Warna Baju Picu Hewan Kurban Stres! Saran Pakar Anatomi Veteriner Cegah Sapi Ngamuk

Sukabumiupdate.com
Kamis 05 Jun 2025, 15:47 WIB
Ilustrasi, Fenomena sapi ngamuk saat kurban idul adha (Sumber: dok ahli hewan)

Ilustrasi, Fenomena sapi ngamuk saat kurban idul adha (Sumber: dok ahli hewan)

SUKABUMIUPDATE.com - Sapi ngamuk atau hewan kurban stres menjadi momen berulang yang sering viral saat perayaan Idul Adha. Ternyata warna baju atau pakaian petugas penyembelih atau warga yang ada di lokasi sembelih, bisa memicu hewan kurban stres dan akhirnya ngamuk.

Dr drh Supratikno, PAVet, ahli anatomi veteriner dan perilaku hewan dari IPB University, memberikan penjelasan bagaimana dampak dan cara penanganan stres pada hewan kurban. Menurut dia, stres pada hewan kurban tidak hanya berdampak pada perilaku, tetapi juga secara signifikan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan.

“Ketika hewan mengalami stres, sistem saraf simpatis akan teraktivasi sehingga pembuluh darah menyempit. Akibatnya, proses pengeluaran darah saat penyembelihan menjadi tidak sempurna. Darah yang tertinggal di dalam daging akan menurunkan kualitas daging,” jelasnya dilansir dari portal resmi IPB University.

Baca Juga: Perumdam TJM Palabuhanratu Siap Hadapi Idul Adha, Layanan Administrasi Libur 6-7 Juni

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa stres menyebabkan penggunaan glikogen otot secara berlebihan. Jika kadar glikogen menurun, pembentukan asam laktat akan terganggu.

“Tanpa asam laktat yang cukup, pH daging akan tetap tinggi dan menyebabkan daging menjadi gelap, keras, serta kering. Kondisi ini dikenal dengan istilah dark, firm, and dry meat (DFD),” tambahnya.

Dari sisi perilaku, hewan yang stres juga lebih sulit ditangani dan dapat meronta berlebihan. Kondisi ini berisiko menyebabkan memar (bruising) pada daging, yang tentu akan menurunkan nilai jual dan kualitas konsumsi.

Baca Juga: Dulu Jalan Batu Sekarang Beton, Daftar Hasil Kerja TMMD 2025 di Kampung Ulu-ulu Sukabumi

Dr drh Supratikno, PAVet, kemudian membeberkan tanda-tanda hewan stres yang perlu dikenali. Beberapa indikator yang umum terlihat antara lain gelisah, air liur berlebihan, ekor terlipat masuk di antara kedua kaki belakang, mata yang terus waspada, telinga berdiri mengarah ke atas atau depan, serta pernapasan yang tersengal-sengal.

Pilihan warna baju dan pakaianPilihan warna baju dan pakaian

“Ciri-ciri ini cukup mudah dikenali oleh siapa pun. Jika ditemukan tanda-tanda tersebut, berarti hewan tidak dalam kondisi tenang dan perlu segera ditangani dengan pendekatan yang tepat,” ungkapnya.

Untuk meminimalkan stres pada hewan kurban sebelum penyembelihan, Dr Supratikno menjabarkan sejumlah langkah. Pertama, penggunaan pengeras suara sebaiknya dihindari karena sapi tidak suka dengan bunyi suara frekuensi tinggi. Selain itu kerumunan orang yang terlalu banyak juga bisa membuat hewan merasa terancam.

Baca Juga: Disdik Sukabumi Soal SPMB 2025: Pendidikan untuk Semua, Sekolah Negeri Harus Benar-benar Gratis

“Warna pakaian juga perlu diperhatikan. Warna-warna terang seperti merah atau oranye sebaiknya tidak dikenakan saat proses penyembelihan karena bisa memicu kecemasan pada hewan,” jelasnya.

Ia juga menyarankan agar proses dilakukan dengan cepat, serta hewan tidak dibiarkan terlalu lama sendirian. Petugas yang melakukan penanganan pun sebaiknya sudah terlatih dan berpengalaman.

Pentingnya Petugas Penyembelih Terlatih

Menurut Dr Supratikno, aspek penting lain adalah keterampilan para petugas. Oleh karena itu, pelatihan bagi petugas penyembelih sangat penting dalam rangka mengurangi stres pada hewan kurban.

Baca Juga: Survei: 60,8 Persen Orang Indonesia Sulit Dapat Kerja, Merenungi Lagu Sarjana Muda Iwan Fals

“Petugas yang terlatih akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran untuk menangani hewan dengan baik. Hal ini akan berdampak langsung pada ketenangan hewan dan kualitas daging yang dihasilkan,” ucapnya.

Beberapa aspek penting yang perlu dikuasai oleh petugas antara lain pengetahuan keagamaan yang sesuai syariat, keterampilan kerja yang aman dan higienis (keselamatan dan kesehatan kerja/K3—dan sanitasi), kemampuan memeriksa kelayakan hewan, teknik penyembelihan yang benar, serta kemampuan menilai status kematian hewan setelah penyembelihan.

“Dengan memperhatikan aspek kesejahteraan hewan kurban, masyarakat tidak hanya menjalankan ibadah dengan benar, tetapi juga menjamin kualitas konsumsi daging kurban bagi seluruh penerima manfaat,” pungkasnya.

Sumber: IPB University

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini