SUKABUMIUPDATE.com - Keracunan makanan merupakan hal yang sudah sering terjadi, dan ini merupakan kondisi yang bisa dialami siapa saja serta dimana saja. Gejalanya bisa berupa mual, muntah, sakit perut, hingga paling parah diare. Jika gejala yang dirasakan terasa ringan, maka penanganan di rumah saja bisa cukup efektif. Namun, pada kasus tertentu, perawatan medis tetap diperlukan.
Keracunan makanan bisa diakibatkan oleh makanan ataupun minuman yang sudah terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan suatu racun yang sangat berbahaya tubuh seseorang yang mengalaminya. Berikut beberapa penyebab paling umum:
- Norovirus: Menular lewat sayuran mentah, buah, dan makanan laut dari air tercemar.
- Salmonella: Ini sering dijumpai pada daging yang diolah setengah matang, telur mentah, dan produk susu.
- Clostridium perfringens: Virus ini berkembang pada makanan yang sudah dibiarkan terbuka terlalu lama.
- Campylobacter: Jenis virus ini sering dijumpai dari ayam yang dimasak hanya setengah matang atau susu yang tidak dipasteurisasi terlebih dahulu.
- Shigella: Jenis virus ini bisa menular lewat makanan yang dicuci dengan air kotor.
- E. coli: Bisa dijumpai pada daging sapi yang dimasak dengan tidak sempurna.
- Giardia intestinalis: Ini merupakan parasit yang berasal dari air sungai atau makanan yang telah terkontaminasi tinja.
- Listeria: Jarang, tapi bisa berbahaya, terutama untuk ibu hamil. Biasanya virus ini berasal dari makanan kemasan, sayur dan juga buah mentah.
Pertolongan Pertama di Rumah saat Keracunan Makanan
Baca Juga: Banyak yang Salah Kaprah, Ini 8 Mitos Kulit Berminyak yang Perlu Diluruskan
Jika ada salah satu dari anggota keluarga yang menunjukkan tanda-tanda atau gejala keracunan makanan, maka lakukan langkah awal berikut ini agar bisa membantu:
1. Tetap tenang: Jangan panik, amati gejala dan kondisi penderita.
2. Posisi saat muntah: Pastikan muntah tidak menyumbat saluran napas. Memiringkan tubuh ke depan.
3. Cegah dehidrasi: Cobalah konsumsi air putih, air kelapa, atau kaldu bening saat dehidrasi dirasa menyerang. Anda juga bisa membuat larutan garam dan gula (oralit rumahan) yang dibuat dari 2 sendok teh gula dan ½ sendok teh garam, lalu tambahkan segelas air.
4. Gunakan arang aktif: Bila tersedia, arang aktif bisa membantu menyerap racun di sistem pencernaan.
5. Hindari makanan berat: Jangan pernah memberikan makanan yang berlemak, pedas, bahkan berminyak sebelum kondisinya membaik.
6. Makan bertahap: Setelah gejala reda, berikan makanan ringan dalam porsi kecil.
Baca Juga: 11 Cara Ampuh Memperbaiki Tekstur Kulit agar Tampak Lebih Halus dan Sehat
Kapan Harus ke Dokter?
Perawatan medis diperlukan bila gejala tidak membaik atau bertambah parah. Segera cari bantuan medis jika:
- Mulut kering dan haus berlebihan
- Frekuensi buang air kecil berkurang atau urin berwarna pekat
- Detak jantung meningkat atau tekanan darah menurun
- Pusing berat atau kebingungan
- Demam tinggi di atas 40°C
- Muntah terus menerus dan tidak bisa menahan cairan
- Darah dalam muntah atau feses
- Nyeri perut yang teramat sangat, hingga diare yang bisa berlangsung lebih dari tiga hari berturut-turut
Kelompok yang Perlu Perhatian Khusus
Beberapa kelompok rentan harus segera mendapat perawatan jika mengalami keracunan makanan:
- Lansia (usia >60 tahun)
- Bayi dan anak-anak
- Wanita hamil
- Penderita penyakit kronis atau daya tahan tubuh lemah
Kuncinya adalah menjaga cairan tubuh, memperhatikan pola makan, dan mengenali tanda-tanda bahaya yang butuh penanganan medis. Menjaga kebersihan makanan serta memastikan kematangan pada makanan yang kita olah sebelum dikonsumsi dapat mencegah keracunan makanan sejak dini.
Sumber: Mayo Clinic