Gempa Merusak di Kabandungan Sukabumi, Warga Datangi Star Energy Tanya Soal Pengeboran Panas Bumi

Sukabumiupdate.com
Senin 22 Sep 2025, 16:24 WIB
Gempa Merusak di Kabandungan Sukabumi, Warga Datangi Star Energy Tanya Soal Pengeboran Panas Bumi

Warga Kabandungan dan Kalapanunggal Melakukan Audiensi dengan pihak Star Energy Terkait Gempa Sukabumi, Senin (22/09/2025). (Sumber : SU/Ibnu Sanubari).

SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah warga dari Kecamatan Kabandungan dan Kalapanunggal mendatangi kantor Star Energy Geothermal di sekitar Gunung Salak, tepatnya di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Senin (22/9/2025). Mereka diterima oleh pihak perusahaan dan sempat berdialog terkait gempa yang terjadi berulang kali sejak akhir pekan kemarin.

Dalam pertemuan itu, warga menyampaikan keresahan atas getaran gempa yang masih terasa di wilayah mereka. Salah satu perwakilan warga, Iwan Rustandi, mengatakan kegelisahan muncul setelah informasi BMKG menyebutkan titik koordinat gempa berada di Gunung Salak.

“Ini adalah terusan dampak dari adanya gempa bumi. Masyarakat sangat resah karena penasaran, makanya kami dari berbagai kedusunan akhirnya berkumpul sebagai perwakilan sekitar 20 orang dari dua kecamatan. Kami hadir ke kantor perusahaan hari ini untuk minta penjelasan yang sejelas-jelasnya,” ujar Iwan kepada Sukabumiupdate.com Senin (22/09/2025).

Baca Juga: Rp130 Juta Pulangkan Jenazah Deni dari Kamboja, Keluarga di Ciracap Sukabumi Tak Mampu

Warga meminta perusahaan menghadirkan ahli, termasuk BMKG, untuk memberikan keterangan langsung. Mereka khawatir gempa yang terasa berulang kali bisa menimbulkan kerusakan lebih parah, mengingat trauma masih membekas dari gempa tahun 2020 lalu.

“Waktu itu rumah saya hancur, banyak rumah di daerah lain juga roboh. Jadi ketika ada gempa skala kecil sekalipun, keluarga kami ketakutan, bahkan ada rumah yang pecah-pecah. Sekarang di Cipeuteuy ada beberapa rumah roboh lagi,” tuturnya.

Meski sudah berdialog, warga menyatakan belum puas dengan jawaban yang diberikan pihak perusahaan. Mereka pun memberi tenggat waktu tujuh hari agar ada penjelasan lebih transparan, baik secara tertulis maupun melalui pertemuan langsung dengan masyarakat.

“Kalau dalam tujuh hari tidak ada jawaban yang jelas, maka kami bersama masyarakat banyak, bukan hanya perwakilan, akan datang kembali,” tegas Iwan.

Menanggapi keresahan warga, pihak perusahaan Star Energy Geothermal menyampaikan keprihatinannya sekaligus meluruskan informasi.

Humas Star Energy Geothermal, Asrul Maulana, menegaskan bahwa gempa bumi tersebut merupakan kejadian alam yang dipicu oleh sesar aktif, bukan akibat aktivitas pengeboran panas bumi.

“Perusahaan menyampaikan keprihatinan dengan terjadinya kejadian ini. Tidak ada satupun yang menghendaki keadaan seperti ini. BMKG secara resmi sudah merilis bahwa gempa disebabkan oleh sesar aktif. Kami pun merujuk kepada ahli BMKG,” jelas Asrul, kepada Sukabumiupdate.com, Senin (22/09/2025).

Ia menuturkan, perusahaan saat ini tengah mendata apakah ada masyarakat yang benar-benar mengalami kerugian akibat kejadian tersebut. Warga juga meminta agar BMKG atau ahli geologi bisa hadir langsung memberikan penjelasan kepada masyarakat.

“Kami memahami permintaan warga. Hal ini akan kami sampaikan kepada manajemen. Meski secara formal BMKG sudah merilis penyebab gempa, kami akan upayakan agar ada komunikasi lebih lanjut dengan menghadirkan pihak yang berkompeten,” ujarnya.

Selain itu, Asrul menekankan bahwa kegiatan pengeboran geothermal dilakukan dengan standar keamanan yang ketat serta diawasi langsung oleh Kementerian ESDM dan EBTKE. “Sejak tahun 1994 hingga sekarang, setiap pengeboran selalu diawasi inspektur. Jadi dari sisi keselamatan, baik pekerja maupun lingkungan, sudah menjadi komitmen perusahaan,” tegasnya.

“Kami memahami adanya kekhawatiran masyarakat terkait rangkaian gempabumi yang terjadi di wilayah Bogor–Sukabumi pada 20–21 September 2025, yang dikaitkan dengan aktivitas operasional di Lapangan Salak," imbuhnya.

Berdasarkan informasi resmi dari BMKG, gempa tersebut merupakan kejadian alam berupa aktivitas tektonik dangkal dan tidak terkait dengan aktivitas vulkanik maupun kegiatan manusia.

Operasi panas bumi di Lapangan Salak berjalan normal dan diawasi secara ketat dengan sistem monitoring yang mengikuti standar keselamatan pemerintah.

"Kami menyampaikan empati yang mendalam kepada masyarakat terdampak dan akan terus berkoordinasi dengan Forkompimcam, BPBD, dan tokoh masyarakat untuk memastikan informasi yang akurat serta mengkaji bentuk dukungan yang bisa diberikan sesuai kebutuhan lapangan," jelasnya.

"Kami mengimbau masyarakat tetap tenang, waspada, dan hanya merujuk pada informasi resmi BMKG dan pihak berwenang serta menghindari spekulasi yang tidak akurat," pungkasnya.

Dampak gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Sukabumi pada Sabtu 20 September 2025, bertambah. Berdasarkan laporan sementara yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, kerusakan paling terdampak berada di Kecamatan Kabandungan, khususnya di Desa Cipeuteuy dan Desa Tugubandung.

Wilayah yang terdampak gempa bumi ini di antaranya adalah Kampung Cisarua RT 04/05, Kampung Cipeuteuy RT 04/01, dan Kampung Arendah RT 04/02 di Desa Cipeuteuy. Sementara di Desa Tugubandung, kerusakan terdata berada di Kampung Cisasah RT 02/08.

Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna, menyampaikan laporan perkembangan kondisi wilayah terdampak hingga Senin (22/9/2025). “Untuk jumlah korban luka maupun korban meninggal dunia tidak ada. Namun, ada 14 rumah warga yang terdampak, dengan rincian 1 unit mengalami rusak sedang dan 13 unit rusak ringan,” jelasnya kepada Sukabumiupdate.com, Senin (22/09/2025).

Data sementara dari petugas penanggulangan bencana kecamatan (P2BK) menyebutkan, sebanyak 15 keluarga atau 57 jiwa terdampak akibat gempa tersebut. Rinciannya, 5 kepala keluarga (20 jiwa) di Desa Cipeuteuy dan 10 kepala keluarga (37 jiwa) di Desa Tugubandung. Meski demikian, hingga saat ini belum ada warga terdampak yang mengungsi.

 

Berita Terkait
Berita Terkini