SUKABUMIUPDATE.com - Di sebuah tempat yang terus bergerak maju, selalu ada jiwa-jiwa yang memilih berjalan berlawanan arah, menantang arus demi mengangkat mereka yang tertinggal.
Mereka bekerja dalam senyap, seringkali tanpa tepuk tangan, namun jejaknya mengubah wajah kemanusiaan di Sukabumi. Mereka bukan tokoh yang lahir dari sorotan kamera, melainkan dari ruang-ruang sunyi di mana pengabdian tumbuh, diam-diam, tapi tak pernah padam.
Malam 8 Agustus 2025 menjadi panggung istimewa, ketika cahaya sorot lampu tak hanya diarahkan pada prestasi, tetapi juga pada pengorbanan dan ketulusan yang tak terhitung nilainya.
Baca Juga: Tak Tercatat di Buku Sejarah! 8 Agustus Malam Sukabumi Heroes Siap Lahirkan Tiga Pahlawan Baru
Tanggal 8 Agustus 2025 bukan sekadar tanggal di kalender. Di bawah gemerlap lampu malam, Sukabumiupdate.com merayakan ulang tahun ke-9 dengan sebuah panggung yang tak hanya memanggungkan nama, tetapi juga menyalakan kisah hidup yang menggetarkan hati.
Malam itu, tiga nama diumumkan sebagai penerima Sukabumi Heroes 2025: Jejen Nurjanah, Cecep Abdullah, dan Empan Supandi.
Di dalam ruangan yang penuh cahaya dan tepuk tangan, ketiganya melangkah ke panggung tanpa kehilangan kerendahan hati. Setiap langkah bagaikan menjembatani perjalanan panjang yang pernah mereka tempuh jalan yang diwarnai ujian, air mata, dan keteguhan hati.
Sorot lampu mungkin baru menyinari mereka malam ini, tetapi sejatinya cahaya itu telah lama mereka nyalakan di hati banyak orang. Inilah tiga sosok, tiga cahaya, dan satu Sukabumi.
Jejen Nurjanah – Dari Luka Menjadi Pelita
Di wajah teduh Jejen Nurjanah tersimpan kisah yang pernah mematahkan, namun tak berhasil mematikan. Perempuan asal Kampung Muara, Desa Jambenenggang, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi ini pernah merasakan pahitnya menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Saat bekerja sebagai PRT di Dubai, ia mengalami kecelakaan kerja hingga terpaksa membayar Rp 19 juta untuk bisa pulang ke tanah air. Sejak 1996, Jejen memilih berdiri di garis depan sebagai pendamping korban dan pendiri Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI).
Lebih dari 700 kasus TPPO telah ia tangani. Usahanya ikut melahirkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Jejen adalah bukti bahwa luka dapat menjadi pelita, dan suara seorang perempuan bisa mengguncang tembok ketidakadilan.
Muhammad Cecep Abdullah – Penyapu Sunyi yang Menginspirasi
Bagi Muhammad Cecep Abdullah, kebersihan bukan sekadar urusan lantai masjid, melainkan cara memuliakan rumah Allah dan hati manusia. Anak ketiga dari lima bersaudara ini tumbuh di Pasar Gudang, Sukabumi, dalam kesederhanaan yang melatih keteguhan.
Ia rela meninggalkan bangku pesantren, merantau ke Jakarta, dan tidur di masjid demi bertahan hidup. Dari kerja sunyi tanpa pamrih itu, Cecep mendapat undangan berhaji dari Kerajaan Saudi.
Kini, di usia 27 tahun, ia memimpin tim beranggotakan 20 orang yang membersihkan 12 hingga 13 masjid setiap hari. Mimpinya sederhana namun luhur: memiliki sepuluh pesantren dan menyalakan semangat Ramadan sepanjang tahun. Cecep adalah pengingat bahwa ketulusan tak pernah berjalan sia-sia.
Empan Supandi – Langkah Panjang Guru Pengabdian
Di pelosok Jampangtengah, langkah kaki Empan Supandi menapak sejak pagi, menempuh 12 kilometer jalan berbatu setiap hari demi tiba di MTs Thoriqul Hidayah, Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi. Sejak 2011, guru honorer berusia 51 tahun ini setia mengajar dengan gaji hanya Rp 200 ribu per bulan.
Empan adalah seorang duda yang tinggal di rumah panggung bersama anaknya. Meski hidup serba terbatas, ia tak pernah mengeluh. Baginya, mengajar adalah panggilan hati, bukan pekerjaan semata.
Ia tak hanya mengajarkan pelajaran di buku, tapi juga nilai hidup yang menguatkan. Dari setiap langkahnya, lahir generasi yang belajar bahwa kesetiaan pada ilmu adalah bentuk cinta paling murni.
Cahaya yang Menembus Batas
Jejen, Cecep, dan Empan adalah tiga cahaya dari tiga jalan hidup yang berbeda, namun sama-sama menembus batas. Mereka mengajarkan bahwa pahlawan tidak selalu berseragam atau berpidato di podium megah. Kadang, pahlawan adalah mereka yang mengubah dunia satu langkah, satu sapuan, atau satu keberanian pada satu waktu.
Di malam Sukabumi Heroes 2025 ini, kita tak hanya memberi penghargaan. Kita sedang mengabadikan jejak hati yang telah menyalakan Sukabumi dengan keteladanan, mengajarkan bahwa pengabdian sejati lahir dari hati dan tak pernah lekang oleh waktu.