SUKABUMIUPDATE.com - Gunung Semeru erupsi pada Rabu petang (19/11/2025) dengan meluncurkan awan panas guguran setinggi 3 3.676 meter di atas permukaan laut ini. Kepulan abu dan asap letusan membumbung tinggi dari sang mahameru.
Pasca erupsi, Badan geologi Geologi menaikkan tingkat aktivitas vulkanik Gunung Semeru menjadi level IV (awas). Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan peningkatan ini berdasarkan hasil analisis dan evaluasi.
"Maka terhitung dari tanggal 19 November 2025 pukul 16:00 WIB tingkat aktivitas Gunung Semeru dinaikkan dari Level II (Waspada), menjadi Level III (Siaga)," kata Wafid dalam keterangan tertulis, Rabu.
Baca Juga: Truk Boks Tabrak Motor di Bojongkokosan Sukabumi Terekam CCTV, Dua Pelajar Jadi Korban
Pukul 17.21 WIB, Badan Geologi meningkatkan tingkat aktivitas dari level III menjadi level IV (awas). Rekomendasi utamanya, antara lain masyarakat, pengunjung atau wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 20 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak. Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Wafid mengatakan erupsi sebenarnya telah sejak pukul 14.13 WIB. Erupsi berupa awan panas dengan jarak luncur tidak diketahui dikarenakan visual Gunung Semeru tertutup kabut. "Awan panas yang terjadi merupakan awan panas yang berlangsung secara beruntun, bukan kejadian tunggal," ujarnya.
Baca Juga: Di Sukabumi Cabe Rawit Melambung Tinggi, Harga Naik Hingga 26 Persen
Awan panas masih berlangsung dengan amplitudo maksimum 37 mm hingga laporan ini dibuat. Aktivitas Gunung Semeru memperlihatkan bahwa aktivitas erupsi dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan kondisi cuaca.
Dalam periode ini jumlah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan di Gunung Semeru masih tinggi, terutama gempa letusan, guguran dan harmonik. Terjadi peningkatan kejadian gempa guguran dan berkorelasi dengan pengamatan visual, yang teramati bahwa kejadian guguran lava pijar semakin intensif terjadi ke arah Besuk Kobokan.
Wafid menambahkan gempa-gempa yang terekam mengindikasikan masih adanya supply dari bawah permukaan Gunung Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan melalui letusan dan hembusan.
Nilai variasi kecepatan relatif (dv/v) menunjukkan pola penurunan sejak pertengahan Oktober 2025 mengindikasikan adanya peningkatan tekanan di dekat permukaan tubuh gunung api. Pemantauan deformasi pada periode ini menunjukkan pola relatif stabil, mengindikasikan tidak adanya peningkatan tekanan dari bagian dalam tubuh gunung api.
Sumber: Tempo.co





