Ditulis Oleh: Dr. Hera Wahdah Humaira, M.Pd. (Dosen Program Studi PBSI UMMI)
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan memiliki peran penting dalam membangun identitas bangsa. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian serius adalah penggunaan bahasa baku. Bahasa baku bukan sekadar aturan tata bahasa, melainkan fondasi komunikasi formal yang menunjang keberhasilan pendidikan, karier, hingga interaksi sosial. Oleh karena itu, memperkenalkan bahasa baku sejak dini menjadi kebutuhan mendesak bagi dunia pendidikan.
Di Desa Pagelaran, penguasaan bahasa baku di kalangan siswa sekolah dasar masih menghadapi tantangan. Anak-anak lebih akrab menggunakan bahasa sehari-hari yang bercampur dengan dialek lokal atau bahasa tidak baku. Fenomena ini wajar, namun jika dibiarkan berlarut-larut dapat memengaruhi kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang menuntut keterampilan berbahasa Indonesia baku.
Pengenalan bahasa baku di tingkat sekolah dasar sangat penting agar siswa terbiasa sejak awal. Proses pembelajaran bahasa yang benar akan menjadi modal mereka untuk menguasai pelajaran lain yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, intervensi pendidikan bahasa yang tepat di desa menjadi langkah strategis.
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi salah satu wadah efektif untuk menjembatani kebutuhan tersebut. Mahasiswa KKN hadir di tengah masyarakat bukan hanya sebagai agen perubahan sosial, tetapi juga sebagai fasilitator pendidikan. Dalam hal ini, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) memiliki peran sentral untuk mengarahkan mahasiswa agar turut serta memperkenalkan bahasa baku kepada siswa di Desa Pagelaran.
Mahasiswa KKN UMMI mengadakan kegiatan pengenalan bahasa baku untuk siswa SD di Desa Pagelaran, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi.
Kegiatan KKN dapat diarahkan pada penguatan literasi berbahasa melalui program sederhana, seperti kelas membaca, lomba menulis, atau diskusi interaktif yang menggunakan bahasa baku. Cara-cara tersebut tidak hanya menanamkan pemahaman tentang pentingnya bahasa baku, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa sekolah dasar.
Selain itu, pengenalan bahasa baku juga dapat dikaitkan dengan kebiasaan sehari-hari. Misalnya, mahasiswa KKN dapat mengajak siswa membuat jurnal harian dengan bahasa baku sederhana, atau melatih mereka memperkenalkan diri menggunakan struktur bahasa yang tepat. Aktivitas seperti ini membantu siswa menyadari perbedaan antara bahasa formal dan bahasa nonformal.
DPL sebagai pengarah kegiatan mahasiswa KKN perlu menekankan pentingnya konsistensi penggunaan bahasa baku dalam setiap kegiatan yang melibatkan siswa. Konsistensi ini akan memberikan teladan yang kuat, karena anak-anak belajar melalui kebiasaan yang mereka lihat dan dengar. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mencontohkan.
Manfaat jangka panjang dari pengenalan bahasa baku sangat besar. Siswa SD yang terbiasa menggunakan bahasa baku akan lebih mudah memahami teks akademik, menulis dengan baik, dan berkomunikasi secara formal di masa depan. Hal ini akan mendukung peningkatan kualitas pendidikan di desa, sekaligus memperkuat kemampuan generasi muda menghadapi tantangan global.
Lebih jauh, keterlibatan mahasiswa KKN dalam memperkenalkan bahasa baku juga memberi pengalaman berharga bagi mereka. Mahasiswa belajar menerapkan ilmu di dunia nyata, beradaptasi dengan kondisi sosial masyarakat, serta mengasah keterampilan pedagogis. Kolaborasi antara mahasiswa, DPL, dan sekolah dasar menciptakan ekosistem pendidikan yang saling menguatkan.
Dengan demikian, pengenalan bahasa baku kepada siswa SD di Desa Pagelaran melalui program KKN merupakan langkah strategis yang perlu terus didorong. Peran DPL yang mengarahkan mahasiswa menjadi kunci agar kegiatan ini berjalan efektif. Melalui upaya kolektif tersebut, Desa Pagelaran dapat menjadi contoh bagaimana pendidikan bahasa yang sederhana, namun terarah, mampu memberikan dampak signifikan bagi kualitas literasi generasi muda.