SUKABUMIUPDATE.com - Sejak peradaban manusia mengenal konsep pertukaran, uang selalu menjadi cerminan sempurna dari evolusi teknologi dan hubungan antarmanusia. Secara teknologi, uang telah bertransformasi dari benda fisik yang sulit dibawa mulai dari garam, kerang, hingga emas Batangan menjadi media yang ringan dan terenkripsi. Namun, inti perjalanannya selalu humanis, yakni mencari alat yang paling efisien untuk membangun kepercayaan dan memfasilitasi interaksi sosial dalam skala besar.
Jika uang kertas adalah inovasi teknologi yang menggantikan komoditas berat, maka uang digital (seperti e-money dan kini Rupiah Digital) adalah lompatan teknologi berikutnya, sebuah inovasi yang dirancang untuk mengatasi batas geografis dan waktu. Ia bukan sekadar kode baru, melainkan janji baru tentang kedaulatan, keamanan, dan inklusi prinsip-prinsip yang sama yang telah membentuk nilai uang sejak ribuan tahun lalu.
Indonesia akan segera memasuki babak baru dalam sejarah uang. Bukan hanya sekadar kartu atau saldo dompet digital di ponsel Anda, melainkan Rupiah Digital uang sah negara yang diterbitkan langsung oleh Bank Indonesia (BI) tengah dalam perjalanan menuju realitas.
Inisiatif besar ini, yang diberi nama Proyek Garuda, bukanlah proyek semalam. Ia adalah sebuah roadmap bertahap yang cerdas, dirancang untuk memastikan bahwa Rupiah tetap menjadi mata uang berdaulat di tengah pusaran ekonomi digital yang makin kencang.
Baca Juga: Jelang Libur Nataru, Dispar Sukabumi Maksimalkan Fungsi GIC Sebagai Pusat Informasi Wisata
Rupiah Digital ritel akan didistribusikan kepada kita melalui perantara (bank komersial dan penyedia jasa pembayaran), bukan langsung dari BI (Ilustrasi:Canva).
Babak 1: Jantung Sistem Keuangan Berdenyut Digital (Wholesale)
Fase awal Proyek Garuda mungkin terdengar paling "membosankan," tetapi ini adalah fondasi yang paling krusial.
Bank Indonesia memulainya dengan fokus pada w-Rupiah Digital (Wholesale). Bayangkan ini sebagai uang digital yang hanya beredar di antara para pemain besar: Bank Indonesia dan bank-bank komersial. Masyarakat umum belum bisa memakainya, tapi ini adalah langkah pertama yang menjamin kestabilan.
Tujuan utama babak ini adalah menciptakan buku besar digital yang efisien untuk penerbitan dan pemusnahan Rupiah antar institusi. Ibarat membangun rel kereta super cepat: rel itu harus selesai dan teruji kekuatannya sebelum kereta barang (dan nanti, kereta penumpang) diizinkan melintas. Kabar baiknya, Bank Indonesia telah berhasil menyelesaikan uji coba konsep (Proof of Concept/PoC) tahap ini. Fondasi telah kuat.
Baca Juga: Ngopi Dulu: Tanda Tangan Gibran, Bentuk Angka 8 dan "Bodyguard" Digital yang Menjamin Keabsahan
Babak 2: Era Investasi Digital Dimulai (Tokenisasi)
Setelah fondasi wholesale rampung, Proyek Garuda bergerak ke ranah inovasi pasar keuangan. Babak kedua berfokus pada perluasan w-Rupiah Digital untuk mendukung transaksi di pasar modal.
Kata kuncinya di sini adalah tokenisasi. Bank Indonesia berencana mengeluarkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Digital yang didukung aset kuat berupa Surat Berharga Negara (SBN). Ini adalah momen di mana BI menciptakan "stablecoin" versi resmi nasional.
Tujuannya adalah mengubah instrumen investasi yang kaku menjadi format digital yang fleksibel, yang memungkinkan penyelesaian transaksi investasi menjadi instan dan otomatis menggunakan Rupiah Digital. Ini adalah langkah maju yang akan membuat pasar keuangan Indonesia jauh lebih efisien dan modern, mengurangi risiko, serta membuka peluang investasi yang lebih luas.
Indonesia akan segera memasuki babak baru dalam sejarah uang. Bukan hanya sekadar kartu atau saldo dompet digital di ponsel Anda, melainkan Rupiah Digital (gambar:Canva)
Babak 3: Rupiah Digital di Genggaman Kita (Retail)
Inilah babak yang paling dinantikan masyarakat. Tahap akhir Proyek Garuda adalah menguji dan meluncurkan r-Rupiah Digital (Retail) mata uang digital yang bisa kita gunakan sehari-hari, sama seperti uang tunai saat ini.
Rupiah Digital ritel akan didistribusikan kepada kita melalui perantara (bank komersial dan penyedia jasa pembayaran), bukan langsung dari BI. Ia akan melengkapi uang tunai dan e-money yang sudah ada, memungkinkan kita bertransaksi di mana pun, bahkan berpotensi untuk transaksi offline di daerah yang sulit sinyal.
Jika Babak 1 memastikan sistem keuangan stabil, dan Babak 2 mendorong efisiensi pasar modal, maka Babak 3 adalah puncaknya: memastikan kedaulatan Rupiah tetap terjaga di tengah gempuran mata uang digital asing, sekaligus memperluas inklusi keuangan ke seluruh pelosok negeri.
Rupiah Digital bukanlah sekadar aplikasi baru di ponsel Anda. Ia adalah evolusi uang dirancang dengan perhitungan matang dan melalui serangkaian pengujian ketat untuk menjamin masa depan ekonomi digital Indonesia yang aman, efisien, dan inklusif.



