SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah derasnya arus digital dan derasnya tantangan zaman, muncul satu nama yang mencuri perhatian publik karena prestasi dan pemikirannya yang jauh melampaui usianya. Dialah Ryu Kintaro, anak laki-laki kelahiran 4 April 2015, yang pada usia 9 tahun telah berhasil meraih pendapatan hingga Rp1 miliar.
Kesuksesan Ryu bukanlah hasil instan. Dalam sebuah podcast bersama Samuel Christ, Ryu membagikan perjalanan panjangnya sejak usia 5 tahun yang sudah mulai suka vlogging. Di usia 6, ia mulai aktif direkam oleh sang ayah. Memasuki usia 7 tahun, Ryu sudah memiliki tim produksi sendiri, dan pada usia 8, ia mulai fokus membuat konten secara mandiri.
Dari Angpau ke 1 Miliar
Pencapaian finansial Ryu bermula dari ketekunannya menabung sejak kecil. Ia mengaku mendapatkan angpau sebesar Rp77 juta, yang kemudian ia kelola dengan bijak. Pendapatannya terus bertambah melalui berbagai sumber, seperti konten YouTube, endorsement, hingga bisnis pribadi. Salah satunya adalah berjualan nasi menggunakan mobil Lexus—yang sempat viral dengan 70 juta penonton dan menjadi titik awal keberhasilan Ryu meraih Rp100 juta pertamanya di usia 8 tahun.
Pebisnis Sejak Dini
Tak hanya menjadi content creator, Ryu juga aktif berbisnis sejak kecil. Di usia 7 tahun, ia mendapat hadiah ulang tahun dari sang ayah berupa usaha ayam crispy berbasis gerobakan. Meski hanya bertahan dua hari, pengalaman itu menjadi pelajaran penting. Usia 8 tahun, ia berjualan susu dari mobil Lexus, dan di usia 9, ia sudah memiliki outlet jamu sendiri.
Menariknya, bisnis jamunya mendapat respon positif karena personal branding-nya yang kuat dan produk yang berbeda dari jamu pada umumnya. “Jamunya nggak pahit, beda dari yang lain,” ujar Ryu. Promosinya pun lancar karena audiens sudah mengenal kualitas kontennya.
Baca Juga: AI Revolusi Industri: Bagaimana Kecerdasan Buatan Mengubah Cara Kita Berbisnis
Konsistensi, Strategi, dan Didikan Keluarga
Ryu tidak hanya mengandalkan bakat dan keberanian. Ia memahami strategi konten dengan sangat baik: membuat hook dalam 3 detik pertama, mengunggah konten di jam optimal seperti pukul 07.00, 12.30, dan 19.00, serta menghadirkan isi konten yang menarik dan bermanfaat.
Di balik kesuksesannya, ada peran besar dari kedua orang tuanya. Sang ayah tidak hanya memberikan modal dan fasilitas, tetapi juga membentuk mindset positif dan mental tangguh dalam diri Ryu. Mereka rutin melakukan “deep talk” setiap malam, yang membuat Ryu terbiasa merefleksikan hari-harinya dan memperkaya kosakata serta cara berpikirnya.
Mental Tangguh, Visi Jelas
Saat banyak anak seusianya sibuk bermain, Ryu justru memilih jalan yang berbeda. Ia bahkan berkata, “Lebih baik kehilangan masa kecil daripada kehilangan masa depan aku.”
Ryu menyadari bahwa kesuksesan butuh pengorbanan. Meski mengaku lelah, ia tidak pernah merasa stres. Baginya, semua ini bagian dari proses. Bahkan setelah dua kali gagal, ia mampu bangkit tiga kali. Filosofi sederhana tapi kuat yang ia dapatkan dari sang ibu:
“Dua kali gagal, tiga kali bangkit. Tiga kali gagal, empat kali bangkit.”
Prinsip yang Kuat
Ryu juga menyoroti pentingnya tidak menyia-nyiakan privilege yang diberikan orang tuanya.
“Nggak mau pakai privilege itu dengan sia-sia. Mau dipakai untuk hal positif dan berguna buat masa depan,” ujarnya dengan tegas. Lebih jauh lagi, ia menekankan bahwa rasa sayang orang tua seharusnya tidak sampai “membunuh masa depan anak”, yaitu dengan membiarkan anak tidak berkembang atau hanya bermain tanpa arah.
Uang Mengikuti Nilai, Bukan Sebaliknya
Ketika ditanya soal target uang lima tahun ke depan, Ryu menjawab dengan bijak:
“Uang nggak bisa ditargetin. Uang akan ngikutin kita.” Jawaban tersebut membuat Samuel tercengang, karena bagaimana bisa anak dengan usia 9 tahun sudah memiliki pemikiran dewasa seperti itu.
Ryu Kintaro adalah bukti nyata bahwa usia bukanlah batas untuk berkarya, membangun nilai, dan menebar inspirasi. Dengan bekal pola pikir matang, didikan keluarga yang sehat, dan kemauan untuk terus belajar, ia menjelma sebagai simbol generasi muda yang berani bermimpi, disiplin berproses, dan siap menghadapi masa depan.
Sumber: YouTube/Samuel Christ
Penulis: Zulfah Mubarokah, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi