SUKABUMIUPDATE.com - Berkiprah sejak 1948, barongsai Gie Say akhirnya resmi diakui negara sebagai produk industri budaya milik Yayasan Vihara Widhi Sakti Sukabumi. Hak Kekayaan Intelektual untuk Barongsai Singa Hitam Bertandung Tunggal (Bercula) yang sering muncul setiap perayaan Imlek di Vihara Widhi Sakti Sukabumi ini resmi terdaftar di Kementerian Hukum RI, melalui Sertifikasi Desain Industri.
Kabar baik ini disampaikan Vihara Widhi Sakti Sukabumi melalui akun medsos resminya pada Minggu, 27 Juli 2025. Pendaftaran Gie Say ke Kementerian Hukum ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk menghargai dan menghormati hak kekayaan intelektual penciptaannya.
Juga untuk menghindari duplikasi atau menerima/menyerupai bentuk Gie Say oleh pihak lain dan kepentingan tertentu, seperti jual beli dan atraksi tontonan.
Baca Juga: Warga Kaget! Mayat Pria Tanpa Celana Ditemukan Tengkurap di Palabuhanratu Sukabumi
Dalam akun resminya, Vihara Widhi Sakti Sukabumi menulis:
Dengan Hormat,
Atas nama Yayasan Vihara Widhi Sakti Sukabumi, kami menyampaikan Surat Hibauan ini Berdasarkan Sertifikat Desain Industri (No : IDD000073976) kepada seluruh masyarakat luas serta pengrajin pembuat barongsay dan perkumpulan seni barongsay untuk tidak membuat atau memperjualbelikan dan mempertontonkan dalam acara apapun jenis Barongsay Tradisional Khas Persaudaraan Gie Say Vihara Widhi Sakti atau yang Menyerupai / Mirip / Meniru. Kami harap surat ini dapat menjadi pedoman untuk menghargai dan menghormati Hak Kekayaan Intelektual yang sudah dimiliki oleh Yayasan Vihara Widhi Sakti Sukabumi.
Sejarah Panjang Gie Say dan Vihara Widhi Sakti Sukabumi
Gie Sai, barongsai Sukabumi ini tampil dengan jurus kungfu dari perkumpulan ahli bela diri di Vihara Widhi Sakti
Di Kota Sukabumi Jawa Barat, Gie Sai adalah barongsai Vihara Widhi Sakti yang selalu jadi ikon wisata atraksi tahunan yang selalu dinanti. Saat perayaan tahun baru Imlek Gie Say (Gie Sai), Sang singa hitam selalu muncul. Meliuk-liuk dan melompat dengan gerakan energik, di jalan Pajagalan Nomor 20, Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, tepat di depan Vihara Widhi Sakti.
Baca Juga: Kejar Layangan! Bocah di Sukabumi Jatuh ke Sumur Tua, Diselamatkan Damkar dalam 10 Menit
Gie Say memang unik, sedikit berbeda dengan barongsai lain. Punya cerita dan sejarah panjang, Boneka Singa ini bahkan cukup disegani para pegiat budaya tionghoa di Indonesia.
Humas Yayasan Vihara Widhi Sakti, Arieffin Natawidjaja menjelaskan bahwa sejarahnya tak lepas dari perguruan kungfu. Gie Sai Sukabumi, hadir sebagai ikon perguruan bela diri Gie Say atau yang dahulu disebut Gie Say Hwe, berdiri sejak tahun 1948.
"Kemudian diresmikan tahun 1952 dan menjadi Perkumpulan Gie Say. Perkumpulan para ahli kungfu di Kota Sukabumi yang sering berkumpul di Vihara Widhi Sakti. Saat itu sejumlah tokoh dari perkumpulan sepakat membuat barongsai yang unik dan berbeda," lanjut Arieffin.
Baca Juga: Akhir Perjalanan Yuswandi, Pendaki Sukabumi yang Tutup Usia di Gunung Slamet
Memang unik, jika barongsai lain bagian kepala biasanya hanya dari kerta singkong dan rangka bambu, maka Gie Say diciptakan dari kawat baja, campuran kertas sarung semen dan kertas singkong. Boneka kepala singa dengan sebuah tanduk besar ini dipastikan lebih berat dari barongsai lainnya.
Hitam kemudian dipilih sebagai adalah warna dominan dari Barongsai Gie Say. Selain beda bentuk dan warna, gerakannya Gie Say saat beraksi juga khas. "Gerakannya adalah jurus kungfu, golok Kwan Kong. Jurus ini memang jadi salah satu yang dipelajari di perkumpulan Gie Say sukabumi,” kata Arieffin.
"Untuk bisa menampilkan tarian Gie Say tidak mudah. Butuhkan waktu berlatih sekitar 3 sampai 4 tahun. Berat total kurang lebih 25 Kg," sambungnya.
Baca Juga: 918.920 Batang dari 2 Tersangka, Pasar Cicurug Simpul Rokok Ilegal di Sukabumi
Arieffin juga mengatakan, Gie Say adalah lambang perpaduan budaya tiongkok dan Indonesia khususnya Sunda. Gerak tarian Gie Say masih asli dari Tiongkok, bagian lain seperti peralatan atraksi diadopsi dari nusantara khususnya budaya Sunda.
"Seperti kemenyan saat perayaan ulang tahun perkumpulan Gie Say. Selain itu, anggota Gie Say saat ini juga berasal dari beragam etnis dan agama. Sebagai perwujudan nilai persaudaraan, yang harus tetap eksis dan solid. Mewujudkan nilai-nilai kejujuran, membawa dan menyebarkan semangat kebaikan bagi masyarakat Kota Sukabumi,” beber Arieffin.