Pengeboran Panas Bumi 9 Km dari Titik Gempa Merusak Kabandungan Sukabumi, BMKG Ungkap 11 Fakta

Sukabumiupdate.com
Senin 22 Sep 2025, 17:39 WIB
Pengeboran Panas Bumi 9 Km dari Titik Gempa Merusak Kabandungan Sukabumi, BMKG Ungkap 11 Fakta

Pemanfaat uap panas bumi di kawasan taman nasional halimun salak (Sumber: dok independen id)

SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah warga dari Kecamatan Kabandungan dan Kalapanunggal mendatangi kantor PT Star Energy di Kabupaten Sukabumi. Warga menyoroti aktivitas pengeboran panas bumi di sekitar Gunung Salak, pasca kejadian rentetan gempa bumi yang kerap merusak bangunan di wilayah tersebut.

Menjawab pertanyaan itu, pihak Star Energy Geothermal menegaskan operasional perusahaan selalu mengikuti aturan lingkungan dan keselamatan. Hendri Kurniawan, perwakilan tim support service Star Energy Geothermal, menyatakan bahwa perusahaan memiliki dokumen Amdal sejak tahun 1994 dan terus diperbarui, terakhir pada 2024.

“Tidak mungkin perusahaan ini tidak punya Amdal. Dokumen itu bahkan melibatkan masyarakat melalui kepala desa dan perwakilan. Sosialisasi kegiatan pun dilakukan di kecamatan dan desa-desa terdekat,” kata Hendri.

Baca Juga: Polling Sukabumiupdate.com: 54% Warganet Setuju Pemekaran Dibanding Gabung Kota Sukabumi

Ia menilai keresahan warga sebagian muncul karena informasi tidak sepenuhnya tersampaikan dengan baik. “Masyarakat mungkin merasa tidak dilibatkan langsung, padahal kami tidak mungkin mengundang ribuan orang sekaligus. Karena itu kami fokus melalui perangkat desa dan kecamatan,” tuturnya.

Hendri juga meluruskan anggapan pengeboran menjadi penyebab gempa. Menurutnya, lokasi pengeboran di Ciasmara, Bogor, berjarak sembilan kilometer dari titik gempa, dengan kedalaman hanya satu kilometer, sedangkan pusat gempa berada tujuh kilometer di bawah permukaan.

“Kalau pengeboran menyebabkan gempa, harusnya setiap sumur yang kami bor memicu gempa. Faktanya, sejak 1994 hingga kini sudah lebih dari 100 sumur dibor dan tidak setiap kali ada gempa,” jelasnya.

Baca Juga: Gol Debut Federico Barba Jadi Penentu Kemenangan Persib atas Arema

Meski demikian, perusahaan tetap membuka ruang komunikasi. “Kami tampung semua masukan, termasuk permintaan warga agar ada sosialisasi tambahan. Intinya, keselamatan masyarakat adalah prioritas. Kalau operasional tidak aman, pemerintah tidak akan mengizinkan,” pungkasnya.

Rentetan Gempa Dangkal Merusak

Data terus bertambah, hingga Senin (22/9/2025) kerusakan dampak gempa Kabandungan di Kabupaten Sukabumi mencapai 15 rumah, sedangkan di Pamijahan dan Leuwiliang Kabupaten Bogor lebih dari 200 jiwa terdampak. Badan meteorologi klimatologi geofisika atau BMKG mencatat, gempa ini memicu puluhan gempa susulan, dengan magnitudo beragam, dangkal dan berpotensi merusak.

Pasca gempa utama atau mainshock M4,0 dengan kedalaman hiposenter 7 km, Sabtu 20 September 2025 pukul 23:47:44 WIB, pemerintah melalui badan nasional penanggulangan bencana, dan BPBD terus memantau dampak aktivitas tektonik tersebut. Kawasan yang dekat dengan episentrum gempa, melaporkan banyak bangunan rusak.

Baca Juga: Curhat ke KDM, Remaja di Palabuhanratu Sukabumi Tersengat Kabel PLN Saat Petik Mangga

Dampak gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Sukabumi pada Sabtu 20 September 2025, malam terus bertambah. Berdasarkan laporan sementara yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, kerusakan paling terdampak berada di Kecamatan Kabandungan, khususnya di Desa Cipeuteuy dan Desa Tugubandung.

Wilayah yang terdampak gempa bumi ini di antaranya adalah Kampung Cisarua RT 04/05, Kampung Cipeuteuy RT 04/01, dan Kampung Arendah RT 04/02 di Desa Cipeuteuy. Sementara di Desa Tugubandung, kerusakan terdata berada di Kampung Cisasah RT 02/08.

Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna, menyampaikan laporan perkembangan kondisi wilayah terdampak hingga Senin (22/9/2025). “Untuk jumlah korban luka maupun korban meninggal dunia tidak ada. Namun, ada 14 rumah warga yang terdampak, dengan rincian 1 unit mengalami rusak sedang dan 13 unit rusak ringan,” jelasnya kepada Sukabumiupdate.com, Senin (22/09/2025).

Baca Juga: Perempuan Tewas Di tempat, Kecelakaan Motor dan Truk Ayam di Linsel Sukabumi

Data sementara dari petugas penanggulangan bencana kecamatan (P2BK) menyebutkan, sebanyak 15 keluarga atau 57 jiwa terdampak akibat gempa tersebut. Rinciannya, 5 kepala keluarga (20 jiwa) di Desa Cipeuteuy dan 10 kepala keluarga (37 jiwa) di Desa Tugubandung. Meski demikian, hingga saat ini belum ada warga terdampak yang mengungsi.

BMKG Ungkap 11 Fakta

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika), DR Daryono merilis informasi terkait update gempa merusak di kaki gunung salak, tepatnya di kawasan Kabandungan Kabupaten Sukabumi.  

Baca Juga: West Java Back Arc Thrust: Gempabumi Tektonik M2,6 Guncang Karawang Jabar

Berikut belasan fakta yang diungkap Daryono. 

1. Gempa utama (mainshock) memiliki magnitudo M4,0 dengan kedalaman hiposenter 7 km. Terjadi pada hari Sabtu 20 September 2025 pukul 23:47:44 WIB. 

2. Episenter gempa terletak di darat, di wilayah Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi.

3. Jenis gempa yang terjadi adalah gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif.

4. Bukti bahwa Gempa Sukabumi-Bogor adalah gempa tektonik tampak pada bentuk gelombang gempa (waveform) hasil catatan Sensor Seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) dengan karakteristik gelombang S (shear) yang tampak kuat dengan komponen frekuensi tinggi. Fakta ini sekaligus memastikan bahwa gempa yang terjadi bukan dipicu gempa vulkanik.

5.Hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar/geser (strike-slip fault).

6. Gempa yang terjadi TIDAK dipicu oleh aktivitas sesar Citarik, karena pusat gempa utama dan susulannya tersebar jauh di sebelah barat jalur Sesar Citarik.

7. Gempa ini dirasakan di Kalapanunggal dan Kabandungan dalam Skala Intensitas III - IV MMI, di Pamijahan dan Leuwiliang dalam III MMI, di Bogor dalam II - III MMI, dan di Palabuhanratu dan Depok dalam II MMI.

8. Gempa yang terjadi menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah warga Patut disyukuri bahwa, gempa yang terjadi tidak menimbulkan korban meninggal dunia dan luka-luka.

9. Kerusakan bangunan rumah disebabkan karena hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak di zona gempa dan struktur bangunan yang lemah tidak standar tahan gempa.

10. Hasil monitoring BMKG menunjukkan gempa susulan telah terjadi sebanyak 39 kali. Gempa susulan dirasakan sebanyak 5 kali (M3,0 M3,8 M26, M2,8 dan 3,8). Magnitudo gempa susulan terbesar: M 3,8 dan terkecil: M 1,9.

11. Gempa merusak di wilayah ini bukan yang pertama kali terjadi. Kejadian serupa pernah terjadi pada Maret 2020 dimana ratusan rumah rusak di 6 kecamatan yang termasuk Kabandungan. Pada Desember 2023 juga terjadi di Pamijahan dan Kabandungan yang menyebabkan 61 rumah rusak, dan pada Juli 2000 gempa juga merusak banyak rumah di beberapa kecamatan, termasuk Kabandungan.

 

Berita Terkait
Berita Terkini