SUKABUMIUPDATE.com - Event lari OsteoRun Kota Sukabumi 2025 diprotes peserta. Event organizer acara belum memberikan tanggapan atas insiden tersebut, KORMI (Komite Olahraga Rekreasi) menyebut acara tersebut diselenggarakan oleh salah satu induk olahraga anggotanya, yaitu Perwatusi (Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia) sebagai rangkaian Hari Osteoporosis Nasional 2025 tingkat Kota Sukabumi.
Logo atau lambang KORMI dicantumkan sebagai lembaga yang mendukung acara tersebut (OsteoRun) bersama pemerintah Kota Sukabumi dan Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Sukabumi. Lewat akun medsos, KORMI KOTA SUKABUMI memberikan klarifikasi atas insiden yang muncul dari event tersebut.
“Kami, KORMI Kota Sukabumi dengan ini memberikan pernyataan tegas atas penyelenggaraan kegiatan Osteo Run yang diselenggarakan oleh Induk Olahraga Perwatusi Kota Sukabumi,” tulis pernyataan klarifikasi resmi tersebut.
Baca Juga: Bayu Permana Bicara Tradisi Kasepuhan dan Patanjala: Sumber Nilai Pelestarian Alam Sukabumi
Ada 4 Poin klarifikasi, yaitu; Pertama, Induk Olahraga Perwatusi adalah benar salah satu induk olahraga anggota KORMI Kota Sukabumi; Kedua, terkait dengan penyelenggaraan kegiatan tersebut pihak kami tidak dilibatkan sama sekali baik dalam kepanitiaan, perencanaan dan pelaksanaan; Ketiga, adapun pihak kami hadir ke lokasi kegiatan hanya untuk memenuhi undangan; Keempat, kami tidak bertanggung jawab atas segala bentuk insiden yang terjadi dilapangan baik yang bersifat administratif maupun teknis selama dan setelah kegiatan berlangsung.
Dalam captionnya, Kormi Kota Sukabumi menambahkan penjelasan sebagai berikut;
Menindaklanjuti kejadian dan insiden terkait kegiatan Osteo Run pada hari Minggu, 5 Oktober 2025 di kota Sukabumi, KORMI sebagai induk organisasi dari induk olahraga PERWATUSI menegaskan bahwa:
Mengenai perencanaan, persiapan, dan segala macam teknis maupun non teknis kegiatan kormi benar” tidak terlibat. Ini murni kegiatan internal PERWATUSI dan Kami bertindak sebagai tamu undangan yang secara struktur menaungi induk olahraga tersebut.
Kormi sangat mengapresiasi inisiatif dan kreativitas perwatusi dalam mengadakan kegiatan ini karena bersifat positif dan mendukung upaya meningkatkan derajat sehat dan bugar masyarakat di kota Sukabumi. Akan tetapi ini menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menjadi cerminan kepada para Induk Olahraga lainnya. Agar saat akan mengadakan kegiatan mau sekecil atau sebesar apapun tetap harus benar” berkoordinasi, berkomunikasi dan berkolaborasi dengan kami sebagai induk organisasi yang menaunginya baik secara teknis maupun non teknis.
Mohon dibantu kepada seluruh pegiat dan pecinta olahraga masyarakat agar menjadi perhatian dan bisa memberikan info ini kepada para INORGA. Semoga menjadi hikmah, dan perwatusi tetap semangat dan tidak pernah kendor dalam memperjuangkan kesehatan masyarakat di kota yang kita cintai ini. đ
“Kuatkan Tulang Sehatkan Badan”.
Peserta Kecewa
Ajang olahraga yang selenggarakan oleh Perwatusi dan sukabumi creative event id ini berlangsung Minggu pagi (5/10/2025). Lomba lari ini viral setelah para peserta protes, baik di panggung utama acara maupun di ruangan panitia yang berada di plaza Balai Kota Sukabumi.
Baca Juga: Main Bola Lalu Ngojay, Dua Anak Tenggelam di Sungai Cimandiri Warungkiara Sukabumi
Sejumlah peserta bahkan terlihat menggeruduk panggung acara untuk menyampaikan protes kepada panitia, dan momen tersebut terekam dalam video yang beredar di media sosial. Mereka mengeluhkan berbagai hal teknis yang dinilai fatal untuk sebuah ajang lari. Salah satu sorotan utama adalah ketiadaan marshal di sepanjang jalur lomba.
“Pertama nggak ada marshal, ini fatal banget buat event lari apalagi race,” ungkap salah satu peserta yang enggan disebut namanya kepada sukabumiupdate.com.
Selain itu, ia juga menyoroti water station (WS) yang jaraknya terlalu jauh, sementara minuman tidak disiapkan secara instan sehingga pelari harus mengambil sendiri. Area garis finish juga dinilai tidak steril karena dipakai untuk parkir, sehingga beberapa peserta bahkan harus naik trotoar untuk bisa melintas.
Baca Juga: Perbaikan Jalan Lengkong–Simpenan Sukabumi yang Rusak Dijadwalkan 2026
Keluhan lain yang mencuat antara lain race pack yang tidak dibagikan merata, refreshment yang tidak mengakomodasi semua peserta, medali finisher yang tidak tersedia. Peserta juga menyebut tim medis tidak terlihat di lapangan, serta sweeper atau penyapu jalur yang seharusnya mengawasi pelari terakhir juga tidak ada.
“Event-nya kacau balau, peserta pada nunggu piagam sampai pukul 09.30 WIB ga ada kabarnya, parah banget. Terus event lari seperti ini mestinya memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pelari. Tanpa marshal, jalur tidak terkontrol. Ditambah fasilitas yang dijanjikan tidak jelas, wajar saja peserta kecewa,” ujar salah satu pelari lainnya.
Dari akun resmi eo acara, OsteoRun digelar dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Nasional (HON) 2025 yang jatuh pada 20 Oktober. Biaya pendaftaran dipatok Rp165 ribu untuk kategori umum dan Rp55 ribu untuk pelajar.