Refleksi HSN ke-10, PCNU Kota Sukabumi: Pesantren Bentuk Karakter Santri Santun Berjiwa Nasionalis

Sukabumiupdate.com
Rabu 22 Okt 2025, 12:24 WIB
Refleksi HSN ke-10, PCNU Kota Sukabumi: Pesantren Bentuk Karakter Santri Santun Berjiwa Nasionalis

Upacara Peringatan HSN tahun 2025 di PCNU Kota Sukabumi. Rabu (22/10/2025). (Sumber: Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Kota Sukabumi berlangsung khidmat, Rabu (22/10/2025). Upacara rutin yang telah memasuki tahun ke-10 itu digelar di halaman Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Sukabumi di Kecamatan Citamiang, dan diikuti perwakilan dari sejumlah pondok pesantren.

Selain upacara, kegiatan HSN tahun ini juga diwarnai dengan berbagai agenda sosial dan keagamaan. Di antaranya pelatihan manajemen masjid, penentuan arah kiblat, kerja bakti membersihkan masjid, apel kader, hingga ziarah ke makam para masyayikh (ulama) di wilayah Kota Sukabumi.

Wakil Ketua PCNU Kota Sukabumi, KH. Ismatullah Fauzi, menjelaskan bahwa pelaksanaan upacara tahun ini hanya diikuti tiga pesantren terdekat, sementara pesantren lain melaksanakan upacara di tempat masing-masing.

“Ini tahun ke-10 kami memperingati Hari Santri. Kami instruksikan seluruh pondok pesantren untuk mengadakan upacara di tempat masing-masing,” ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (22/10/2025).

Baca Juga: Hari Santri 2025: Refleksi Merayakan Tradisi, Menjawab Tantangan Zaman

KH. Ismatullah mengapresiasi pemerintah atas pengakuan Hari Santri sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa. Ia menegaskan bahwa santri memiliki peran besar dalam perjalanan Indonesia, karena nilai-nilai kebangsaan diajarkan secara turun-temurun oleh para kiai di pesantren.

Meski demikian, ia berharap pemerintah daerah lebih memperhatikan pesantren yang berdiri mandiri tanpa bantuan anggaran. “Kami berdiri tanpa sokongan dari pihak manapun. Hingga hari ini belum ada bantuan nyata dari pemerintah daerah. Kami harap momentum Hari Santri ini bisa menjadi refleksi agar Pemkot lebih peduli,” katanya.

Dalam kesempatan itu, KH. Ismatullah juga menepis anggapan bahwa pesantren mengajarkan kekerasan atau bersikap tertutup terhadap kemajuan. Menurutnya, pesantren justru membentuk karakter santri agar santun, mandiri, dan berjiwa nasionalis.

“Kami di pesantren diajarkan adab, sopan santun, dan kemandirian. Tidak pernah kami diajarkan untuk mengusik atau melawan siapapun selama mereka berbuat baik,” tegasnya.

Baca Juga: Tunggu Keputusan Prabowo, Ditjen Pesantren Akan Jadi Kado Istimewa di HSN 2025

Ia menambahkan, nilai tata krama yang diajarkan di pesantren bukanlah bentuk feodalisme. “Kalau ada yang menganggap itu feodalisme, mungkin mereka belum paham. Apa salahnya dengan tata krama? Bukankah kita semua ingin anak-anak tumbuh sopan terhadap orang tua dan lingkungannya?” ujarnya.

KH. Ismatullah juga menilai pesantren tidak anti terhadap modernisasi selama membawa manfaat bagi umat. “Kami justru diajarkan untuk mengambil manfaat dari modernisasi yang baik. Santri tidak pernah diajarkan menolak kemajuan, selama itu membawa kebaikan,” jelasnya.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa santri akan terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa. “Kami selalu siap mendukung program pemerintah yang baik, karena santri adalah bagian dari elemen bangsa yang diajarkan untuk mencintai negeri ini,” pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini