Sumber Bakteri Berbahaya Penyebab Keracunan MBG dari Mana?, Ini Temuan Labkes Jabar

Sukabumiupdate.com
Sabtu 27 Sep 2025, 18:43 WIB
Sumber Bakteri Berbahaya Penyebab Keracunan MBG dari Mana?, Ini Temuan Labkes Jabar

Sampel makanan yang akan diuji di Labkesda Jabar (Sumber : SU/Ilyas Supendi)

SUKABUMIUPDATE.com - Laboratorium Kesehatan (Labkes) Jawa Barat mengungkapkan hasil pemeriksaan terhadap ratusan sampel makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemeriksaan tersebut dilakukan menyusul sejumlah kasus keracunan massal yang terjadi di beberapa daerah Jawa Barat.

Kepala Labkes Jabar, dr Ryan Bayusantika Ristandi, menyebutkan bahwa pihaknya telah menerima dan memeriksa 208 sampel makanan dari 12 kabupaten dan kota di Jawa Barat. Sampel tersebut berasal dari makanan sisa di sekolah-sekolah dan dapur penyedia MBG.

"Sampel makanan terdiri dari nasi, sayur-sayuran, daging-dagingan, juga sayuran yang sudah diolah seperti lotek. Kami menerima sekarang sudah 27 frekuensi ya, dari 12 kabupaten/kota dan sudah 208 sampel. Itu adalah sampel sisa makanan dari sekolah dan juga dari dapur MBG," ujarnya seperti dikutip republika.co.id, Jumat (26/9/2025).

Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi dan kimia lingkungan, positif terdapat bakteri salmonella dan bacilluscereus. Meski demikian, Ryan menyebut persentase hasil yang positif relatif kecil dibandingkan dengan hasil negatif.

Baca Juga: Progres Tol Bocimi Seksi 3 Capai 53,35 Persen, Target Rampung April 2026

"Laboratorium mikrobiologi hasil positif itu dari bakteri-bakteri pembusuk memang yang paling banyak didominasi oleh Salmonella dan juga satu lagi adalah Bacilluscereus. Nah kalau dari lingkungannya, dari kimianya yang positif adalah nitrik," kata dia.

Ryan melanjutkan, sampel makanan yang diperiksa yaitu sampel makanan MBG yang terjadi keracunan massal. Ia mengatakan temuan bakteri terdapat di daging-dagingan dan karbohidrat seperti nasi.

"Ya betul, dari berbagai macam memang paling banyak dari daging-dagingannya yang keluar hasilnya juga. Kalau Bacilluscereus itu biasanya dari kabohidrat malah, dari nasi biasanya yang sudah diproses lagi," kata dia.

Ia mengatakan penyebab muncul bakteri tersebut diperkirakan bisa melalui media air. Oleh karena itu, air yang digunakan harus bersih serta pengolah makanan harus higienis mulai dari kebersihan tangan, peralatan hingga lain-lainnya.

"Lalu bahan makanannya harus segar, lalu tidak boleh digunakan sama sekali bahan-bahan kedaluwarsa bahan-bahan rusak," kata dia.

Lebih lanjut, Ryan menegaskan pentingnya pengelolaan suhu dalam penyimpanan makanan. Makanan yang telah diolah harus disimpan di atas 60°C atau di bawah 5°C, dan tidak boleh berada di suhu ruangan lebih dari enam jam karena berisiko menumbuhkan bakteri pembusuk.

Sumber : Republika.co.id

Berita Terkait
Berita Terkini