Dianggap Hina Adat Masyarakat Toraja, Pandji Pragiwaksono Minta Maaf

Sukabumiupdate.com
Selasa 04 Nov 2025, 12:30 WIB
Dianggap Hina Adat Masyarakat Toraja, Pandji Pragiwaksono Minta Maaf

Dianggap Hina Adat Masyarakat Toraja, Pandji Pragiwaksono Minta Maaf (Sumber : Instagram/@pandji.wicaksono)

SUKABUMIUPDATE.com - Komika sekaligus presenter Pandji Pragiwaksono menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Toraja atas materi komedinya dalam acara Mesakke Bangsaku di tahun 2013.

Permintaan maaf ini disampaikan oleh Pandji Pragiwaksono usai potongan video saat stand up comedy dan membahas tradisi upacara pemakaman Rambu Solo masyarakat Toraja menjadi viral di media sosial karena dijadikan candaan.

Mengingat tradisi upacara pemakaman Rambu Solo sakral bagi masyarakat Toraja. Mengetahui hal tersebut dijadikan candaan membuat masyarakat Toraja tidak terima karena dianggap sudah menghina adat mereka.

Hal tersebut membuat masyarakat Toraja tidak terima dan melaporkan Pandji Pragiwaksono atas dugaan penghinaan dan ujaran bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri oleh Aliansi Masyarakat Toraja.

Melalui akun instagram pribadinya, pada Selasa, 4 November 2025, Pandji Pragiwaksono meminta maaf kepada masyarakat Toraja. Ia mengakui kesalahan yang telah dilakukannya.

“Selamat pagi, Indonesia. Terutama untuk masyarakat Toraja yang saya hormati. Dalam beberapa hari terakhir, saya menerima banyak protes dan kemarahan dari masyarakat Toraja terkait sebuah joke dalam pertunjukan Mesakke Bangsaku tahun 2013. Saya membaca dan menerima semua protes serta surat yang ditujukan kepada saya,” tulis Pandji Pragiwaksono dikutip pada Selasa (04/11/2025).

Baca Juga: Pandji Pragiwaksono Dipolisikan Imbas Candaan yang Diduga Hina Adat Toraja

Komika berusia 46 tahun itu mengungkapkan telah berdialog dengan Rukka Sombolinggi, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) untuk mengetahui nilai, makna, dan tentang budaya masyarakat Toraja.

Pandji baru mengetahui bahwa budaya masyarakat Toraja memiliki makna yang begitu indah serta dalam melalui perbincangan dengan Rukka Sombolinggi, sehingga ia sadar telah melakukan kesalahan dan meminta maaf.

“Dari obrolan itu, saya menyadari bahwa joke yang saya buat memang ignorant, dan untuk itu saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Toraja yang tersinggung dan merasa dilukai,” ungkap Pandji.

Pandji Pragiwaksono akan mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan kooperatif mengikuti proses secara hukum maupun secara adat dengan datang langsung ke Toraja.

“Saat ini ada dua proses hukum yang berjalan: proses hukum negara, karena adanya laporan ke kepolisian, dan proses hukum adat. Berdasarkan pembicaraan dengan Ibu Rukka, penyelesaian secara adat hanya dapat dilakukan di Toraja,” ungkapnya.

Sang komika bersedia untuk bertemu dengan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja apabila memungkikan dari segi waktu. Jika tidak, ia bersedia menjalani proses hukum negara yang berlaku.

“Ibu Rukka bersedia menjadi fasilitator pertemuan antara saya dengan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja. Saya akan berusaha mengambil langkah itu. Namun bila secara waktu tidak memungkinkan, saya akan menghormati dan menjalani proses hukum negara yang berlaku,” katanya.

Pandji Pragiwaksono menyebutkan bahwa kejadian ini menjadi pembelajaran penting untuk dirinya dan para komika lain untuk lebih menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

“Saya juga berharap kejadian ini tidak membuat para komika berhenti mengangkat nilai dan budaya dalam karya mereka. Menurut saya, anggapan bahwa pelawak tidak boleh membicarakan SARA kurang tepat. Indonesia adalah negara dengan keragaman luar biasa: suku, agama, ras, dan antargolongan adalah bagian dari jati diri bangsa ini,” lanjutnya.

Baca Juga: Onadio Leonardo Ditangkap Polisi Terkait Kasus Dugaan Penyalahgunaan Narkoba

Di akhir pernyataannya, ia juga menegaskan kejadian ini meningkatkan kesadaran para komika lainnya untuk membicarakan keberagaman budaya di Indonesia dengan baik tanpa merendahkan.

“Yang penting bukan berhenti membicarakan SARA, tapi bagaimana membicarakannya tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan. Semoga para komika di Indonesia terus bercerita tentang adat dan tradisi bangsa ini dengan cara yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih menghormati,” sambungnya.

Berita Terkait
Berita Terkini