SUKABUMIUPDATE.com - Event OsteoRun Kota Sukabumi ricuh, peserta marah karena berbagai persoalan teknis yang tidak dipenuhi oleh panitia. Event dalam rangka peringatan Hari Osteoporosis Nasional (HON) 2025 ini, berlangsung Minggu pagi (5/10/2025) di Balai Kota Sukabumi.
Salah seorang panitia mengungkapkan sejumlah masalah yang jadi pemicu kacaunya event tersebut. Ga (16 tahun) kepada sukabumiupdate.com, menguraikan bahwa event itu kacau dan ricuh karena ada masalah serta koordinasi di dalam kepanitiaan.
“Menurut saya sumber masalahnya adalah gaja manajerial di dalam kepanitiaan yang kurang koordinasi dan tidak komunikatif,” ungkap Ga yang minta namanya disamarkan saja.
Baca Juga: Perbaikan Jalan Lengkong–Simpenan Sukabumi yang Rusak Dijadwalkan 2026
Kacaunya event ini menurut Ga sudah terjadi sejak malam sebelum pelaksanaan berlangsung. Terjadi konflik antara ketua panitia pelaksana dengan komunitas Kadang Lari yang menjadi tulang punggung dari suksesnya event ini.
Mundurnya Kadang Lari dari event ini beberapa jam sebelum start membuat kepanitiaan kacau. “Tadi malam Kadang Lari terlibat konflik dengan ketua pelaksana, sampai kedua belah pihak panas, akhirnya Kadang Lari mengundurkan diri dari kepanitiaan,” ungkapnya.
Menurut Ga, mundurnya Kadang Lari membuat panitia kehilangan tenaga penting untuk mengatur jalannya lomba. “Panitia jadi kekurangan orang sementara yang jadi marshal, sweeper dan lain-lain itu seharusnya dari Kadang Lari,” jelasnya.
Baca Juga: Satgas Saber Pungli Dibekukan, Bagaimana Nasib Pemberantasan Pungli di Sukabumi?
Pasca Kadang Lari mundur panitia menghadapi dilema, lanjut Ga karena event harus tetap jalan sebagai bentuk tanggung tanggung jawab kepada sponsor, sekaligus memastikan keamanan peserta, namun kurang orang di dalam kepanitiaan.
“Seperti bendera pacer disediakan oleh sponsor, jadi mau tidak mau harus dipakai. Kalau enggak dipakai, kita mengecewakan sponsor, tapi kalau dipakai marshalnya gimana kan enggak ada. Serba salah,” ucapnya.
Panitia akhirnya memutuskan tetap menghadirkan pacer dan marshal dari dari sisah panitia yang ada. Event akhirnya tetap berlangsung di tengah banyak masalah, tak hanya teknis dan keamanan peserta di jalanan, tapi juga berimbas pada pernak-pernik yang seharusnya didapatkan oleh peserta, seperti medali dan lainnya.
Baca Juga: Ketakutan Billie Eilish & Nicki Minaj Desak Kongres Minta Perlindungan dari AI Predator
“Ketua pelaksana tidak berkoordinasi dengan panitia lain, semua dihandle sendiri. Harusnya tugas dibagi dan diarahkan,” katanya.
Ia mengaku banyak informasi penting, seperti soal medali dan teknis lomba yang hanya diketahui oleh ketua pelaksana. “Semua informasi ada di ketua pelaksana, sedangkan panitia yang lain kebingungan. Kita juga bingung mau ngumumin gimana karena takut salah,” tutur Ga.
Ga berharap insiden ini bisa menjadi pelajaran berharga dari seluruh pihak, agar dapat bekerja sama lebih baik. “Kita harus saling merangkul, kerja sama, mengingatkan, dan konsisten dengan kinerja masing-masing,” ujarnya.
Baca Juga: Pesan Wabup Sukabumi dan Ketua DPRD di Malam Keakraban Harmoni Budaya HJKS ke-155
Mundurnya Komunitas Kadang Lari
Lewat akun instagramnya beberapa jam sebelum event ini berlangsung Komunitas Kadang Lari menyatakan mengundurkan diri dari kepanitiaan Osteo Run 2025 Kota Sukabumi.
Berikut penjelasan lengkapnya;
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Komunitas Kadang Lari memutuskan untuk mengundurkan diri dari keterlibatan dalam acara Osteo Run.
Keputusan ini kami ambil karena terdapat beberapa hal yang tidak sejalan dengan nilai dan prinsip yang kami junjung — mulai dari kurangnya koordinasi dan transparansi kegiatan, minimnya rasa hormat terhadap komunitas dan anggotanya, hingga posisi kami yang diperlakukan hanya sebagai pengumpul massa tanpa kolaborasi yang setara.
Kami juga menilai adanya indikasi ketidakterbukaan dalam pengelolaan kegiatan dan anggaran, yang membuat kami memilih untuk menjaga jarak demi menjaga kredibilitas dan kebaikan bersama.
Sebagai komunitas yang tumbuh dari semangat kebersamaan, sportivitas, dan cinta terhadap Sukabumi, kami ingin menegaskan bahwa sportivitas adalah nilai utama yang harus dijunjung tinggi dalam setiap kegiatan olahraga.
Logo Kadang Lari kami tampilkan dengan bangga — bukan sebagai simbol arogansi, melainkan sebagai pengingat bahwa komunitas ini berdiri lebih besar dari sekadar kepanitiaan acara. Kami dibangun oleh solidaritas, persaudaraan, dan dedikasi untuk kebaikan bersama.
Kami akan terus berlari bersama masyarakat Sukabumi, membawa semangat positif dan integritas di setiap langkah. Terima kasih atas dukungan yang selalu menguatkan kami.
Baca Juga: Milad ke-29 Al Kausar: Melanjutkan Legacy Pendiri, Menyalakan Semangat Habibie
Kericuhan ini viral karena videonya banyak dibagikan ke media sosial oleh para peserta. Salah satu video memperlihatkan saat panitia dikawal pihak keamanan dari dalam kawasan Balai Kota Sukabumi ke panggung utama acara di jalan depan balai kota, untuk memberikan penjelasan soal kacaunya event ini.
Banyak hal yang diprotes oleh peserta osteo run Kota Sukabumi 2025. Mulai dari menyoroti ketiadaan water station di beberapa titik, tidak adanya marshal di jalur lari, hingga keterlambatan pembagian medali di garis finis. Bahkan, beberapa pelari mengaku kebingungan karena arah lintasan yang tidak jelas dan minim petugas pengatur jalur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, OsteoRun digelar dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Nasional (HON) 2025 yang jatuh pada 20 Oktober. Biaya pendaftaran dipatok Rp165 ribu untuk kategori umum dan Rp55 ribu untuk pelajar.