SUKABUMIUPDATE.com – Seorang balita penderita jantung bocor bernama Nadira (1 tahun), warga Kampung Babakan Astana, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, meninggal dunia setelah tiga hari tertahan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Palabuhanratu. Ayahnya, Syamsudin, menyesalkan lambannya penanganan yang diberikan pihak rumah sakit.
Syamsudin menuturkan, Nadira masuk RSUD Palabuhanratu pada Kamis sore, 21 Agustus 2025. Sejak Jumat pagi (22/8), anaknya dipasang selang untuk menguras lambung dan diminta berpuasa total. Namun, meski disebut sudah ada surat pemindahan ke ruang ICU, hingga Sabtu sore Nadira tidak juga dipindahkan dengan alasan ruang penuh.
“Jumat jam 10 pagi anak saya dipasang selang dan disuruh puasa, sampai besok paginya masih begitu. Katanya sudah keluar surat pindah ICU, tapi sampai Sabtu sore tidak juga dipindahkan. Alasannya penuh. Saya tanya terus, jawabannya hanya ‘nanti, nanti’ saja,” ungkap Syamsudin kepada sukabumiupdate.com, Senin (25/8/2025).
Baca Juga: BCA Syariah Perkuat Literasi Keuangan Syariah Lewat BSya: Menemani Langkah Penuh Berkah
Selama menunggu, Nadira bahkan tidak diperbolehkan minum susu atau air. Infus sempat dimatikan karena dianggap bisa memperparah perut yang kembung. Kondisinya pun terus melemah hingga tubuhnya membiru.
“Anak saya kehausan dan kelaparan, tapi tetap tidak boleh dikasih minum. Pas sudah biru-biru, malah disuruh diolesi madu. Setelah itu keluar busa dari mulutnya seperti keracunan,” tambahnya.
Sebelumnya, pada 11 Agustus 2025, Nadira sempat dirawat selama delapan hari karena gangguan pencernaan. Dokter mendiagnosis adanya kelainan jantung bocor, hemoglobin rendah, serta dugaan Down Syndrome. Dua hari setelah pulang, kondisi Nadira kembali drop hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Palabuhanratu.
Namun, menurut Syamsudin, keterlambatan penanganan membuat kondisi anaknya semakin kritis. “Rujukan baru keluar saat kondisi anak saya sudah biru, hampir meninggal. Pas jantungnya berhenti baru semua datang (perawat sama dokter) bawa alat, tapi sudah terlambat,” ujarnya dengan suara bergetar.
Baca Juga: Disdik Jabar Pastikan Oknum Guru SMAN 1 Cicurug Sukabumi Diproses, Meski Sudah Damai
Hingga kini, Syamsudin mengaku belum menerima permintaan maaf langsung dari pihak rumah sakit. Hanya Wakil Bupati Sukabumi, Andreas, yang datang menyampaikan penyesalan atas peristiwa tersebut.
“Yang saya sesali, dari awal penanganannya selalu bilang nanti, nanti. Saya hanya berharap jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi pada pasien lain,” pungkasnya.