Penulis: M. Farhan Alrasyid
Pendidikan menjadi upaya utama dalam mengubah tingkah dan pola pikir, semua insan di dunia ini berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Sebelum mengenyam pendidikan formal, seorang anak dapat diberikan pendidikan oleh orang tua. Mereka dapat menjadi contoh dalam perilaku, ucapan dan tindakan. Karena pada hakikatnya usia anak sebelum memasuki sekolah formal sebagai seorang peniru.
Selain itu, orang tua dapat memberikan pendidikan dengan mengacu pada sikap yang sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam. Kodrat zaman pada era sekarang berkaitan dengan perkembangan polarisasi teknologi yang semakin cepat dan berkembang, dampaknya sifat dan sikap seorang anak dipertaruhkan. Kodrat alam, berkaitan dengan perkembangan sifat anak pada lingkungan sosial mereka. Anak harus diberikan pemahaman mengenai pola pergaulan pada zaman sekarang.
Pendidikan di negara maju menjadi salah satu investasi jangka panjang yang dapat menciptakan generasi penerus suatu bangsa tentunya ke arah yang lebih bijak. Selain itu, mereka merancang sistem pendidikan yang dapat memberikan pengalaman menarik dan tidak memberatkan bagi anak. Hal ini mengacu pada pengelolaan yang matang dan sesuai kebutuhan investasi pendidikan.
Baca Juga: Lima Desa dari Sukabumi Jadi Wakil Nasional dalam Forum Ketahanan Pangan di Bali
Mereka menganggap seorang pendidik menjadi faktor penentu kesuksesan suatu pendidikan, pendidik diberikan fasilitas penunjang yang layak sehingga mereka dapat memaksimalkan profesi-nya. Hasilnya, setelah melaksanakan pendidikan yang sesuai dengan tuntunan konsep pemerintah setempat, mereka menjadi insan yang memiliki keleluasaan dalam hidup. Karena untuk menjadikan suatu negara dapat berkembang tidak cukup pada aspek pintar saja tetapi harus jujur.
Perjalanan pendidikan di Indonesia cukup kompleks, sama halnya dengan di negara maju, pendidikan di Indonesia dirancang oleh pemerintah dengan mempertimbangkan kepentingan dan anggaran yang dicanangkan. Harapan dari setiap kebijakan dapat memberikan perubahan yang signifikan bagi pelaku-nya. Salah satunya dapat memberikan pendidikan yang layak pada semua anak di seluruh Indonesia. Faktor penentu kesuksesan pendidikan di Indonesia adalah konsep penerapan kurikulum sering berubah-ubah seiring pergantian kursi pemerintahan.
Sebelum semuanya berubah, sudah sepatutnya konsep dan teknis dapat dievaluasi terlebih dahulu untuk memberikan pengalaman baru pada penerapan kurikulum berikutnya. Selain konsep kurikulum yang harus dievaluasi, tenaga pendidik pun harus diperhatikan sebagai salah satu kunci dalam penerapan pendidikan yang bermakna bagi anak, jika harapan pemerintah ingin dicapai dengan baik, maka pendidik pun harus diberlakukan secara bijak. Cukup miris, ketika melihat pendidik (Guru honorer) di salah satu daerah di Indonesia mereka diberi upah 250 ribu per bulan. Terlalu tragis.
Baca Juga: Dinsos Catat Hanya 300 dari 700 Permohonan KIS APBD di Sukabumi yang Disetujui Tiap Bulan
Investasi pendidikan di Indonesia nampaknya bak “anak tiri”. Tak seperti pada aspek investasi di luar pendidikan, pemerintah selalu leluasa dalam membelanjakan anggaran negara. Terbaru, dalam postingan Instagram pada akun Tempodotco dengan judul “Siasat di balik utak-atik anggaran pendidikan” pemerintah merubah formulasi anggaran wajib pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, yang katanya anggaran tersebut dialihkan untuk memberikan modal dalam program politis.
Mungkin pemerintah berwenang beranggapan bahwa investasi pendidikan bukan jangka panjang dan tidak terlalu menguntungkan bagi keberlangsungan kekuasaan. Padahal jika 20 persen tersebut dialokasikan untuk memberikan fasilitas tambahan yang layak bagi pendidik bukan tidak mungkin harapan pemerintah dalam ranah pendidikan dapat berangsur membaik. Lebih baik lagi jika pemerintah dapat menambah jumlah anggaran untuk pengalokasian membangun atau memperbaiki fasilitas penunjang pendidikan di daerah.
Keberlangsungan pendidikan di Indonesia tentunya harus dikawal oleh semua kalangan untuk memberikan upaya dalam menciptakan kehidupan yang layak bagi masyarakat-nya. Semoga semuanya dapat berjalan sesuai dengan harapan dan perbaikan dalam semua bidang pendidikan dapat selaras dengan kebutuhan pendidik dan peserta didik. Dan dapat menciptakan generasi yang jujur dan memiliki komitmen kuat untuk memperbaiki negara, agar masyarakat merasa nyaman dan tanpa ada intimidasi oleh penguasa.
Baca Juga: Dugaan Pelecehan Pelajar di Simpenan, Disdik Sukabumi Minta Pelaku dan Korban Dilindungi
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan” -Tan Malaka