Jejak Alex Kawilarang di Balik Penemuan Bom Mortir di Sawah Nyalindung Kabupaten Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Jumat 19 Sep 2025, 16:07 WIB
Jejak Alex Kawilarang di Balik Penemuan Bom Mortir di Sawah Nyalindung Kabupaten Sukabumi

Alexander Evert Kawilarang, Tokoh Pejung Kemerdekaan Indonesa dan temuan bom mortir oleh peani di NYalindung, Kabupaten Sukabumi (Sumber: Dok: Warga dan sumber lainnya)

SUKABUMIUPDATE.com - Penemuan bom mortir berdaya ledak tinggi yang diduga peninggalan perang dunia kedua di area persawahan warga Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi pada Selasa (16/9/2025) menyisakan jejak sejarah yang mendalam bagi perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah.

Pengamat sejarah Sukabumi sekaligus Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, Irman Firmansyah mengatakan, berdasarkan karakteristik dan bentuknya, bom itu diduga merupakan milik Tentara Jepang yang dicuri para pejuang kemerdekaan Indonesia untuk menahan agresi Belanda sekitar tahun 1947.

“Waktu Belanda menyerang Sukabumi 21 Juli 1947, pejuang mundur dan memindahkan markas dari Kota Sukabumi ke Nyalindung. Mortir Jepang dipake pejuang menahan agresi Belanda, pejuang mundur ke Nyalindung, jadi Nyalindung diserang terus hingga terus mundur ke Takokak dan Sukanagara,” kata Irman kepada sukabumiupdate.com.

Baca Juga: Pemkot Sukabumi Perkuat Pengelolaan Keamanan Data dan Informasi

Menurutnya, senjata dan peralatan perang lainnya yang digunakan para pejuang untuk melawan agresi Belanda juga didapatkan dari gudang senjata milik Jepang ketika sekutu belum masuk ke Indonesia dan Jepang dalam posisi vaccum.

“Mortir jepang biasanya dicuri dari gudang Jepang saat sekutu belum masuk, dan Jepang posisinya menunggu atau vacuum of power, sebagian bekas pasukan peta juga membawa peralatannya dan bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR),” kata dia.

Mengingat wilayah Nyalindung dan sekitarnya merupakan wilayah perang, kata Irman, potensi ditemukan kembali benda serupa di wilayah tersebut sangat mungkin terjadi. “Sepertinya masih banyak (benda serupa), soalnya mortir itu efektif untuk perang melawan gerilya, karena pelontar dan amunisinya mudah dibawa, beda dengan meriam yang berat,” ucap Irman yang juga penulis buku Soekaboemi the Untold Story.

Jejak Alexander Evert Kawilarang di Sukabumi

Irman menuturkan, AE Kawilarang merupakan pimpinan komandemen 3 untuk memimpin gerilya di wilayah Bogor, Sukabumi dan Cianjur menggantikan Letkol Edie Soekardi yang dipindahkan ke Tasikmalaya pada Agustus 1946.

Baca Juga: KDM Optimistis Pembangunan Rumah Subsidi Tercapai, Berbasis gotong royong dan UMKM

“Pada masa Jepang, Kawilarang pernah bersembunyi beberapa bulan di kenalannya di Cipetir, tepatnya di Kampung Pasir Rarangan untuk menghindari kejaran Jepang. Dia juga sempat bergerilya di sekitar Cicurug dan Cigombong,” tutur dia.

“Bahkan di Cigombong Kawilarang dan anak buahnya pernah menemukan harta karun di kamp tentara Jepang yang disebut Kamp Pondok Gede yang sudah ditinggalkan Jepang pada pertengahan 1946 berupa 7 kilogram emas dan 4 kilogram permata dalam satu peti. Harta karun tersebut kemudian diserahkan ke kementerian dalam negeri di Purwokerto,” Sambung Irman.

Sejak agresi militer Belanda dengan menurunkan 100 ribu pasukan dan peralatan militer canggih pasca ditariknya Inggris pada November 1947. Di Sukabumi, Kawilarang sudah menyiapkan pasukannya untuk berjaga, namun atas insiden yang terjadi kepadanya, Kawilarang terpaksa memandu persiapan dari ranjang rumah sakit sebelum terjadinya Agresi.

“Kawilarang sudah menyiapkan pasukannya untuk berjaga. Sayangnya karena jatuh saat sepakbola pada 23 Juni 1947, dia harus memandu persiapan dari ranjang rumah sakit. Sebelum terjadinya agresi,” tandasnya.

Sekedar informasi, Alex Kawilarang adalah seorang perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada masa Revolusi Nasional Indonesia dan seorang mantan anggota Tentara Kerajaan Belanda atau KNI yang lahir pada 23 Februari 1920 dan meninggal pada 6 Juni 2000.

Berita Terkait
Berita Terkini