Melestarikan Warisan Budaya: Mengenal Berbagai Kesenian Khas Sunda

Sukabumiupdate.com
Selasa 17 Jun 2025, 19:00 WIB
Melestarikan Warisan Budaya: Mengenal Berbagai Kesenian Khas Sunda

Ariel Tatum menarikan tarian Jaipong dalam acara pembukaan Paviliun Indonesia di Osaka Wordl Expo 2025 (Sumber : Instagram/@arieltatum)

SUKABUMIUPDATE.com - Jika berbicara tentang kesenian khas Sunda, maka Jawa Barat merupakan daerah yang kaya akan beragam warisan budaya. Ragam seni tradisional yang berkembang di kalangan masyarakat Sunda turut memperkaya identitas budaya Indonesia. Suku Sunda, yang merupakan suku terbesar kedua di Indonesia, memiliki beragam seni khas unik dan mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya.

Warga Sunda dikenal dengan sikap ramah dan penuh kehangatan. Prinsip hidup mereka yang dikenal dengan Someah Hade Ka Semah yang berarti menyambut tamu dengan baik menunjukkan karakter masyarakatnya lemah lembut, bersahabat, dan menjunjung tinggi tata krama. Nilai-nilai inilah yang kemudian banyak tercermin dalam bentuk-bentuk kesenian tradisional Sunda.

Masyarakat Sunda memiliki komitmen kuat dalam melestarikan budaya warisan leluhur. Di tengah arus modernisasi yang kian deras, mereka tetap menjaga dan mewariskan kesenian khas Sunda dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Tradisional tapi Keren, Ini 6 Alat Musik Bambu Asli dari Tatar Sunda

Berikut ini beberapa kesenian Sunda yang tetap hidup dan populer hingga kini:

1. Tari Jaipong

Tarian ini menjadi ikon budaya Jawa Barat yang menggabungkan unsur seni tradisi seperti ketuk tilu, ronggeng, serta gerakan silat. Musik pengiringnya khas dengan irama degung. Hingga kini, tari Jaipong masih kerap ditampilkan dalam pesta rakyat seperti pernikahan dan Khitanan.

2. Wayang Golek

Wayang boneka tiga dimensi ini dimainkan oleh dalang yang piawai memerankan berbagai tokoh. Cerita disampaikan dalam bahasa Sunda dan sering mengandung pesan moral atau kritik sosial.

3. Tari Merak

Tarian yang menggambarkan keelokan burung merak ini diciptakan oleh R. Tjetje Somantri. Gerakan penari dan kostumnya dibuat menyerupai burung merak yang sedang menari, menjadikan tarian ini sangat atraktif.

4. Kuda Renggong

Seni pertunjukan dari Sumedang ini menampilkan kuda yang telah dilatih agar bisa bergerak mengikuti irama musik. Kuda yang tampil dihias dan dikawal dalam arak-arakan, sering kali membuat penonton terhibur karena tingkah lucu si kuda.

5. Kecapi Suling

Musik tradisional ini hanya mengandalkan dua alat, kecapi dan suling. Alunannya menenangkan dan sering digunakan sebagai musik pengiring atau pengantar relaksasi.

Baca Juga: Totopong: Iket Kepala Sunda yang Memiliki Makna Filosofis Mendalam, Bukan Bandana!

6. Cianjuran

Berakar dari Cianjur, seni vokal ini biasa dibawakan dalam bentuk pantun berbahasa Sunda yang dilagukan dengan iringan kecapi, suling, dan rebab. Awalnya digunakan dalam acara-acara resmi seperti khitanan atau pernikahan.

7. Bajidoran

Seni tari hiburan dari Subang dan Karawang ini menampilkan ronggeng yang menari diiringi musik gamelan. Penonton pria biasanya memberi sawer kepada penari. Kini, eksistensi Bajidoran mulai menurun karena berkurangnya minat.

8. Sisingaan

Sisingaan adalah seni arak-arakan khas Subang dengan boneka singa besar yang dipikul oleh empat orang. Kesenian ini lahir sebagai bentuk kreativitas masyarakat untuk menghadirkan pertunjukan menarik seperti Reog, namun dalam nuansa Sunda.

9. Blantek

Seni pertunjukan ini menampilkan gabungan antara tarian, lawakan, dan silat. Diiringi musik rebana, kendang, atau bahkan gitar modern, Blantek menghadirkan hiburan yang komunikatif dan menghibur.

Di tengah modernisasi dan globalisasi, kesenian khas Sunda terus dijaga keberadaannya. Baik melalui pendidikan, festival budaya, hingga promosi digital, masyarakat Jawa Barat berusaha keras agar warisan leluhur ini tetap dikenali dan dicintai oleh generasi muda.

Melestarikan seni budaya bukan hanya tentang mempertahankan tradisi, tetapi juga menjaga identitas dan jati diri bangsa. Kesenian Sunda adalah aset budaya yang tak ternilai dan layak diwariskan untuk masa depan.

SUMBER
exovillage.com

PENULIS
Muhammad Syauqi Musyaffa, Mahasiswa Magang Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Berita Terkait
Berita Terkini