Eskalasi Global Pasca Insiden Armada Sumud Flotilla, Fokus Spanyol dan Deportasi

Sukabumiupdate.com
Senin 06 Okt 2025, 14:02 WIB
Eskalasi Global Pasca Insiden Armada Sumud Flotilla, Fokus Spanyol dan Deportasi

Gelombang Protes dan Aksi Boikot di Spanyol menunjukkan respons domestik dan diplomatik yang paling menonjol pasca insiden Armada Global Sumud Flotilla. (Sumber: x/@EyeonPalestine)

SUKABUMIUPDATE.com - Insiden penahanan Armada Global Sumud Flotilla oleh Israel pada awal Oktober terus memicu reaksi keras di seluruh dunia, dengan Spanyol menjadi salah satu pusat protes utama. Perkembangan terbaru berpusat pada hampir rampungnya proses deportasi aktivis, gelombang protes massal, dan semakin ketatnya boikot terhadap merek-merek yang dituduh mendukung Israel. Tuntutan hukum atas dugaan "pembajakan maritim" juga masih berjalan di Pengadilan Internasional (ICJ).

Deportasi Aktivis Hampir Final

Israel dilaporkan telah mendeportasi hampir semua dari total sekitar 450 aktivis dari 44 negara yang ditahan.

  • Pada 5 Oktober (waktu setempat), 137 orang dideportasi ke Turki sebagai titik transit utama, sementara sisanya kembali ke negara asal seperti Spanyol dan Italia.
  • Aktivis yang dilepaskan, termasuk Greta Thunberg (Swedia) dan mantan Walikota Barcelona Ada Colau, mengeluhkan perlakuan buruk selama penahanan di pelabuhan Ashdod dan penjara Ketziot, meskipun Israel menyatakan semua tahanan "aman dan sehat."
  • Proses deportasi ini dijadwalkan rampung hari ini, namun perhatian kini beralih ke tuntutan hukum di ICJ.

Baca Juga: Bicara Pemekaran Kabupaten Sukabumi, Tokoh Pajampangan: Jangan Dijadikan Komoditas Politik

Gelombang Protes dan Aksi Boikot di Spanyol

Spanyol menunjukkan respons domestik dan diplomatik yang paling menonjol pasca insiden.

  1. Protes Massal dan Dukungan Pemerintah
  • Barcelona menjadi pusat demonstrasi terbesar, dengan 70.000 peserta pada 4-5 Oktober, menuntut pembebasan sekitar 50 warga Spanyol yang ditahan dan diakhirinya blokade Gaza.
  • Pemerintah Spanyol di bawah PM Pedro Sánchez menegaskan dukungan kuatnya terhadap misi flotilla sebagai "inisiatif kemanusiaan damai".
  • Menteri Luar Negeri José Manuel Albares menyatakan bahwa "serangan terhadap flotilla melanggar hukum internasional" dan mendukung investigasi Uni Eropa (UE).
  1. Eskalasi Boikot dan Vandalisme
  • Aksi boikot dan vandalisme meningkat tajam menargetkan merek global seperti McDonald's, Coca-Cola, dan Starbucks. Toko-toko di Madrid dan Barcelona diserang dengan grafiti yang merujuk pada "ejekan" tentara Israel terhadap tahanan.
  • Gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanctions) mendapat dorongan besar. Estimasi awal serikat buruh menunjukkan penjualan merek-merek yang diboikot turun 15-20% di Spanyol.
  1. Langkah Diplomatik Spanyol
  • Pemerintah memperkuat kebijakan anti-Israel dengan memperpanjang embargo senjata dan menegakkan larangan impor dari permukiman ilegal.
  • Bantuan tambahan sebesar €10 juta disalurkan ke UNRWA untuk Gaza.

Baca Juga: Awi Friendly, Yu! Stop Rasisme! Orang Sunda, Mah Lir Ibarat Awi Jeung Gawirna

Respons Global dan Internasional

Insiden ini memicu respons diplomatik dan protes yang meluas di luar Spanyol:

  • Protes Eropa: Italia mencatat mogok umum satu hari pada 3 Oktober yang melibatkan 2 juta orang, membatalkan ratusan perjalanan. Serikat buruh terbesar Italia menyerukan boikot total. Protes besar juga terjadi di Prancis dan Jerman.
  • Kolombia: Mengusir diplomat Israel dan membatalkan kesepakatan dagang senilai $100 juta.
  • Turki: Menyebut intersepsi itu sebagai "terorisme negara" dan mengerahkan drone pengawas.
  • Uni Eropa: Secara resmi memperingatkan Israel atas pelanggaran kebebasan navigasi, sementara Prancis dan Jerman menuntut akses konsuler penuh bagi warga negara mereka.
  • Pembelaan Israel: Israel terus membela tindakan mereka, menyatakan blokade diperlukan untuk mencegah impor senjata Hamas dan menyebut flotilla sebagai "provokasi."

Situasi tetap bergejolak. Dengan deportasi yang hampir selesai dan tuntutan hukum internasional berlanjut, fokus kini beralih pada apakah protes, terutama di Spanyol, akan terus berlanjut di akhir pekan ini.

Ketika Ejekan Militer Memicu Gelombang Boikot

Pada awal Oktober 2025, ketegangan antara Eropa dan Israel memuncak di Laut Mediterania. Sebuah inisiatif kemanusiaan yang berani, Global Sumud Flotilla (Armada Kebebasan), yang terdiri dari 42 kapal membawa sekitar 450 aktivis termasuk tokoh-tokoh terkemuka seperti Greta Thunberg dan mantan walikota Barcelona, Ada Colau—berlayar dari Spanyol dan Italia menuju Gaza. Misi mereka sederhana namun menantang: mengirim bantuan simbolis dan secara langsung menentang blokade laut Israel yang telah memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza selama hampir dua tahun.

Baca Juga: Puluhan Rumah di Bojonggenteng Sukabumi Hancur Diterjang Hujan Es Seukuran Bola Pingpong

Penangkapan di Perairan Internasional

Meskipun mendapat dukungan diplomatik yang kuat dari Spanyol, yang awalnya mengirim kapal perang pengawal sebelum menarik diri untuk menghindari konfrontasi, armada ini tidak pernah mencapai tujuannya. Pasukan Israel segera menghadang dan menangkap semua kapal serta aktivis. Israel bersikeras bahwa penahanan tersebut sah untuk menjaga blokade, namun koalisi armada menyebutnya sebagai "serangan ilegal" di perairan internasional, sebuah tuduhan yang didukung oleh Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares, yang memperingatkan tindakan itu melanggar hukum internasional.

Ejekan yang Memicu Kemarahan Global

Ketika aktivis tersebut dibebaskan dan dideportasi, kesaksian mereka segera menjadi api yang menyulut kemarahan global. Para tahanan melaporkan perlakuan buruk dan pelecehan verbal dan psikologis.

Puncak dari pelecehan itu adalah ejekan sinis yang dilakukan oleh tentara Israel. Para aktivis bersaksi bahwa tentara secara sengaja mengonsumsi dan memamerkan produk dari merek-merek internasional seperti Coca-Cola dan McDonald's  yang dikenal luas dituduh mendukung atau mendanai militer Israel tepat di depan mata mereka. Tindakan ini secara eksplisit mengejek kampanye boikot global (BDS) yang diperjuangkan oleh para aktivis. Situasi diperparah ketika Menteri Keamanan Nasional Israel yang ekstrem kanan, Itamar Ben-Gvir, merekam video yang secara terbuka mengejek inisiatif bantuan mereka sebagai "dukungan terhadap terorisme."

Baca Juga: Deskercise: Olahraga Ringan di Meja Kerja Biar Gak Pegal Seharian

Respons Spanyol: Boikot dan Sanksi

Video kesaksian ini menyebar dengan cepat di media sosial, memicu demonstrasi besar-besaran di Barcelona dan kota-kota lain di Spanyol. Dalam hitungan hari, Spanyol bergerak dari kemarahan moral menjadi tindakan politik dan ekonomi yang radikal.

Mulai 5 Oktober 2025, aktivis dan kelompok pro-Palestina di Spanyol melancarkan "serangan" terkoordinasi terhadap gerai McDonald's, Coca-Cola, dan Starbucks. Aksi boikot massal dan vandalisme ringan terjadi di bawah slogan yang merujuk langsung pada insiden di penjara: "Ejekan mereka, balasan kita."

Aksi boikot ini memperkuat sikap garis keras pemerintah Spanyol terhadap Israel. Perdana Menteri Pedro Sánchez telah lebih dulu memberlakukan serangkaian sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak September 2025, termasuk:

  • Embargo senjata total senilai €825 juta.
  • Larangan impor barang dari pemukiman ilegal Israel.
  • Pembatasan pelabuhan dan ruang udara untuk penerbangan Israel.
  • Larangan masuk bagi pejabat Israel yang dituduh terlibat perang.

Insiden Armada Kebebasan dan ejekan yang menyertainya mengubah kemarahan menjadi mobilisasi akar rumput yang sangat efektif. Tindakan sinis para tentara Israel secara tidak sengaja memberikan dorongan signifikan kepada gerakan BDS, dengan protes serupa segera muncul di Italia, Prancis, dan Amerika Serikat.

Meskipun Israel menuduh armada itu terkait dengan "inisiatif jihad" dan membantah tuduhan pelecehan, tuntutan hukum di International Court of Justice (ICJ) terus berlanjut. Insiden ini secara nyata memperburuk hubungan Spanyol-Israel dan mencerminkan polarisasi global yang semakin mendalam atas konflik di Gaza.

(Sumber: X/EyeonPalestine/@Globalsumudf)

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini