SUKABUMIUPDATE.com - Hidup Otih, perempuan dengan gangguan jiwa (ODGJ) asal Desa Darmareja, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, penuh lika-liku. Setelah kehilangan suami dan ibunya, ia harus membesarkan anak-anak dalam kondisi serba terbatas. Bahkan, beberapa kali Otih harus dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) akibat depresinya kambuh.
Kisah terbaru pada 25 Mei 2025, ketika Otih harus kembali dirujuk ke RSJ Marzoeki Mahdi, Kota Bogor untuk yang ketiga kalinya. Kondisinya bahkan semakin memburuk setelah melahirkan anak ketiga pada April 2025. Ia pada saat itu kerap membawa bayinya ke mana-mana hingga pernah ditinggalkan di kebun.
Operator Sistem Gender dan Anak (Opsiga) Komisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Sukabumi, Arum, menjelaskan bahwa pendampingan terhadap Otih sebenarnya sudah berlangsung lama. “Otih itu memang sudah lama menjadi dampingan kita. Kondisinya sering naik turun,” kata Arum kepada Sukabumiupdate.com Selasa (02/09/2025).
Baca Juga: 13 Pelajar Diamankan Polisi dalam Aksi 1 September di Kota Sukabumi, 11 Positif Narkoba
Menurutnya, sejak suami pertamanya meninggal tujuh tahun lalu, Otih hidup bersama anaknya Aziz Darmawan yang kini berusia 12 tahun. Namun anak tersebut hingga saat ini belum bersekolah dan belum dikhitan. Setelah ibunya meninggal, kondisi Otih semakin memburuk.
Otih kemudian menikah dengan pria asal Cianjur bernama Unang dan dikaruniai anak bernama Andi pada 2021. Namun depresi kembali kambuh, terutama setelah kelahiran anak ketiganya. Setelah dirawat di RSJ, anak bungsunya dititipkan kepada kerabat tanpa sepengetahuan Otih.
Arum menuturkan, pada Juni 2025 Otih sempat kabur ke Jakarta dengan berjalan kaki dan tinggal di sana selama sebulan sebelum akhirnya dipulangkan oleh Dinas Sosial. “Setelah pulang, kondisinya masih belum stabil, bahkan sempat drop lagi karena masalah rumah tangga,” ujarnya.
Baca Juga: Sempat Ricuh, 8 Jam Demo 1 September Kota Sukabumi Massa Puas Tuntutan Diterima
Puncak permasalahan terjadi pada Agustus 2025. Otih membawa anak keduanya, Andi, keluar rumah tengah malam. Ia pulang hanya membawa gitar, sementara anaknya tidak ada. Setelah pencarian panjang, Andi berhasil ditemukan P2BK Nagrak dan Satpol PP di kawasan perkebunan sawit di Cikidang.
Meski Andi selamat, kondisi keluarga Otih masih menyisakan banyak persoalan. Aziz yang berusia 12 tahun belum bersekolah, sementara kedua adiknya masih balita dan dirawat oleh keluarga lansia dengan keterbatasan.
“PR besar kita sekarang bagaimana Aziz bisa sekolah, dan bagaimana masa depan anak-anak Otih yang masih kecil. Sementara ayah mereka bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan, tinggal sendirian. Jadi banyak hal yang harus dipikirkan bersama,” tutur Arum.
Selain itu, rumah panggung yang ditinggali Otih juga tidak layak huni. Meski sudah diajukan program rutilahu, hingga kini belum terealisasi. "Kondisi ini berisiko bagi anak-anak Otih jika tidak segera ada solusi," pungkasnya.