kobra. (Sumber : Instagram/@panjipetualang_real/Tangkapan layar video amatir warga).

SUKABUMIUPDATE.com - Warga Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, digemparkan dengan kematian tragis seorang pawang ular bernama Ocang (70). Ia ditemukan tak bernyawa di jalan setapak kebun pada Senin 6 Oktober 2025, setelah dipatuk ular King Kobra dewasa sepanjang 4 meter.

Peristiwa ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga menarik perhatian publik, termasuk pecinta reptil nasional, Muhammad Panji atau lebih dikenal dengan Panji Petualang. Ia menyampaikan belasungkawa serta memberikan analisis mengenai kemungkinan kronologi yang menyebabkan serangan mematikan tersebut.

Menurut Panji, King Kobra bukanlah ular yang secara alami memiliki sifat agresif terhadap manusia. Justru sebaliknya, ular ini lebih sering memilih menjauh.

Baca Juga: Dua Hari Pencarian, Korban Tenggelam di Cimandiri Sukabumi Ditemukan 6 Km Dari Titik Hilang

"King Kobra pada dasarnya takut terhadap manusia. Biasanya mereka hanya melintas. Namun sifatnya defensif, sehingga akan menyerang ketika merasa terancam atau diganggu," kata Panji kepada Sukabumiupdate.com, pada Selasa (7/10/2025).

Ia menekankan, berbeda dengan Kobra biasa yang biasanya memberikan peringatan berupa semburan bisa terlebih dahulu, King Kobra cenderung langsung menggigit tanpa aba-aba saat merasa terdesak. "Ketika didekati, King Kobra akan bereaksi cepat terhadap sesuatu yang dianggap ancaman," tambahnya.

Panji mengungkapkan ada dua kemungkinan kronologi yang membuat Ocang menjadi korban dari tragedi dipatuknya oleh King Kobra ukuran 4 meter.

Baca Juga: Macet Panjang di Sekitar Jembatan Pamuruyan Sukabumi, Imbas Evakuasi Kecelakaan Beruntun

Pertama, korban diduga berinisiatif memukul atau membunuh ular menggunakan kayu atau parang karena merasa terancam dengan ukuran ular yang besar. Reaksi King Kobra yang defensif pun muncul dengan cepat, menggigit kaki Ocang.

Kedua, korban kemungkinan tidak sengaja menginjak tubuh atau ekor King Kobra yang tengah berkamuflase di kebun. Serangan spontan pun tak terhindarkan, hingga akhirnya korban memberikan perlawanan dan berhasil membunuh ular tersebut.

Panji juga menduga, korban sempat mencoba mengobati luka gigitan secara sederhana, namun tanpa penanganan medis yang tepat, racun menyebar terlalu cepat hingga merenggut nyawanya.

"Bisa King Kobra mengandung racun neurotoksik, hemotoksik, hingga kardiotoksik. Racun itu menyebar cepat ke seluruh tubuh, menyebabkan gagal napas, dan berujung pada kematian di tempat kejadian," kata Panji.

Lebih jauh, Panji menilai kasus ini harus menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki lebih dari 300 spesies ular, termasuk beberapa jenis berbisa mematikan seperti King Kobra, welang, weling, dan kobra tanah.

"Jika menjumpai ular di habitatnya, sebaiknya menjauhi saja. Jangan diganggu apalagi ditangkap jika kita tidak memiliki kemampuan. Ular tidak seperti di film yang menyerang atau mengejar manusia layaknya monster. Mereka hanya menyerang kalau merasa terancam," ungkapnya.

Panji juga mengingatkan bahwa hutan, kebun, dan alam liar adalah habitat asli reptil. "Kita manusia adalah tamu di alam ini. Jadi ketika melihat ular, hormati ruang mereka. Jangan coba-coba menangani ular jika tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus," ucapnya.

Di akhir pernyataannya, Panji menyampaikan doa untuk almarhum Ocang dan keluarganya. "Semoga keluarga diberi ketabahan dan almarhum mendapatkan ampunan serta rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala di sisi-Nya. Amin," tutup Panji.

 

Berita Terkait
Berita Terkini