67 Ribu Pekerjaan Baru vs 40 Ribu PHK: Luhut Klaim Solusi, Apindo Prediksi Krisis

Sukabumiupdate.com
Kamis 12 Jun 2025, 15:28 WIB
Ilustrasi PHK. | Foto: Pixabay

Ilustrasi PHK. | Foto: Pixabay

SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengakui adanya badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Tanah Air. Namun, ia mengklaim kasus PHK itu diikuti pembukaan lapangan pekerjaan baru.

"Kami prediksi akan ada sekitar 67 ribu pekerjaan baru yang mungkin tersedia sebelum akhir tahun ini," ucap Luhut dalam acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di JCC Senayan, Kamis, 12 Juni 2025.

Mengutip tempo.co, menurut Luhut, lapangan pekerjaan baru akan tercipta karena ada banyak investor Cina yang masuk dan menanamkan modalnya di Indonesia. Para penanam modal itu datang dan menciptakan industri di kota-kota kecil seperti di Jawa Tengah.

"Mereka mempekerjakan 10 ribu orang. Hal semacam ini tidak pernah kita prediksi," kata purnawirawan tentara itu.

Adapun sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyampaikan jumlah pekerja yang terdampak PHK sejak Januari 23 April 2025, mencapai 24.036 orang. Ia merinci daerah dengan angka PHK tertinggi, yakni Jawa Tengah dengan 10.692 orang, disusul DKI Jakarta sebanyak 4.649 orang, dan Riau sebanyak 3.546 orang.

Baca Juga: 989 Pekerja di Sukabumi Kena PHK, Disnakertrans Ungkap Ragam Penyebab dan Langkah Solusi

Yassierli mengatakan sektor usaha yang paling banyak memberhentikan pekerja adalah industri pengolahan dengan 16.801 korban PHK, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran 3.622 orang, dan sektor jasa lainnya yang mencatat 2.012 orang. "Kalau ada yang tanya, PHK saat ini dibandingkan tahun lalu itu memang meningkat,” katanya.

Sementara itu, data dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menunjukkan jumlah korban PHK mencapai 40.000 orang. Apindo memperkirakan lebih dari 250 ribu pekerja yang terkena PHK pada 2025.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Bob Azam mengatakan prediksi meningkatnya tren PHK bisa dilihat dari indikator ekonomi utama (leading economic indicator). “Seperti ekspansi kredit yang turun dari dua digit menjadi satu digit,” ucap Bob pada 25 Mei 2025.

Adapun pertumbuhan kredit pada April 2025 tercatat 8,8 persen secara tahunan. Angka ini lebih rendah dari Maret 2025 sebesar 9,16 persen dan Februari 2025 sebesar 10,30 persen. Selain itu, Bob menyoroti Purchasing Manager’s Index (PMI) atau indeks manajer pembelian manufaktur yang mengalami kontraksi.

Data per April 2025 menunjukkan, PMI Indonesia menurun signifikan sebesar 5,7 poin menjadi ke level 46,7 atau terburuk sejak Covid 2022. Indikator berikutnya adalah menurunnya konsumsi masyarakat. Pelemahan ini sejalan dengan turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) ke posisi 121,1 pada Maret 2025 dari 126,4 pada bulan sebelumnya.

Sumber: Tempo.co

Berita Terkait
Berita Terkini