Otob dan Kisah Desa Tangkil Cidahu Sukabumi yang Lahir Sebelum Indonesia Merdeka

Sukabumiupdate.com
Minggu 21 Des 2025, 12:55 WIB
Otob dan Kisah Desa Tangkil Cidahu Sukabumi yang Lahir Sebelum Indonesia Merdeka

Kantor Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. (Sumber : AI/ChatGPT).

SUKABUMIUPDATE.com - Desa merupakan satuan wilayah administratif di bawah kecamatan dalam pemerintahan kabupaten, yang dipimpin oleh seorang kepala desa dan terdiri atas beberapa unit permukiman. Namun, tahukah kamu di Sukabumi terdapat desa yang telah terbentuk jauh sebelum Indonesia merdeka?

Desa tersebut adalah Desa Tangkil, yang berada di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Desa Tangkil merupakan salah satu desa tertua di wilayah tersebut karena telah berdiri sejak tahun 1923, tepatnya pada masa penjajahan Belanda. Hingga kini, desa ini masih tetap eksis dan terus berkembang mengikuti perubahan zaman.

Dimana saat ini, Desa Tangkil memiliki luas wilayah sekitar 326 hektare. Jumlah penduduknya mencapai sekitar 9.300 jiwa, dengan total pemilih sebanyak kurang lebih 6.716 orang. Lalu bagaimana sejarahnya? Ternyata ada fakta unik dibalik penamaan Desa Tangkil, yuk simak selengkapnya.

Kisah Desa Tangkil, Otob dan Pohon Tangkil

Kepala Desa Tangkil, Ijang Sehabudin, menjelaskan bahwa cikal bakal Desa Tangkil bermula dari peran seorang tokoh masyarakat bernama Otob. Bersama para tokoh masyarakat lainnya, Otob membentuk Desa Tangkil yang pertama kali ada di wilayah Kabupaten Sukabumi. “Desa Tangkil dibangun dan dibentuk menjadi desa sebelum Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1923,” ujar Ijang kepada Sukabumiupdate.com.

Ia menuturkan, sebelum tahun tersebut, Otob telah lebih dahulu merintis pembentukan desa. Nama Tangkil sendiri berasal dari kondisi alam saat itu. Banyaknya pohon tangkil yang hingga kini masih dapat ditemukan dan keberadaan sejumlah kampung dengan nama Tangkil menjadi dasar penamaan desa.

Kampung-kampung tersebut antara lain Kampung Tangkil, Tangkil 1, Tangkil 2, Tangkil 3, Tangkil Babakan, hingga Pasir Tangkil. “Pas dibentuknya kantor desa di Cidahu Peuntas, memang ada pohon tangkil yang besar, yang sangat mistik lah. Mungkin sudah ajalah Desa Tangkil, itu sejarahnya,” kata Ijang.

Baca Juga: Jelang Nataru, Pemkab Sukabumi Minta Seluruh Perangkat Daerah Siaga Bencana

Sejarah Kepemimpinan Desa Tangkil, Otob yang Memulai

Pada awal pembentukannya, kantor desa berada di wilayah Cidahu Peuntas, tepatnya di kawasan yang kini berada di RT 17 RW 8. Kantor desa tersebut dibentuk langsung oleh Otob. Setelah satu periode kepemimpinan Otob berakhir, jabatan kepala desa dilanjutkan oleh Maja, kemudian digantikan oleh Benceng yang dikenal sebagai Lurah Benceng. Benceng diketahui berasal dari Cidahu Peuntas.

Ijang mengungkapkan bahwa pada masa kepemimpinan Lurah Benceng, Desa Tangkil mulai memiliki tanah kas desa. Bahkan, pada masa itu, setoran pajak bumi dan bangunan masih dikirimkan ke pemerintah Belanda. “1923 itu masih zaman Belanda. Karena Lurah Benceng itu dulu setor PBB-nya memang ke Belanda,” ungkapnya.

Setelah masa kepemimpinan Benceng, jabatan kepala desa dilanjutkan oleh Lurah Murdo, yang juga berasal dari Cidahu Peuntas. Kepemimpinan kemudian diteruskan oleh anaknya, Neng Wanda. Setelah itu, tongkat kepemimpinan Desa Tangkil beralih kepada Jajang Jaelani yang memiliki latar belakang kepolisian.

Di masa kepemimpinan Jajang Jaelani, Desa Tangkil mengalami berbagai gebrakan pembangunan. Ia dikenal luas karena pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan wilayah Bentangan Cicurug, Girijaya, hingga Cicurug-Cisaat.

Pembangunan tersebut dilakukan melalui kerja keras bersama masyarakat dan program AMD. Pada masa inilah kantor desa dipindahkan dari Cidahu Peuntas ke Cidahu Pasar, lokasi kantor desa yang digunakan hingga sekarang ini. Perpindahan kantor desa tersebut diperkirakan terjadi sekitar tahun 1960-1965. “Sekitar tahun 60-an, 65-an. Zaman-zamannya PKI mungkin,” ujar Ijang.

Setelah masa jabatan Jajang Jaelani berakhir, ia kembali mencalonkan diri namun kalah dari Momon, yang juga berasal dari Cidahu Pasar. Momon menjabat satu periode sebelum digantikan oleh pejabat sementara, Tedi, yang sebelumnya bertugas sebagai Babinsa Desa Tangkil. Setelah dua tahun, Desa Tangkil kembali dipimpin oleh Jajang Jaelani untuk periode berikutnya, sehingga ia tercatat menjabat sebagai kepala desa selama dua periode.

Kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Haji Adang yang berasal dari Cidahu Peuntas. Pada masa Haji Adang inilah terjadi perubahan besar dalam struktur pemerintahan wilayah, yakni pembentukan Kecamatan Cidahu. Sebelumnya, Kecamatan Cidahu masih berada di bawah Kecamatan Parungkuda. “Kalau mulai Kecamatan Cidahu itu sekitar tahun 1983 kalau nggak salah,” kata Ijang.

Dalam perjalanan sejarahnya, wilayah Desa Tangkil juga sempat mengalami pemekaran. Hal itu terjadi pada masa sebelum kepemimpinan Haji Adang, Desa Tangkil dimekarkan menjadi dua desa, yakni Desa Tangkil dan Desa Girijaya. Desa Girijaya sendiri diperkirakan berusia sekitar 40 tahun, dan terbentuk pada tahun 1983-an seiring dengan pembentukan Kecamatan Cidahu. Pemekaran dilakukan karena wilayah Desa Tangkil sebelumnya dinilai terlalu luas.

Baca Juga: Cuaca Jabar 21 Desember 2025, Potensi Berawan-Hujan

Kemudian setelah Haji Adang tidak mencalonkan kembali, jabatan kepala desa diisi oleh pejabat sementara dari kecamatan, kemudian digantikan oleh almarhum M. Sopyan yang terpilih sebagai kepala desa. Namun, M. Sopyan meninggal dunia saat masa jabatannya berjalan sekitar tiga hingga empat tahun. Setelah itu, jabatan kepala desa diisi oleh pejabat sementara almarhum Baidilah hingga tahun 2007.

Pemilihan kepala desa berikutnya menghasilkan Ujang Jalil sebagai pemimpin baru. Baru selanjutnya, jabatan tersebut diemban oleh Ijang Sehabudin. Ijang menjabat sebagai pejabat sementara sebanyak dua kali, lalu resmi terpilih sebagai kepala desa pada tahun 2011 hingga sekarang. “Alhamdulillah berjalan seperti sekarang. Mudah-mudahan Desa Tangkil yang kita bawakan visi-visinya maju bersama dan menjadi desa yang berwibawa,” ujarnya.

Dalam hal tradisi, Desa Tangkil tidak memiliki upacara adat khusus. Untuk kegiatan adat, masyarakat sebelumnya bergabung dengan Desa Girijaya. Sementara di Desa Tangkil, kegiatan rutin yang dilaksanakan berupa peringatan hari besar Islam (PHBI), hari besar nasional (PHBN), serta peringatan hari lahir desa yang digelar setiap tahun. Saat ini, Desa Tangkil telah berusia 102 tahun dan akan memasuki usia ke-103 pada tahun mendatang.

Ijang menilai, dari masa ke masa para pemimpin Desa Tangkil telah menjalankan roda pembangunan sesuai dengan kondisi zamannya. Saat ini, Desa Tangkil dinilai lebih berkembang dan lebih sejahtera dibandingkan masa lalu. Wilayah desa juga tidak lagi dikenal kumuh, urbanisasi meningkat, serta mulai tumbuh para pelaku usaha di tengah masyarakat.

Namun demikian, perkembangan zaman juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam hal pemahaman generasi muda terhadap sejarah desa. Ijang mengaku masih banyak masyarakat yang mengetahui nama Desa Tangkil, tetapi tidak memahami siapa pendiri dan kepala desa terdahulu. “Kadang-kadang sejarah itu terlupakan, apalagi sekarang dengan media sosial. Anak-anak sekarang lebih ke media, tapi cikal bakal desanya justru banyak yang tidak tahu,” ujarnya.

Untuk menjaga nilai sejarah, Pemerintah Desa Tangkil berupaya menjadikan peringatan hari lahir desa sebagai momentum mengenalkan sejarah kepada masyarakat. Selain itu, Ijang juga memiliki keinginan untuk menyusun sebuah buku berjudul Desa Tangkil, Awal Mula Berdirinya Desa Tangkil.

Namun, keterbatasan saksi sejarah menjadi kendala utama. “Para pemangku sejarah yang tahu persis itu sudah pada meninggal. Foto-foto kepala desa terdahulu juga banyak yang tidak ada,” katanya.

Menurut Ijang, momentum peringatan hari lahir desa menjadi penting agar masyarakat mengenal bahwa Desa Tangkil telah berusia lebih dari satu abad. “Minimal kita mengingat para pejuang yang sudah membangun desa ini. Kita kirim doa, supaya ada keberkahan dari para leluhur,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa menggali kembali sejarah desa merupakan hal penting untuk masa depan. “Kalau tidak ada sejarah, kemajuan juga tidak akan terekspos. Semua berjalan dari sejarah. Desa Tangkil ini mungkin salah satu desa tertua di Kabupaten Sukabumi,” pungkasnya.

 

Berita Terkait
Berita Terkini