Imunisasi Vaksin Sosial

Senin 27 April 2020, 11:10 WIB

Oleh : Isnan Nursalim

(Mahasiswa Sosiologi Universitas Mataram)

Sudah lebih dari sebulan sejak Indonesia melaporkan adanya kasus positif pertama pada awal Maret yang lalu. Hingga Senin (20/04/2020) tercatat sudah mencapai 6.760 orang yang dinyatakan positif, 747 sembuh dan 590 meninggal dunia. Dari data tersebut menunjukan belum ada tanda-tanda Covid-19 akan segera usai. Pasalnya lonjakan orang yang dinyatakan positif terus terjadi setiap harinya.

Sebagai pihak yang bertugas menangani pasien ditengah pandemi Covid-19, tenaga medis juga banyak yang menjadi korban keganasan virus ini. Beberapa waktu yang lalu, 57 Tenaga Medis di RSUP Kariadi Semarang ditengarai telah terpapar Covid-19. Hal ini diduga tertular karena ada pasien yang tidak jujur mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalanan pasien tersebut. Imbasnya seluruh tenaga medis yang telah melakukan kontak dengan pasien tersebut harus menjalani Isolasi di Hotel Kesambi Hijau Semarang untuk mencegah terjadinya penularan ke orang lain.

Hal yang sama juga dialami oleh 21 Tenaga Medis di Rumah Sakit Ciremai  Kota Cirebon. Mereka harus melakukan isolasi mandiri karena telah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19. Kejadian seperti itu juga terjadi dibeberapa daerah lainnya. Hal semacam ini tentu mengundang keprihatinan publik. Dalam kondisi seperti ini sudah seharusnya saling menjaga, yang sakit menjaga yang sehat dengan tidak menularkan penyakitnya dan orang yang sehat melindungi mereka yang sakit. Dengan memberikan informasi yang benar mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalananya, maka terjadinya penularan dapat dicegah serta penanganan kesehatan dapat dilakukan secara tepat.

Tinjauan Sosiologi Kesehatan

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap serta tindakan. Perilaku manusia merupakan sebuah reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Lebih lanjut Mechanic seorang ahli sosiologi dan psikologi sosial mengatakan bahwa perilaku sakit merupkan sebuah reaksi seseorang yang terkena suatu penyakit sangat ditentukan oleh sistem sosialnya.

Ketidakmampuan dalam mengelola ketakutan, kepanikan serta sikap over protektif dalam merespons isu Covid-19 yang berkembang berpotensi memunculkan perilaku yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Seperti perilaku sakit yang ditunjukan oleh  pasien yang tidak jujur mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalanan pasien tersebut tentu sangat merugikan. Bukan hanya merugikan bagi kesehatanya sendiri, namun juga terhadap kesehatan tenaga medis serta orang lain yang pernah melakukan kontak dengannya.

Ketakutan, kepanikan serta prasangka dari masyarakat ditengah pandemi Covid-19 tentu menjadi hal yang wajar. Namun ketakutan dan kepanikan berlebihan yang terus berlarut apabila tidak segera diatasi, secara sosiologis dapat memunculkan disorganisasi sosial dan disfungsi sosial ditengah-tengah masyarakat. Disorganisai pada masyarakat mengarah pada situasi sosial yang serba tidak menentu. Sehingga akan berdampak pada tatanan sosial di masyarakat. Bentuk nyatanya adalah berupa prasangka dan diskriminasi dari masyarakat.

Talcot Parsons dalam bukunya yang berjudul The Social System (1951) menyatakan bahwa, sakit adalah bukan hanya kondisi biologis semata. Namun juga disebabkan karena ada peran sosial yang tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dapat kita lihat pada kasus pasien yang tidak jujur mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalanannya. Karena dengan mengatakan pernah melakukan perjalanan ke daerah zona merah dan memiliki gejala Covid-19 maka harus melakukan karantina selama 14 hari. Dengan demikian maka peran sosialnya menjadi tergangggu. Dalam pandangan Parsons, kondisi tersebut sudah disebut sakit.

Dengan melakukan karantina maka tidak bisa kumpul bersama sanak saudara, tidak bisa bekerja, dan menjalankan peran sosial lainnya. Bahkan bisa saja masyarakat akan menjauhinya, menjaga jarak hingga enggan untuk menolong karena takut tertular, hingga memberikan stigmatisasi dan diskriminasi. Kondisi inilah yang tidak diinginkan oleh pasien tersebut, sehingga memilih untuk mengatakan sesuai harapannya untuk sehat dan tidak terinfeksi Covid-19.

Mengaktifkan Vaksin Sosial

Berbagai pemberitaan di media telah membangun pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait Covid-19. Hal ini juga berkaitan dengan berbagai macam respons yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya Covid-19. Masing-masing individu maupun kelompok masyarakat menampilkan diri dengan merespons sesuai dengan pengetahuan yang mereka pahami. Mulai dari membatasi warga keluar masuk lingkungannya, masyarakat mudah cemas serta panik dan berujung pada stigmatisasi serta diskriminasi terhadap orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Ditengah meluapnya arus informasi yang diterima publik, hingga memicu terjadinya distrorsi informasi. Pengetahuan masyarakat terkait informasi yang ia terima tentu berbeda-bada Sehingga muncul stigmatisasi dan diskriminasi terhadap ODP, PDP dan pasien positif Corona. Hal ini seharusnya tidak terjadi, sebab virus corona bukanlah aib lantas kemudian menjadi hina. Virus Corona adalah musibah yang bisa menyerang siapa saja, baik pejabatat, konglomerat, rakyat jelata hingga tenaga medis sekalipun. Yang saat ini dibutuhkan adalah saling menjaga dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk bersama-sama melawan Covid-19.

Ditengah situasi yang tidak menentu seperti saat ini seharusnya semua elemen masyarakat harus berpartisipasi dan menunjukan rasa empati yang tinggi. Partisipasi tersebut dapat berupa gotong royong, menjaga jarak fisik, serta mengikuti seluruh protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah dan WHO. Partisipasi masyarakat ini dapat menjadi vaksin sosial untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Sembari menunggu vaksin medis ditemukan dan penanganan dipusat-pusat kesehatan tetap dilakukan, mengaktifkan vaksin sosial menjadi cara terbaik untuk meminimalisir terjadinya penularan Covid-19.

|[email protected]|netizen

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Editor :
Berita Terkini
Life02 Mei 2024, 09:40 WIB

Terapkan Yuk, Berikut 5 Teknik Disiplin Positif yang Patut Dicoba pada Anak

Disiplin positif memotivasi anak untuk membuat pilihan yang lebih baik dengan mengarahkan mereka ke aktivitas yang lebih produktif dan memuji mereka ketika mereka berperilaku tepat.
Ilustrasi teknik disiplin positif. | Foto: Pexels.com/@Jonathan Borba
Inspirasi02 Mei 2024, 09:30 WIB

Loker Human Resources and General Affair Manager di Perusahan Makanan 2024

Berikut Informasi Lowongan Kerja Bidang Human Resources and General Affair Manager di Perusahan Makanan Tahun 2024.
Ilustrasi. Wawancara Kerja. Loker Human Resources and General Affair Manager di Perusahan Makanan 2024 (Sumber : Freepik/Yanalya)
Sehat02 Mei 2024, 09:00 WIB

7 Pengobatan Rumahan untuk Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi), Sehat dan Alami!

Pengobatan rumahan ini sangat efektif untuk mengobati darah tinggi.
Ilustrasi teh hijau - Pengobatan rumahan ini sangat efektif untuk mengobati darah tinggi. | (Sumber : Freepik.com)
Life02 Mei 2024, 08:58 WIB

Harus Dihilangkan, 10 Alasan Tidak Sehat Orang Tua Hindari Mendisiplinkan Anak

Mendisiplinkan anak memang tidaklah mudah dan perlu kerja keras. Namun dengan alasan apa pun, hal itu tetap harus dilakukan.
Ilustrasi alasan tidak sehat mendisiplinkan anak. | Foto: Pexels.com/@Nothing Ahead
Sukabumi02 Mei 2024, 08:50 WIB

Warga Jampangkulon Sukabumi Ditemukan Tewas Tergantung, Keluarga Ungkap Ini

Dugaan bunuh diri ini diketahui ketika istri korban yang berinisial S mencari suaminya.
Jenazah J (59 tahun) saat dievakuasi oleh warga dari lokasi dugaan gantung diri di Desa Tanjung, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Rabu, 1 Mei 2024. | Foto: Istimewa
Sukabumi02 Mei 2024, 08:24 WIB

Upaya Mitigasi Bencana, DPUTR Rawat 40 Pohon di Kota Sukabumi

Tindakan ini diambil tidak terlepas dari kondisi hujan deras disertai angin kencang.
Kepala Seksi Pertamanan DPUTR Kota Sukabumi Fajar Rahmansyah. | Foto: Website Pemkot Sukabumi
Sukabumi02 Mei 2024, 08:14 WIB

Kepsek-Orang Tua Ikut Literasi Digital Kemenkominfo dan Disdikbud Kota Sukabumi

Kegiatan bertema bijak berinteraksi di media sosial ini bagian dari program makin cakap digital.
Kemenkominfo bersama Disdikbud Kota Sukabumi pada Senin, 29 April 2024 menggelar kegiatan literasi digital di Gedung Harsa. | Foto: Website Pemkot Sukabumi
Sehat02 Mei 2024, 08:00 WIB

Boleh Aerobic! 8 Rekomendasi Olahraga yang Aman untuk Penderita Gula Darah

Salah Satunya Boleh Aerobic, Inilah Rekomendasi Olahraga yang Aman untuk Penderita Gula Darah.
Ilustrasi. Aerobic. Rekomendasi Olahraga yang Aman untuk Penderita Gula Darah (Sumber : Pexels/KarolinaG)
Life02 Mei 2024, 07:00 WIB

9 Ciri Seseorang Menyayangimu dengan Tulus, Apakah Dia Melakukannya?

Inilah Sederet Ciri Seseorang Menyayangimu dengan Tulus, Apakah Dia Melakukannya?
Ilustrasi - Ciri Seseorang Menyayangimu dengan Tulus, Apakah Dia Melakukannya. (Sumber : Freepik.com)
Food & Travel02 Mei 2024, 06:00 WIB

9 Langkah Mudah Membuat Air Rebusan Daun Kumis Kucing untuk Menurunkan Gula Darah

Yuk Ikuti Langkah Mudah Berikut untuk Membuat Air Rebusan Daun Kumis Kucing guna Menurunkan Gula Darah.
Ilustrasi - Daun kumis kucing. Foto: Instagram/@kebonmojo