SUKABUMIUPDATE.com - Pada peringatan Hari Santri Nasional 2025 dengan tema "Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia", kita tidak sekadar merayakan sejarah dan tradisi, melainkan juga menegaskan peran strategis santri sebagai garda terdepan peradaban bangsa. Di tengah tantangan zaman yang terus berubah cepat, pesantren harus mampu menjawab sekaligus mengantisipasi dinamika global dan lokal dengan keteguhan hati serta inovasi.
Data Kementerian Agama mencatat lonjakan pesantren menjadi 42.391 unit dengan 1,37 juta santri, naik signifikan 39% sejak 2020. Angka ini bukan hanya statistik pertumbuhan, tetapi simbol dari hasrat umat Islam Indonesia untuk terus mengasah keimanan, ilmu, dan spirit keindonesiaan yang inklusif dan progresif. Namun, di balik keberhasilan ini ada tantangan sistemik yang tak bisa diabaikan.
Keruntuhan infrastruktur pesantren yang meningkat dan isu kasus kekerasan, menurut data JPPI 2024 bukan sekadar masalah administratif, melainkan cermin dari kebutuhan mendasar akan tata kelola yang manusiawi dan kuat. Kekerasan yang menimpa 20% dari total 573 kasus di lembaga pendidikan di pesantren harus menjadi panggilan jiwa bersama agar institusi ini menjadi ruang suci yang aman dan membangun. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatatkan kasus sekitar 42% adalah kasus kekerasan seksual dan 36% dari kekerasan seksual itu terjadi di lingkungan pesantren. Kasus-kasus yang muncul, misalnya terjadi di Trenggalek, Agam, Karawang, dan Bekasi, menegaskan adanya masalah serius yang perlu disikapi dengan perhatian ekstra
Baca Juga: Tunggu Keputusan Prabowo, Ditjen Pesantren Akan Jadi Kado Istimewa di HSN 2025
“Transformasi pesantren itu bukan melulu soal bangunan dan kurikulum, tapi juga soal bagaimana kita menabur nilai-nilai kemanusiaan yang luhur kepada setiap santri,” tegas KH. Ahmad Fauzi, Ketua Forum Komunikasi Pesantren Nusantara. “Ini adalah perjalanan spiritual dan sosial yang meniscayakan integritas dan keberanian moral.”
Di sisi lain, momentum perubahan ini juga menampilkan wajah optimisme besar. Adopsi UU Pesantren No. 18/2019 telah menjadi katalis perubahan paradigmatis, dimana 60% pesantren mengadopsi sistem hybrid yang harmonis menggabungkan kurikulum formal dengan tradisi keagamaan. Kehadiran 89 Ma'had Aly baru pada 2025 tak hanya memperkuat kualitas akademik, tetapi juga membuka ruang dialog lintas disiplin keilmuan yang lebih kaya.
“Pesantren bukan saja benteng spiritual, melainkan juga laboratorium sosial peradaban baru,” ujar dr. Laila Sakinah, Wakil Ketua Dewan Pendidikan Pesantren. “Santri harus mampu menjadi duta kebudayaan dan inovasi sekaligus pembelajar yang kritis terhadap perubahan zaman.”
Baca Juga: Wacana Direktorat Jenderal Pesantren Jadi Kado Emas di Hari Santri 2025
Transformasi ini diperkuat dengan peran aktif para pemangku kebijakan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur melalui program menyeluruh mulai dari "pesantren ramah anak", audit infrastruktur, hingga penguatan sistem pengawasan dengan anggaran melebihi 3 triliun rupiah tahun ini. Pendekatan ini menegaskan komitmen mengarusutamakan keselamatan dan kualitas pendidikan di pesantren.
Peran santri dalam menjaga kelestarian lingkungan juga semakin mengemuka. Banyak pesantren menginisiasi program penghijauan, konservasi air, dan pengelolaan sampah organik berbasis nilai agama dan kearifan lokal. Gerakan ini menjadi wujud tanggung jawab pesantren terhadap krisis iklim dan pelestarian bumi untuk generasi mendatang.
“Santri sebagai agen perubahan harus hadir dalam gerakan lingkungan, membawa pesan Islam yang ramah bumi,” kata Ustadzah Nurhayati, aktivis lingkungan pesantren.
Dalam aspek ekonomi, keberadaan pesantren kini juga diperkuat melalui gerakan penguatan ekonomi mikro dan UMKM berbasis pesantren. Banyak santri yang diberdayakan untuk mengembangkan usaha agribisnis, kerajinan tangan, dan produk halal yang mengakar di komunitas lokal. Dukungan pembinaan kewirausahaan dan digitalisasi usaha menjadi bagian tak terpisahkan dari misi pendidikan pesantren modern.
Baca Juga: 40 Link Twibbon Hari Santri Nasional 2025, Gratis Tinggal Download!
Di dunia digital, komunitas santri mampu memadukan tradisi ilmu agama dengan budaya populer zaman now, menciptakan ekosistem intelektual dan sosial yang vibrant. Diskusi di platform seperti X (Twitter) menunjukkan bagaimana santri secara kreatif merespons tantangan zaman, menembus batas isolasi, dan membangun jembatan dialog dengan masyarakat luas.
Hari Santri 2025 menyuguhkan refleksi mendalam, pesantren sedang mengalami evolusi yang menyeluruh dan tidak terelakkan. Ini bukan sekadar adaptasi, melainkan transformasi nilai dan identitas agar tetap relevan dan berdampak besar dalam memperkuat peradaban bangsa. Pesantren menjadi laboratorium kebangsaan sekaligus tempat lahirnya solusi atas problematika kemanusiaan, kemajuan sosial, konservasi lingkungan, dan penguatan ekonomi lokal.
D tengah dinamika transformasi ini, marilah kita menyambut Hari Santri Nasional 2025 dengan penuh harap. Selamat Hari Santri Nasional kepada seluruh pejuang ilmu di ribuan pesantren di Nusantara. Semoga gelora jihad zaman now yang diusung sebuah perjuangan menuntut ilmu, menguasai teknologi, dan menjaga martabat bangsa terus berkobar. Seorang Kyai di Priangan Timur mengatakan, "Ikhlas adalah kunci amal. Santri yang unggul bukan hanya yang hafal kitab, tetapi yang paham zaman dan memberi manfaat untuk semesta." Melalui semangat inilah, pesantren akan terus menjadi rahmatan lil 'alamin, mercusuar peradaban yang tidak hanya bertahan, tetapi memimpin dalam menyambut Indonesia Emas.
(Dari berbagai sumber)