Irigasi Mampet, Petani di Kamandoran Cibadak Sukabumi Datangi Proyek Tol Bocimi

Sukabumiupdate.com
Jumat 10 Okt 2025, 19:29 WIB
Irigasi Mampet, Petani di Kamandoran Cibadak Sukabumi Datangi Proyek Tol Bocimi

petani dari Kampung Kamandoran, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, mendatangi lokasi proyek tol di Kampung Legok Picung RT 01/09, Desa Karangtengah (Sumber: dok warga)

SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan petani dari Kampung Kamandoran, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, mendatangi lokasi proyek tol di Kampung Legok Picung RT 01/09, Desa Karangtengah, Jumat (10/10/2025). Mereka meninjau langsung kondisi saluran air yang tersumbat dan menyebabkan irigasi ke lahan pertanian tidak mengalir.

Sekitar 60 orang warga dari RW 9 dan RW 10 Desa Karangtengah datang ke lokasi yang disebut menjadi titik tersumbatnya aliran air dari Bendungan Leuwi Bangga. Saluran tersebut selama ini menjadi sumber irigasi bagi lahan pertanian di dua desa, yakni Desa Balekambang dan Desa Karangtengah.

Wawin (51 tahun), seorang petani yang sudah menggarap sawah sejak tahun 1995, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan para petani bukan merupakan aksi protes, melainkan upaya meninjau langsung lokasi penyumbatan air.

Baca Juga: Ngobrolin Menu MBG yang Dipuja-puji Pelajar Sukabumi, Bersama Sandra Kirana Wedaswara

“Sebenarnya tadi bukan aksi, cuma mendatangi tempat saja. Selokan Leuwi Bangga ini sudah setahun tiga bulan tidak berfungsi dengan baik. Padahal, saluran ini mengairi sekitar 75 hektare sawah di dua desa,” ujar Wawin, saat ditemui sukabumiupdate.com.

Menurutnya, bendungan sempat jebol dan sudah diperbaiki tiga bulan lalu oleh Dinas Pekerjaan Umum. Namun dalam seminggu terakhir, air kembali tidak mengalir. Pagi tadi, kata dia, ada rencana untuk mengalirkan air dari bendungan, namun tersendat di area yang terdampak pekerjaan tol.

“Tadi katanya mau dicoba dialirkan lewat pipa yang dipasang pihak tol. Saya sudah bilang, pipa itu nggak akan kuat dan air nggak bakal masuk. Benar saja, pas dicoba, air malah keluar ke jalan dan berantakan semua,” kata Wawin.

Baca Juga: Dewan Pers Usulkan Perlindungan Karya Jurnalistik dalam Revisi UU Hak Cipta

Ia menuturkan, pekerja proyek tol di lapangan tidak memahami kondisi teknis aliran irigasi yang biasa diatur oleh ulu-ulu atau pengatur air dari kalangan petani. Pipa yang dipasang, lanjutnya, terlalu kecil dan tidak mampu menampung debit air dari bendungan.

“Para petani tadi cuma minta ke orang-orang tol itu, kalau nggak salah dari PT RPI di bawah naungan Waskita, yang penting air bisa mengalir lagi ke dua RW. Di Kamandoran itu saja ada 45 hektare sawah yang belum terairi,” jelasnya.

Akibat tersendatnya irigasi, petani di dua desa tersebut tidak bisa menanam padi maupun sayuran selama lebih dari satu tahun.

Baca Juga: Dugaan Korupsi Retribusi Disporapar Kota Sukabumi, Dua Tempat Wisata Jadi Fokus Penyelidikan

“Selama 1 tahun 3 bulan ini kami nggak bisa nanam. Bisa dilihat sendiri sawahnya kering. Ya, syukurlah masih bisa makan walaupun banyak kekurangan. Tapi rasanya sakit, karena ini sumber hidup kami,” ucapnya.

Wawin berharap pihak proyek tol segera mencari solusi agar air kembali mengalir. Ia menyebut, perbaikan sebelumnya dilakukan tanpa koordinasi dengan para petani.

“Harapan kami sederhana, yang penting air bisa ngalir lagi. Selokan itu sudah ada dari dulu. Cuma kemarin dibongkar tanpa koordinasi, padahal itu saluran utama,” katanya.

Baca Juga: Tersasar Pakai Google Maps? Ini Cara Kerja dan Penyebab Orang-orang Salah Jalur!

Terkait tanggapan pihak proyek, Wawin menyebut belum ada penjelasan yang memuaskan.

“Tadi pihak tol belum menjawab secara penuh. Mungkin mereka juga tahu ada kesalahan. Kami nggak mau sampai ada hal yang nggak diinginkan, makanya datang ke sini baik-baik,” ujarnya.

Ia menyampaikan, jika air belum juga mengalir ke lahan petani sampai besok, warga akan kembali datang ke lokasi dengan jumlah massa lebih besar.

Baca Juga: Timnas Kalah Tapi 4 Pemain Persib Tampil, Bojan Hodak: Bagus Mereka Dapat Menit Bermain

“Tadi kami pulang sebelum Jumatan, tapi kalau besok air belum nyampe ke sawah, semua petani akan datang lagi. Bahkan ibu-ibu juga bilang mau ikut, karena hampir 90 persen warga di dua RW ini petani,” pungkasnya.

 

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini