Wisata Petik Stroberi Ala Lembang, Petani Muda Gunungguruh Ini Raup Omzet Jutaan Rupiah

Sukabumiupdate.com
Kamis 12 Jun 2025, 09:05 WIB
Kunjungan anak sekolah untuk petik stroberi di MD Farm Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi | Foto : Turangga

Kunjungan anak sekolah untuk petik stroberi di MD Farm Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi | Foto : Turangga

SUKABUMIUPDATE.com – Siapa sangka, di tengah dataran rendah Gunungguruh yang panas dan terik, tumbuh subur delapan varietas stroberi unggulan. Adalah Muhamad Dikri (33), petani muda dari Kampung Panggeleseran, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunungguruh, yang membuktikan bahwa keterbatasan bisa diubah menjadi peluang menguntungkan.

Dengan ketinggian lahan sekitar 410 meter di atas permukaan laut (mdpl), MD Farm yang dikelola Dikri sejak 2019 menjadi destinasi agrowisata alternatif di Kabupaten Sukabumi. Dukungan dari PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi (SCG) melalui program CSR Gerakan Desa Berdikari (GESARI) turut memperkuat pengembangan kebun ini.

Berawal dari hobi menanam sejak kecil, Dikri kini menikmati hasil jerih payahnya. "Dulu hanya iseng tanam di belakang rumah. Sekarang alhamdulillah bisa jadi sumber penghasilan dan tempat wisata keluarga. Warga tak perlu jauh-jauh ke Lembang untuk petik stroberi," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (11/6/2025).

Baca Juga: Dispar Kembangkan 4 Wisata Bahari Berbasis Perikanan di Kabupaten Sukabumi, Apa Saja?

Stroberi dikenal sebagai tanaman khas dataran tinggi. Namun di tangan Dikri, buah merah ini justru tumbuh subur di lingkungan yang lebih menantang. Ia menyampaikan bahwa perawatan di dataran rendah cukup kompleks, mulai dari pengendalian hama, pemupukan, hingga menghadapi risiko gagal panen saat musim hujan tiba. Ia mengaku sempat belajar langsung ke Lembang, meski pada akhirnya lebih memilih meracik teknik budidaya sendiri agar cocok dengan kondisi lokal.

Delapan varietas stroberi yang dikembangkan di MD Farm di antaranya Mencir, California, Saga Honoka, Jumbo Bali, hingga Pink Bell memberi warna tersendiri bagi pengunjung. Buah yang dipetik rata-rata berbobot 20–30 gram, dengan rasa yang lebih manis saat musim kemarau. “Buahnya mungkin tak sebesar di dataran tinggi, tapi banyak pengunjung justru suka karena manis dan segar,” jelasnya.

MD Farm juga menawarkan pengalaman wisata petik buah dengan tarif masuk hanya Rp5.000, dan harga stroberi Rp80.000 per kilogram. Dalam kondisi normal, kebun ini bisa memproduksi hingga 50 kilogram per bulan. Dari sini, omzet yang diraih bisa mencapai Rp4 juta hingga Rp6 juta, bahkan pernah menembus Rp10 juta pada puncak panen September 2024 lalu.

Baca Juga: Aqua Sukabumi Jadi Tuan Rumah Forum CSR Wilayah Sukabumi Utara

Selain menjual buah segar, Dikri juga menawarkan bibit tanaman dan edukasi pertanian, terutama bagi anak-anak dan keluarga. “Saya belum sampai ke tahap menyilangkan varietas karena butuh teknik rumit. Tapi saya terus menambah jenis agar pengunjung bisa merasakan stroberi dengan rasa dan bentuk berbeda,” imbuhnya.

Lulusan Teknik Informatika ini kini mempekerjakan tiga orang di kebunnya. Ia juga tengah merancang pembangunan rumah kaca untuk menjaga produktivitas saat musim hujan. “Modal awal dulu sampai Rp20 juta untuk green house kecil. Sekarang kalau dihitung total sudah lebih dari Rp50 juta. Tapi semua sebanding dengan hasilnya,” kata Dikri.

Menariknya, kebun stroberi ini kerap didatangi pengunjung dari luar daerah, mulai dari Jakarta, Bogor, hingga Tangerang. “Pernah ada ibu hamil datang malam-malam dari Tangerang karena ngidam stroberi. Alhamdulillah masih ada sisa panen waktu itu,” kenangnya sambil tertawa.

Baca Juga: Jawab Tuntutan PMII, Bobby Beberkan Capaian 100 Hari Kerja Wali Kota-Wawalkot Sukabumi

Meski jalannya tak selalu mulus, Dikri meyakini bahwa semangat dan kemauan belajar adalah kunci bertahan di dunia pertanian. “Saya sudah biasa jatuh bangun. Tapi selama masih cinta dengan tanaman, terutama stroberi, saya akan terus lanjut,” pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini