SUKABUMIUPDATE.com - Jumat malam tadi (19/09), Muse membuktikan mengapa mereka masih menjadi salah satu band rock terbesar di dunia. Begitu Matthew Bellamy, Chris Wolstenholme, dan Dominic Howard melangkah ke panggung, suasana Carnaval Ancol langsung meledak. Dengan pencahayaan megah dan set panggung futuristik, mereka langsung menghantam penonton dengan lagu-lagu berat seperti “Stockholm Syndrome” dan “Won’t Stand Down” tanpa jeda. Euforia memuncak saat mereka menggeber hits seperti “Resistance,” “Psycho,” hingga “Kill Or Be Killed.” Momen paling intim terjadi ketika Bellamy duduk di depan piano, memainkan intro indah “New Born” yang langsung disambut sorak sorai riuh dari ribuan penggemar.
Jauh sebelum Bellamy menghentak panggung, gemuruh antusiasme sudah terasa sejak sore. Ratusan, bahkan ribuan, penggemar setia sudah memadati pintu masuk. Dengan atribut lengkap mulai dari kaus band, spanduk, hingga bendera, mereka rela datang lebih awal demi mendapatkan posisi terbaik. Seperti yang diceritakan seorang penggemar dalam live video Muse Malaysia, memperlihatkan suasana sore jelang konser di venue Pantai Carnaval Ancol , “Saya sudah nunggu dari jam 3 sore. Sudah tidak sabar lihat Muse bawa lagu favorit langsung.” Pemandangan ini tak hanya menunjukkan dedikasi, tetapi juga betapa besarnya kerinduan penggemar akan band legendaris ini.
Antrean panjang bergerak tertib diatur oleh panitia yang sigap. Suasana di sekitar venue semakin meriah dengan adanya booth merchandise resmi dan spot foto interaktif bertema Muse, menambah pengalaman para penonton.
Baca Juga: Rojak Daud Tuding Adanya Aktor Intelektual di Balik Pembalakan Liar Lereng Gunung Salak Sukabumi
Kekuatan di Balik Tiga Personel Legendaris
Bagi yang mungkin belum terlalu familiar, Muse adalah trio rock asal Inggris yang dibentuk pada tahun 1994. Dengan formasi Matthew Bellamy (vokal, gitar, piano), Chris Wolstenholme (bass), dan Dominic Howard (drum), mereka dikenal dengan perpaduan unik antara rock alternatif, progressive rock, dan sentuhan elektronik yang khas. Kesuksesan mereka meledak setelah merilis album Origin of Symmetry (2001) yang melahirkan lagu ikonik seperti “Plug In Baby.” Lagu-lagu seperti “Hysteria” dan “Starlight” juga telah menjadi anthem global yang selalu dinantikan penggemar di seluruh dunia.
Selain performa musik yang solid, interaksi Matthew Bellamy dengan penonton membuat suasana semakin akrab. Ia beberapa kali menyapa dengan hangat, bahkan memukau penonton dengan fasihnya mengucapkan, “Selamat malam semua.” Konser mencapai puncaknya dengan serangkaian hits yang dimainkan tanpa henti: “Plug In Baby,” “Time is Running Out,” “Supermassive Black Hole,” dan “Uprising.” Pesta kembang api yang menyala di langit Ancol, berpadu dengan dentuman keras lagu penutup “Knights of Cydonia” dan “Starlight,” menjadi klimaks yang tak terlupakan.
Sebelum meninggalkan panggung, Bellamy dan Howard menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam. "Thank you, you sing so wonderful," ucap Bellamy. Begitu pula Dominic Howard yang menutup malam itu dengan kata-kata mengharukan, “Terima kasih Indonesia. Sudah lama sekali sejak terakhir kami ke sini. Kalian bernyanyi sangat bagus. Sampai jumpa lagi.” Sebuah malam yang membuktikan bahwa, meski sudah lama dinantikan, Muse masih mampu mengguncang Jakarta dengan energi dan kekuatan musik yang luar biasa, meninggalkan janji untuk kembali.